Strategi Pembelajaran Kooperatif Dalam Mata Pelajaran Qur'an Hadist
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DALAM MATA PELAJARAN QUR’AN HADITS
MAKALAH
Disusun
guna memenuhi tugas
Mata
kuliah : Materi
Pembelajaran Qur’an Hadits MTs / MA
Dosen
pengampu : Ahmad
Fatah, M.S.I
B-ELK
Semester Gasal
Disusun
oleh kelompok 8:
1.
Khoirul Muarif 1510120051
2. Norma Setyowati 1510120063
3. Nor Ida Jum’ah 1510120068
PRODI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINNGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Hingga saat ini, pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan adalah sebagai
fakta - fakta yang harus dihafal. Proses belajar mengajar di dalam kelas masih
terfokus kepada guru. Guru dijadikan
sebagai sumber
utama pengetahuan. Metode ceramah masih menjadi
pilihan utama dalam
strategi proses belajar mengajar. Guru terkesan
sekedar menyampaikan atau
mentransfer pengetahuan pada tatanan
kognitif saja. Hal ini membuat siswa
pasif sehingga materi yang disampaikan
tidak termanifestasikan dalam benak siswa.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan
sebagai upaya
peningkatan pembelajaran di sekolah adalah model pembelajaran
kooperatif/cooperative
learning. Falsafah yang mendasari model
pembelajaran ini adalah falsafah “homo homini socius”, yakni makhluk
yang cenderung untuk hidup bersama. Homo homini socius menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerja sama merupakan
kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan
hidup. Tanpa kerja sama, tidak ada individu, keluarga, organisasi dan sekolah. Tanpa
kerja sama kehidupan akan punah. Atas dasar pemikiran tersebut, cooperative learning perlu
diterapkan demi kelangsungan hidup
manusia.[1]
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian pembelajaran kooperatif ?
2.
Apa tujuan, manfaat, serta ciri-ciri pembelajaran kooperatif ?
3.
Apa saja kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran
kooperatif ?
4.
Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif dalam materi
Qu’ran Hadits ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4
sampai dengan 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Pada
hakekatnya, pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok. Oleh karena
itu, banyak guru yang menyatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative
learning, karena mereka telah biasa melakukan pembelajaran cooperative
learning dalam bentuk belajar kelompok, walaupun tidak semua belajar
kelompok disebut sebagai cooperative learning. Seperti dijelaskan oleh
Abdulhak “pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara
peserta didik, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama antara peserta didik
itu sendiri”.
Tom
V. Mengemukakan bahwa cooperative learning merupakan satu pendekatan
yang menekankan kerja sama dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah
strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok
kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar kooperatif, siswa belajar
kerja sama anggota lainnya. Berdasarkan uraian diatas, dapat dipahami bahwa
dalam pembelajaran kooperatif, siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu belajar
untuk dirinya sendiri, dan membantu sesama anggota untuk belajar.[2]
B. Tujuan, Manfaat, Serta Ciri-ciri Pembelajaran
Kooperatif
1.
Pembelajaran
kooperatif mempunyai beberapa tujuan, diantaranya:
a.
Meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model kooperatif ini memiliki
keunggulan dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.
b.
Agar siswa
dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang.
c.
Mengembangkan
ketrampilan sosial siswa, berbagin tugas, aktif bertanya,menghargai pendapat
orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat,
dan bekerja dalam kelompok.
2.
Sedangkan
manfaat pembelajaran kooperatif yaitu:
a.
Meningkatkan
pencurahan waktu pada tugas.
b.
Penerimaan
terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar.
c.
Sikap apatis
berkurang.
d.
Hasil belajar
lebih tinggi.
e. Meningkatkan kebaikan budi,
kepekaan, dan toleransi.
3. Adapun ciri-ciri pembelajaran
kooperatif, yaitu:
a. Siswa bekerja dalam kelompok
untuk menuntaskan materi belajar.
b. Kelompok mdibentuk dari siswa
yang memiliki ketrampilan tinggi, sedang, dan rendah (heterogen).
c. Apabila memungkinkan, anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi
pada kelompok daripada individu.[3]
C. Kelebihan dan Kekurangan
Pembelajaran Kooperatif
Dalam proses pembelajaran, strategi maupun metode yang digunakan pasti memiliki kelebihan maupun
kekurangan. Begitu pula pada cooperative
learning. Metode ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
1.
Meningkatkan
kepekaan dan kesetikawanan sosial.
2.
Memungkinkan
terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
3.
Meningkatkan
rasa saling percaya kepada sesama.
4.
Memungkinkan
para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi dan perilaku sosial.
5.
Memudahkan
siswa dalam melakukan penyesuaian sosial.
Sedangkan
kekurangan metode cooperative learning diantaranya:
1.
Siswa yang
lebih pintar dan belum mengerti tujuannya, akan merasa dirugikan karena harus repot-repot
membantu temannya.
2.
Siswa merasa
keberatan, karena nilai yang mereka peroleh ditentukan oleh prestasi / pencapaian
kelompoknya.
3.
Bila kerja
sama tidak dapat dijalankan dengan baik, maka yang bekerja / belajar hanya beberapa siswa yang
pintar dan aktif.[4]
D.
Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Dalam Materi Al-Qur’an Hadist
Dapat diketahui bahwa penerapan cooperative learning melibatkan
beberapa hal yang diantaranya:
1. Penataan Ruang Dalam Cooperative
Learning
Tugas utama
guru adalah menciptakan suasana yang kondusif di dalam kelas. Hal ini dimaksudkan agar terjadi interaksi belajar
mengajar yang dapat
memotivasi siswa untuk belajar dengan
baik dan sungguhsungguh. Untuk itu,
seyogyanya guru memiliki
kemampuan untuk melakukan
interaksi belajar mengajar yang baik. Salah satu kemampuan yang sangat penting adalah kemampuan dalam
mengatur kelas. Dalam kegiatan
belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil dan tidaknya suatu proses belajar mengajar. Dua
hal tersebut adalah pengaturan kelas
dan pengajaran itu sendiri. Keberhasilan pengajaran
dalam arti tercapainya tujuan-tujuan intruksional, sangat bergantung pada kemampuan mengatur kelas.
Kelas yang
baik, dapat menciptakan
situasi yang memungkinkan anak belajar. Hal ini merupakan titik awal dari keberhasilan pengajaran. Agar
tercipta suasana yang menggairahkan
dalam belajar, perlu diperhatikan pengaturan ruang belajar/kelas. Pengaturan dan penyusunan ruang belajar hendaknya memungkinkan siswa untuk duduk berkelompok dan
memudahkan guru dalam bergerak
saat membantu siswa belajar. Dalam
pembelajaran cooperative learning, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengaturan ruang,
diantaranya:
a.
Ukuran dan
bentuk ruang kelas.
b.
Jumlah siswa.
c.
Tingkat
kedewasaan siswa.
d.
Jumlah siswa
dalam setiap kelompok
e.
Toleransi
siswa terhadap kegaduhan dan lalu lalang siswa lain.
f.
Pengalaman
guru dalam menerapkan cooperative learning.
g.
Pengalaman
murid dalam menerapkan cooperative learning.
Adapun
kemungkinan beberapa model penataan ruang yang dapat dipakai adalah sebagai berikut:
a. Meja laboratorium
Formasi ini
dibentuk dengan cara membalikkan kursi dan kelompok duduk saling berhadapan. Hal ini memudahkan
pengaturan ruangan dalam waktu yang singkat dan siswa dapat berinteraksi
dengan mudah. Bentuk dari
formasi ini.
b. Meja kelompok
Dalam formasi
ini, siswa satu kelompok ditempatkan berdekatan. Dengan tujuan untuk mempermudah siswa dalam
berinteraksi. Bentuk dari formasi
ini sebagai berikut:
c. Tapal kuda
Formasi tapal
kuda mirip dengan letter U. Siswa dalam satu kelompok ditempatkan
berdekatan. Hal ini juga mempermudah guru dalam mengadakan pemantauan, memasuki sisi dalam
formasi bentuk ini.
d. Formasi tanda pangkat
Susunan ruang
kelas tradisional tidak kondusif untuk penerapan cooperative learning. Untuk itu
perlu adanya penataan dengan formasi V terbalik /
tanda pangkat. Ini memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan sesama.
e. Pengelompokan berpancar
Jika ruangan
kelas cukup besar, usahakan agar susunan berpancar cukup berjauhan. Hal ini dimaksudkan agar
setiap kelompok tidak saling
mengganggu. Namun hindari pemancaran yang terlalu jauh agar tidak kesulitan dalam melakukan hubungan antar
tim.
f. Lingkaran
Interaksi
tatap muka akan lebih baik, jika menempatkan siswa dalam formasi lingkaran. Formasi ini ideal untuk
diskusi kelompok. Bila ingin
menyediakan alas untuk menulis, guru dapat meminta siswa untuk memutar meja.
2. Pengelompokan Dalam Cooperative Learning
pengelompokan
cooperative learning menggunakan pengelompokan
yang bersifat heterogen. Pengelompokan ini dibentuk dengan memperhatikan latar belakang siswa dan
prestasi. Ada tiga jenis kelompok dalam
cooperative learning yaitu:[5]
a. Kelompok informal
Kelompok
informal bersifat sementara karena pengelompokan ini digunakan dalam satu periode pengajaran.
Kelompok ini biasanya terdiri dari
dua siswa, tujuannya untuk membantu siswa lebih fokus pada materi pelajaran, dan memberi kesempatan
siswa untuk mendalami
informasi yang di ajarkan.
b. Kelompok formal
Kelompok
formal digunakan untuk memastikan siswa mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan tugas dengan
baik. Kelompok ini dapat dipakai selama
beberapa hari tergantung pada tugas yang
diberikan.
c. Kelompok dasar
Kelompok dasar
ini disebut juga kelompok permanen yaitu pengelompokan dengan tenggang waktu
yang lebih panjang, misalnya satu semester, tujuannya untuk memberi dukungan
yang berkelanjutan kepada siswa.
3. Metode Pada Cooperative Learning
Metode-metode yang menganut cooperative
learning diantaranya
sebagai berikut:
a. Jigsaw
Learning
Metode jigsaw
learning dikembangkan oleh Aronson et.al sebagai model pembelajaran cooperative learning.
Metode ini merupakan
pertukaran kelompok dengan kelompok, namun ada satu perbedaan penting, yaitu setiap siswa
mengajarkan sesuatu. Ini merupakan hal
yang sangat menarik jika ada materi yang bisa di segmentasikan. Setiap siswa
mendapatkan materi yang harus dipelajari secara
mandiri. Materi tersebut apabila digabung dengan materi temannya, akan
membentuk pengetahuan yang terpadu.
Jigsaw di desain untuk meningkatkan
tanggung jawab siswa terhadap materi yang diberikan, karena siswa dituntut
untuk menyampaiakan / mengajarkan materi tersebut kepada rekannya. Dengan
demikian, jigsaw menuntut siswa
untuk saling bergantung satu sama lain dalam mempelajari materi yang ditugaskan. Jigsaw dalam
pembelajaran al- Qur'an Hadits digunakan untuk mempelajari ilmu tajwid,
misalnya hukum nun sukun atau tanwin, hukum mim sukun, macam-macam mad dan
pembagiannya, Adapun langkah-langkah dalam jigsaw learning sebagai
berikut:
1)
Persiapan
a)
Guru memilih
materi yang bisa dipecah menjadi beberapa bagian (bisa
di segmentasikan).
b)
Guru membentuk
home teams (kelompok asal).
c)
Guru membentuk
home expert (kelompok ahli).
2)
Pelaksanaan
a)
Guru
menyampaikan materi secara global.
b)
Guru
menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
c)
Guru membagi
materi kepada masing-masing anggota dalam home teams untuk
dipelajari secara mandiri.
d)
Masing-masing
anggota berkumpul dalam expert teams untuk mendiskusikan bagian materi yang sama secara
mendalam.
e)
Siswa kembali
ke home teams untuk mengajarkan apa yang didapatkan dalam expert teams untuk
memadukan materi-materi yang tadinya
terbagi-bagi.
3)
Penyelesaian
a)
Guru bersama
siswa mengambil kesimpulan dari materi.
b)
Guru
mengadakan kuis.
b. Card Sort
Card sort merupakan
metode pembelajaran yang berorentasi pada
pemberdayaan siswa. Card
sort membantu menggairahkan siswa untuk belajar,
karena card sort membutuhkan gerakan fisik dan aktivitas kerja sama diantara anggota
kelompok. Card sort digunakan
untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang benda, atau mengulangi informasi.
Tujuan dari card sort yakni untuk
mengungkapkan daya ingat (recoll) terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari siswa. Untuk itu, hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam
penerapan card sort diantaranya:
1)
Kartu-kartu
tersebut jangan diberi nomor.
2)
Kartu-kartu
tersebut dibuat dalam ukuran yang sama.
3)
Jangan memberi
"tanda kode" apapun pada kartu tersebut.
4)
Kartu-kartu
tersebut dari "beberapa bahasan" dan dibuat dalam jumlah yang banyak sesuai dengan jumlah siswa.
5)
Materi yang
ditulis dalam kartu tersebut, telah diajarkan dan dipelajari oleh siswa.
Dalam
pembelajaran al-Qur'an Hadits, card sort diterapkan untuk mempelajari ilmu tajwid misalnya hukum
nun sukun atau tanwin, mad
dan pembagiannya, dan hukum mim sukun. Adapun
langkah-langkah dalam card sort sebagai berikut:
1)
Persiapan
a)
Guru
menentukan topik.
b)
Guru
merumuskan tujuan.
c)
Guru membuat
kartu-kartu indeks yang berisi informasi.
2)
Pelaksanaan
a)
Guru
menjelaskan materi secara global.
b)
Guru
menjelaskan tujuan dan materi.
c)
Guru
membagikan siswa kartu indeks yang berisi informasi atau contoh yang cocok dengan satu / beberapa
katagori.
d)
Guru
memerintah siswa untuk berkeliling ruangan dan mencari siswa lain yang memiliki kartu indeks dengan
katagori yang sama.
e)
Guru
memerintahkan siswa untuk berdiskusi sesuai dengan katagorinya.
f)
Siswa
mempresentasikan pengajaran tentang katagori.
3)
Penyelesaian
a)
Guru bersama
siswa menyimpulkan materi.
c.
Kerja Kelompok
Kerja kelompok
merupakan suatu setrategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
bekerja-sama, berpikir kritis dan meningkatkan prestasi akademik. Menurut Bimo
Walgito belajar kelompok sebagai alat untuk mengembangkan sikap sosial anak
selain untuk mencapai tujuan pendidikan. Dari definisi di atas dapat
disimpulkan belajar kelompok pada hakikatnya memaknai konsep, menumbuhkan
kemampuan kerja-sama dan membantu teman. Kaitannya dengan belajar al-Qur'an
Hadist, metode ini diterapkan untuk mencari
hukum bacaan yang ada pada ayat-ayat al-Qur'an, misalnya pada QS. Lukman ayat 12-15, an-Nisa
ayat 36, ali-Imron ayat 103 dan
105, an-Nur ayat 21, dan surat al-Baqoroh ayat 261-264. Adapun langkah-langkah dalam belajar kelompok
sebagai berikut:
1)
Persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran.
b) Menentukan topik yang akan di bahas.
c) Merumuskan langkah kerja kelompok.
2)
Pelakasanaan
a)
Guru membagi
siswa membentuk kelompok, usahakan belajar kelompok terdiri dari 3-5 orang dan berbagi
tugas.
b)
Siswa belajar
kelompok masing-masing dengan prosedur demokratis.
c)
Guru
berkeliling memantau siswa, memberi dorongan dan bantuan agar siswa ikut berpartisipasi aktif.
3)
Tindak lanjut
a)
Siswa
melaporkan hasil belajar kelompok, hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa terutama dari
kelompok lain. Guru memberi
penjelasan terhadap laporan tersebut.
b)
Siswa mencatat
hasil belajar kelompok dan menyerahkan kepada guru.
Dari
keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, dalam penerapan metode cooperative learning meliputi
tiga tahapan yang perlu untuk
disiapkan. Tiga tahapan tersebut meliputi persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi.[6]
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
Telaah
atas kajian penelitian yang berkaitan dengan strategi pembelajaran kooperatif
yang telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian tersebut yaitu :
1.
Skripsi dari
Muhammad Hasan (2015) dari UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG.
Judul :
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI
PENERAPAN PEMBELARAN KOOPERATIF MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD)
PADA MATA PELAJARAN AL-QURAN HADIST KELAS XI JRUSAN KEAGAMAAN MADRASAH ALIYAH
NEGERI 2 KOTA PROBOLINGGO
Tujuannya :
Untuk mengetahui proses perencanaan, proses
penerapan, dan hasil pembelajaran kooperatif
model Student Teams Divisions (STAD) dalam peningkatan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Al-Quran Hadist kelas XI keagamaan Madrasah Aliyah
Negeri 2 Kota Probolinggo.
Implikasinya
:
Dalam penelitiannya menjelaskan
bahwa :
Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima
komponen utama ,yaitu pengajaran, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan
penghargaan kelompok sebagai cara yang digunakan agar siswa menjadi aktif.
Dalam penelitiannya pada mata pelajaran alquran hadist,dengan menggunakan
strategi pembelajaran kooperatif siswa lebih aktif dan meningkatkan prestasi
belajar siswa. Walaupun memerlukan beberapa pertemuan agar siswa tebiasa dan untuk
dapat memacu minat siswa agar lebih aktif dan mau bekerja sama dengan temannya,
karena pada pertemuan pertama itu terkendala siswa jadi ramai karna belum
terbiasa dan ketidak cocokan dengan teman yang lainnya.
Kajian skripsi diatas menjelaskan keefektifan
dari strategi yang dipakai,sehingga siswa mampu aktif, persamaan dengan makalah
kami sama-sama bertujuan agar siswa mampu aktif dalam proses pembelajaran.
2.
Skripsi dari
Hilyatul Ulya (2013) dari UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA.
Judul :
PENGARUH ODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR
AL-QURAN HADIST SISWA DI MTS NUR-ATTAQWA JAKARTA UTARA
Tujuan :
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan
model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) terhadap
prestasi belajar Al-quran Hadist siswa kelas kelas IX pada pokok bahasan hukum
mad di MTs Nur-Attaqwa Jakarta Utara
Implementasi :
Berdasarkan
hasil penelitianyang telah dilakukan , suasana dalam kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif telah memberikan kesempatan yang
besar dan merata kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran dari pada
kelas control ynag menggunakan model pembelajaran konvesional, selain itu kelas
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Team Games tournament
(TGT) terbukti mengalami peningkatan nilai rata-rata, dari pada kelas yang
menggunakan pembelajaran konvesional. Dengan demikian model pembelajaran (TGT)
memiliki pengaruh terhadap prestasi siswa walaupun pengaruhnya tidak terlalu
besar.
Persamaan makalah kami
dengan skripsi tersebut sama-sama mengkaji strategi kooperatif, namun dalam
skripsi tersebut lebih terfokuskan dalam pengembangan metode kooperatif yaitu
menggunakan Team Games Tournament (TGT) dimana prakteknya siswa dituntut
untuk lebih aktif dalam pembelajaran.
3. Skripsi dari Siti Kholifatn (2008) dari FAKULTAS
TRBIYAH IAIN WALISONGO SEMARANG
Judul :
PENERAPAN
MODEL COOPERATOF LEARNING DALAM PEMBELAJARAN AL-QURAN HADIST DI MTS
AL-KHOIRIYAH 01NSEMARANG
Tujuan :
Untuk
mengetahui penerapan Cooperatvie Learning dalam pembelajaran al-Quran Hadist di
Mts al-Khoiriyah 01 Semarang
Implikasinya :
Dalam kajian beliau
terfokuskan pada penerapan Cooperative Learning, seperti penataan
bangku, berdiskusi, dan penerapan metode-metode yang lainnya seperti jigsaw,
cart sort dll. Oleh karena itu maka hasil dari penerapannya kurang
diperhatikan. Persamaan dan perbedaan dengan makalah kami yaitu sama-sama
membahas penerapan kooperatif tetapi pada skripsinya lebih terfokuskan pada
lembaga pembelajaran yaitu Mts al-Khoiriyah 01 Semarang.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya
terdiri dari 4 sampai dengan 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
2.
Pembelajaran
kooperatif mempunyai beberapa tujuan, diantaranya:
a. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik. Model kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu siswa untuk
memahami konsep-konsep yang sulit.
b. Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai perbedaan latar belakang.
c. Mengembangkan ketrampilan sosial siswa,
berbagin tugas, aktif bertanya,menghargai pendapat orang lain, memancing teman
untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.
Sedangkan manfaat pembelajaran
kooperatif yaitu:
a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi
lebih besar.
c. Sikap apatis berkurang.
d. Hasil belajar lebih tinggi.
e. Meningkatkan kebaikan budi,
kepekaan, dan toleransi.
Adapun ciri-ciri
pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Siswa bekerja dalam kelompok
untuk menuntaskan materi belajar.
b. Kelompok mdibentuk dari siswa
yang memiliki ketrampilan tinggi, sedang, dan rendah (heterogen).
c. Apabila memungkinkan, anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi
pada kelompok daripada individu.
3. Kelebihan pembelajaran
kooperatif :
1.
Meningkatkan
kepekaan dan kesetikawanan sosial.
2.
Memungkinkan
terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
3.
Meningkatkan
rasa saling percaya kepada sesama.
4.
Memungkinkan
para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi dan perilaku sosial.
5.
Memudahkan
siswa dalam melakukan penyesuaian sosial.
Sedangkan kekurangan metode pembelajaran kooperatif diantaranya:
1.
Siswa yang
lebih pintar dan belum mengerti tujuannya, akan merasa dirugikan karena harus repot-repot
membantu temannya.
2.
Siswa merasa
keberatan, karena nilai yang mereka peroleh ditentukan oleh prestasi / pencapaian
kelompoknya.
3.
Bila kerja
sama tidak dapat dijalankan dengan baik, maka yang bekerja / belajar hanya beberapa siswa yang
pintar dan aktif.
Penerapan
pembelajaran kooperatif dalam materi Qur’an Hadist, melibatkan
beberapa hal yang diantaranya:
b. Penataan Ruang Dalam Cooperative Learning
c.
Pengelompokan
Dalam Cooperative Learning
d.
Metode Pada Cooperative
Learning
B. Saran
Setelah mempelajari
secara mendalam mengenai strategi pembelajaran kooperatif baik berupa teori dan
kajian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang kami kutip maka telah
diketahui bagaimana sesungguhnya metode kooperatif diimplementasikan dalam
pembelajaran, baik pembelajaran bergsifat formal maupun pefmbelajaran non
formal.
Selain guru dituntut
mampu menerapkan metode kooperatif , guru juga perlu adanya pengembangan dan
inovasi sehingga pembelajaran lebih bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, Strategi
Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013).
Adi Gunawan, Genius Learning
Strategy, (Jakarta: Gramedia, 2003).
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan
Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002).
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna
Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003).
Referensi lain :
Hilyatul Ulya, pengaruh model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT)
terhadap prestasi belajar Al-quran Hadist siswa kelas kelas IX pada pokok
bahasan hukum mad di MTs Nur-Attaqwa Jakarta Utara, 2013.
Muhammad Hasan, peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif (STAD) pada mata
pelajaran Al-Quran Hadist kelas XI keagamaan Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota
Probolinggo, 2015.
Siti
Kholifatn, penerapan Cooperatvie Learning dalam pembelajaran al-Quran Hadist
di Mts al-Khoiriyah 01 Semarang, 2008.
[1] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna
Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm.93.
[2] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 174-175.
[4] Adi Gunawan, Genius Learning Strategy,
(Jakarta: Gramedia, 2003), hlm. 204.
[6] Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 196
0 komentar: