Tujuan Ilmu Tauhid
TUJUAN ILMU TAUHID
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ilmu Tauhid
Dosen Pengampu : Dianing Pra Fitri M.Si
B-ELK Semester Genap
Disusun oleh:
Bagus Cahyono (1510120044)
Syaifuddin (1510120047)
Ahmad Hidayat (1510120048)
Khoerul Muarif (1510120051)
SEKOLAH TINNGI AGAMA ISLAM NEGERI
KUDUS
JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
TAHUN 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama islam memerlukan tauhid
sebagai dasar keyakinan. Tujuan dibentuknya ilmu tauhid adalah usaha pemahaman
yang dilakukan para ulama tentang aqidah islam yang terkandung dalam dalil
naqli. Dan usaha pemahaman itu adalah menetapkan, menjelaskan atau membela
aqidah islam, serta menolak aqidah yang salah dan yang bertentangan dengan
islam.
Ilmu tauhid membahas ajaran dasar
dari agama islam. Karena itu setiap orang muslim berkeinginan menyalami seluk
beluk agamanya secara mendalam melalui ilmu tauhid tersebut. Dan mempelajari
ilmu tauhid hukumnya wajib bagi seorang muslim, kewajiban itu bukan saja didasarkan
pada alasan rasio bahwa aqidah merupakan dasar pertama dan paling utama dalam
islam, tetapi juga didasarkan pada dalil-dalil naqli, Al-Quran dan Hadits.[1]
Maka dari itu, penyusunan makalah
ini diharapkan mampu memberi pandangan lebih terhadap ilmu tauhid bagi
pembaca-pembaca yang biasanya mengetahui dan mengenal ilmu tauhid hanya dari
sudut pandang luarnya saja. Oleh karena itu dirasa perlu memperkenalkan ilmu tauhid secara mendalam
dari aspek tujuannya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa tujuan mempelajari ilmu Tauhid?
2.
Apa manfaat Ilmu Tauhid ?
3.
Bagaimana
peran tauhid dalam kehidupan social masyarakat modern saat ini ?
4.
Apa
fungsi tauhid bagi kehidupan social ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Tujuan
mempelajari ilmu Tauhid
Ilmu tauhid memantapkan keyakinan
atau kepercayaan agama dengan jalan akal fikiran disamping dengan kemantapan
hati bagi seoarang yang percaya pada-Nya dengan mempertahankan
kepercayaan-kepercayaan tersebut dan berusaha menghilangkan berbagai keraguan
yang masih melekat atau sengaja dilakukan oleh lawan-lawan kepercayaan itu.
Ilmu tauhid tidak hanya diketahui
dan dimiliki seseorang, tetapi harus lebih dari itu, tauhid harus dihayati
dengan baik dan benar. Kesadaran seseorang akan tugas dan kewajibanya sebagai
hamba Allah akan muncul dengan sendirinya. Hal ini akan tercemin dalam perilaku
sehari-hari, seperti beribadah, sikap, prilaku, perkataan dan perbuatanya.
Adapun tujuan
ilmu tauhid adalah;
1.
Sebagai sumber dan motifator perbuatan
kebajikan dan keutamaan.
2.
Membimbing manusia kejalan yang benar,
sekaligus mendorong mereka untuk mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan.
3.
Mensucikan diri (jiwa).
4.
Mengantarkan manusia kepada kesempurnaan lahir
dan batin.
B.
Manfaat Tauhid
didunia dan diakhirat[2]
1.
Tauhid sebagai tempat berlindung
Tauhid biasa menjadi tempat berlindung bagi musuh-musuh Allah
sekaligus menjadi tempat perlindung bagi para pembela-Nya. Adapun tempat
perlindungan bagi musuh-musuh-Nya; yakni tauhid dapat menyelamatkan orang-orang
musyrik dari segala kesulitan dan malapetaka dunia. Di dalam salah satu ayat,
Allah berfirman:
“Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdo’a kepada Allah dengan penuh
rasa pengabdian (ikhlas)kepada-Nya, tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka
sampai kedarat, malah mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” (QS. Al-‘ankabuut:65).
Adapun perlindungan bagi para pembela-Nya; yakni tauhid biasa
menyelamatkan orang orang yang beriman dari segala kesulitan dan mala petaka
dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, Nabi Yunus berlindung dengan tauhid, hingga akhirnya
Allah menyelamatkan dirinya dari kegelapan (perut ikan) yang meliputinya.
Demikian pula yang dilakukan oleh kaum beriman pengikut para Rosul; mereka
diselamatkan dari kekejaman orang-orang musyrik di dunia dan dari adzab yang
disiapkan untuk kaum musyrik tersebut di akhirat. Akan tetapi, tatkala Fir,aun
mencoba berlindung kepada tauhid ketika ia sudah melihat kebinasaan (akhir
hidupnya)nya. Sebab, iman yang baru muncul pada saat adzab (ajal) sudah
diperlihatkan tidak akan diterima.
2.
Tauhid adalah jalan keselamatan
Demikian sunnatullah yang ditetapkan bagi para hamba-Nya. Tidak ada
senjata yang lebih ampuh untuk menolak kesulitan-kesulitan di dunia selain
tauhid. Oleh karena itulah, doa,a ketika dilanda kesedihan mengandung makna
tauhid. Salah satunya do’a yang dimohonkan oleh Nabi Yunus (Dzun Nuun).
Apabila do’a tersebut dibaca oleh orang yang sedang kesulitan niscaya Allah
akan menghilangkan kesulitan itu, dikarenakan tauhidullah yang
terkandung didalamnya.
Jika tidak ada sesuatu
yang dapat menjerumuskan seseorang
kedalam kesulitan besar selain kemusyrikan. Sebaliknya, tidak ada sesuatu yang
dapat menyelamatkan seseorang dari kesulitan besar melainkan tauhid saja.
Tauhid adalah tempat perlindung bagi semua makhluk, sekaligus benteng dan
penolong mereka.
C.
Peran Tauhid dalam kehidupan sosial
Tauhid menempati kedudukan
sentral dan esensial dalam islam, tauhid berarti komitmen manusia kepada Allah
sebagai fokus dari seluruh rasa hormat, rasa syukur, dan sebagai satu-satunya
sumber nilai dalam islam. Manusia
yang bertauhid mengemban tugas untuk membersihkan manusia dari menyembah
manusia, hewan, tumbuhan, matahari, berhala, dan lain-lain kepada menyembah
alloh. Dengan tauhid, kedudukan manusia sama manusia yang lain, yang membedakan manusia dihadapan alloh adalah
tingkat ketaqwaannya(QS. Al Hujurat: 13).
Hubungan manusia tidak hanya dengan tuhannya, tetapi juga mencakup
hubungan horisontal dengan sesamanya. Maka dari itu tauhid juga memiliki fungsi
membentuk suatu masyarakat yang mengejar nilai-nilai utama dan mengusahakan
tegaknya nilai keadilan sosial sehingga memberikan insipirasi pada manusia
untuk mengubah dunia disekelilingnya agar sesuai dengan kehendak alloh. Hal ini
akan memicu manusia untuk membentuk suatu misi yang bertujuan mengubah dunia,
menegakkan kebenaran, dan keadilan, merealisasikan berbagai nilai-nilai utama
dan memberantas kerusakan dimuka bumi. Dengan misi ini akan terwujud kehidupan
sosial yang adil, etis, dan agamis.
Dalam konteks pengembangan umat, tauhid berfungsi mentransformasikan
setiap individu yang meyakininya menjadi manusia yang lebih ideal dalam arti
memiliki sifat-sifat mulia yang membebaskan dirinya dari setiap belenggu
sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
1.
Memiliki
komitmen utuh pada Tuhannya. Ia akan berusaha secara maksimal untuk menjalankan
pesan dan perintah Allah sesuai dengan kadar kemampuannya.
2.
Menolak
pedoman hidup yang datang bukan dari Allah.
3.
Bersikap
progresif dengan selalu melakukan penilaian terhadap kualitas kehidupannya,
adat istiadatnya, tradisi dan paham.
4.
Tujuan
hidupnya amat jelas. Ibadahnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya hanya untuk
Allah semata. Ia tidak akan terjerat ke dalam nilai-nilai palsu atau hal-hal
tanpa nilai sehingga tidak pernah mengejar kekayaan, kekuasaan dan kesenangan
hidup sebagai tujuan. Sebaliknya, hal-hal tersebut hanyalah sebagai sarana
mencapai keridlaan Allah.
5.
Memiliki
visi yang jelas tentang kehidupan yang harus dibangunnya bersama manusia lain ,
suatu kehidupan yang harmonis antara manusia dan Tuhannya.[3]
D.
Fungsi- fungsi sosial tauhid dalam kehidupan muslim di era modern
1.
Membebaskan
manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada semua makhluk. Sampai
sekarang masih banyak manusia, termasuk umat muslim yang cenderung mengikuti
tradisi dan keyakinan nenek moyangnya. Tidak hanya itu, mereka juga banyak yang
menyerah dan tunduk begitu saja kepada para pemimpin mereka, tanpa daya fikirr
kritis serta keberanian untuk mengkritik. Padahal Al- Qur’an telah mengingatkan
bahwa orang- orang yang tidak bersikap kritis terhadap para pemimpin mereka
akan kecewa dan mengeluh di hari akhir.
Firman
Allah SWT SWT :
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا [٣٣:٦٦]
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا [٣٣:٦٧]
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka
berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat
(pula) kepada Rasul Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami
telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka
menyesatkan kami dari jalan (yang benar). ".( QS. Al- Ahzaab : 66-67).
Fungsi ini dirujukkan pada kalimat “LailaahaillAllah SWT” ( tidak
ada Tuhan selain Allah). Kalimat ini merupakan kalimat pembebasan bagi manusia.
Dengan mengucapkan “ tidak ada Tuhan selain Allah” berarti seorang muslim telah memutlakkan
Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq, maka umat muslim mengemban tugas untuk
melaksanakan “ tahrirunnasi min ‘ibadatil ‘ibad
ila ‘ibadatillahi ” atau
membebaskan manusia dari menyembah sesama manusia kepada menyembah Allah SWT
semata.
2.
Menjaga
manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan,
dan kesenangan- kesenangan sensual belaka. Suatu kehidupan yang didedikasikan
pada kelezatan sensual, kekuasaan, dan penumpukan kekayaan dapat mengeruhkan
akal sehat dan menghilangkan pikiran jernih. Sebenarnya telah dengan tajam Al-
Qur’an menyindir orang-orang seperti ini.
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا [٢٥:٤٣]
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا [٢٥:٤٤]
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau
apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka
itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
jalannya (dari binatang ternak itu)”.( QS. Al- Furqon : 43-44)
3.
Sebagai
frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Maksudnya
ialah bahwa tauhid menjadi kerangka pemikiran dalam menemukan hakikat kebenaran
mengenai segala yang ada di alam semesta ini pada seginya yang abstrak,
potensial, maupun yang konkret. Sehingga manusia tidak melampaui batas dalam
pemahaman suatu keilmuan yang membuat dirinya lalai dan merasa benar hingga
akhirnya membawa mereka kepada kesombongan yang pasti berakhir dengan
kehancuran. Contoh Hitler dengan tentara Nazinya, dengan ilmunya Hitler merasa
bahwa gagasan yang dia miliki mampu membawa umat manusia menuju peradaban yang
lebih maju, namun karena ilmu tersebut tidak dilandasi dengan Aqidah, maka yang
terjadi adalah kehancuran rezim yang dimilikinya.
4.
Sebagai
pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup seluruh
umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan secara konsisten.
Dengan menjadikan tauhid sebagai pegangan dalam hidup, serta
merealisasikan perintah yang ada, maka akan terwujud suatu kebahagiaan serta
kedamaian hidup yang tak terhingga. Karena telah di tancapkan dalam hati bahwa
tidak ada yang memiliki kekuatan maupun kekuasaan selain Ilahirabbi.
5.
Mengajarkan
kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai pusat kesadaran
intelektual mereka.[4]
Dengan kata lain, kita meyakini bahwa semua aktivitas yang kita
lakukan maupun kejadian yang terjadi merupakan atas kehendak Allah SWT, semua
itu telah diatur dengan sempurna oleh-Nya. Karena Dia lah pemilik seluruh isi
alam ini, Dia mengetahui segala hal yang ghoib ( abstrak) maupun yang dzohir,
yang tersembunyi maupun yang tampak, Dia lah Tuhan yang patut untuk disembah
dan tiada Tuhan selain Dia. Dengan demikina akan terwujud keyakinan yang kukuh
dan konsekuen, sehingga tidak mudah terombang ambing oleh perkembangan zaman
dan tidak terpenaruh keyakinan yang menyesatkan.[5]
Dengan Tauhid, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, tetapi
juga akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan manusia manapun. Tidak ada
manusia yang lebih superior atau inferior terhadap manusia lainnya. Setiap
manusia adalah hamba Allah yang berstatus sama. Jika tidak ada manusia yang
lebih tinggi atau lebih rendah daripada mnusia lainnya di hadapan Allah, maka
juga tidak ada kolektivitas manusia, baik sebagai suatu suku bangsa ataupun
suatu bangsa , yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada suku bangsa atau
bangsa lainnya. Semuanya berkedudukan sama di hadapan Allah SWT. Yang
membedakan hanyalah tingkat ketakwaan pada Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan di depan dapat diketahui bahwa Tauhid mempunyai
berbagai macam fungsi dan peran yang dapat memberikan dampak positif bagi
kehidupan sosial yakni membebaskan manusia dari perbudakan mental dan
penyembahan kepada semua makhluk, menjaga manusia dari nilai- nilai palsu yang
bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual
belaka, Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya
dilaksanakan secara konsisten, Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan
Allah SWT sebagai pusat kesadaran intelektual mereka. Maka jelaslah bahwa
tauhid erat hubunganya dengan kehidupan sosial karena dengan ber tauhid manusia
dapat mengetahui tujuan hidup mereka yaitu beribadah kepada Allah Subhanahu
Wata’ala secara vertical yaitu langsung kepada Allah dengan ibadah makdoh dan
Horizontal yaitu beribadah dengan sesama makhluk Allah dengan ibadah
ghoirumakdoh.
Dengan
menancapakan kalimat Lailahailallah
dalam hati, maka akan diketahui bahwa segala hal bentuk penyembahan terhadap sesama manusia merupakan suatu
perbuatan yang bisa menduakan Allah SWT serta mengingkari kekuasaannya, karena
Dialah yang menciptakan segala sesuatunya di alam ini, baik yang ada di langit
maupun ada di bumi. Dan apabila semua ini dapat direalisasikan dalam kehidupan
secara konsisten maka akan tercipta kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.
B.
Saran
Kita sebagai umat beragama sebaiknya dapat mengambil hikmah dari
fungsi dan peran yang telah dibahas diatas. Dengan demikian, kita bisa
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari kita.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rojak,Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, ( Jabar : CV Pustaka Setia, 2006).
Ibnu khaldun,Muqaddimah terj. Ahmadiethoha (jakarta: pustaka
firdaus, cetakan
pertama 1986 ) .
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Fawaidul Fawaid (Jakarta: Pustaka
asy-Syafi’I,2012).
Muhammad Zuhri,Benteng
Pengokoh Iman, (Semarang: Al Munawar,1977).
Syekh Muhammad
Abdullah, Risalah Tauhid terj. KH. Firdaus(
Jakarta: AN-PN
Bulan Bintang, Cetakan Pertama, 1963).
[1]
Muhammad Zuhri,Benteng Pengokoh Iman, (Semarang: Al Munawar,1977), hlm
13-14.
[2]
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Fawaidul Fawaid, (Jakarta: Pustaka
asy-Syafi’I,2012), hlm 49-50
[3]
Ibnu khaldun, Muqaddimah
terj. Ahmadiethoha (jakarta: pustaka firdaus, cetakan pertama 1986 ) hal.
589.
[5] Syekh Muhammad
Abdullah, Risalah Tauhid terj. KH.
Firdaus( Jakarta:
AN-PN Bulan Bintang, Cetakan
Pertama, 1963), hlm. 33.
Assalamu'alaikum, izin save gambar tauhid nya ya min
BalasHapus