Perkembangan Manusia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Kehidupan individu dimulai sejak
masa konsepsi, yaitu saat bertemunya sel yang berasal dari ayah
(sperma) dengan sel telur yang berasal dari ibu (ovum). Dalam proses
pertumbuhan atau perkembangannya, individu mengalami interaksi antara kemampuan
dasar atau pembawaan dengan lingkungan.
Para ahli psikologi dan pendidikan, mengakui
bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu sejak dalam kandungan sampai
meninggal dunia, mengalami proses menurut hukum waktu yang satu sama lain tidak
sama cepat atau lambatnya, fase-fase kepekaannya dan sebagainya, akan tetapi
bagaimanapun juga pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang bersifat
integral sebagai manusia seutuhnya.
Perubahan dalam diri manusia terdiri atas perubahan kualitatif akibat dari
perubahan psikis, dan perubahan kuantitatif akibat dari perubahan fisik.
Perubahan kualitatif tersebut sering disebut dengan perkembangan, sedangkan
perubahan kuantitatif sering disebut dengan pertumbuhan. Persoalan yang menjadi
topik bahasan psikologi adalah perubahan kualitatif atau perkembangan, sebab
hal itu terkait dengan fungsi struktur kejiwaan yang kompleks beserta dinamika
prosesnya, meskipun disadari bahwa pertumbuhan fisik sedikit banyak berkorelasi
dengan perkembangan psikis.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pertumbuhan dan perkembangan
khususnya manusia masa dewasa dan usia lanjut dalam perspektif psikologi Islam.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini,
antara lain :
1. Apa pengertian
pertumbuhan dan perkembangan ?
2. Bagaimana
pandangan islam tentang pertumbuhan dan perkembangan ?
3. Faktor apa saja
yang mempengaruhi faktor ?
4. Serta ayat-ayat
apa saja yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan ?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
agar pembaca bisa memahami pengertian dari pertumbuhan dan perekembangan,
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta ayat-ayat
yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pertumbuhan dan Perkembangan
Seperti kita ketahui bahwa segala sesuatu yang
hidup di alam ini, senantiasa mengalami proses tumbuh dan berkembang sesuai
dengan hukum yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Tak satupun yang dapat
menyimpang dari hukum tersebut. Penyimpangan berarti kehancuran baik bagi
eksistensi dirinya maupun bagi yang lain. Demikian halnya dengan kehadiran
manusia di alam ini, tidak terlepasa dari proses pertumbuhan dan perkembangan
sesuai dengan hukum yang berlaku padanya. Lajunya pertumbuhan dan perkembangan
tersebut selaras dengan taraf usia kronologisnya. Apabila terjadi kesenjangan
dan ketidakseimbangan inilah yang disebut abnormal. Hal semacam ini menimbulkan
persoalan baru bagi manusia, persoalan tersebut semakin rumit dan pelik,
apabila jarak kesenjangan dan ketidakseimbangan itu semakin jauh.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa
pertumbuhan dan perkembangan merupakan sifat yang melekat pada kehidupan. Lalu
apakah pertumbuhan dan perkembangan ? untuk melihat lebih jelas ada baiknya
menyimak ungkapan para ahli, antara lain :
1. Prof DR. F.J.
Monk, dkk
Menurut Monk, “Perkembangan ialah suatu proses
yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat
integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan proses pertumbuhan, kemasakan dan
belajar”.[1]
Dalam bagian lain ia menyatakan : “Pertumbuhan
khusus dimaksudkan dalam ukuran-ukuran badan dan fungsi-fungsi fisik yang murni
sedangkan perkembangan adalah lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas
mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak”.[2]
2. Lester D. Crow,
Ph.D. and Alice Crow , Ph.D.
Menurut Lester dan Alice “The term growth to
structural and psycological changes within the phisical constitution of
the individual from conception to adulthood, the term development can be
applied more corretly to those imate potentialities of behavior that are
sensitive to environmental stimulation”.[3]
Artinya adalah istilah pertumbuhan menunjuk kepada perubahan struktur dan fisik
individu dalam seam tubuh sejak masa konsepsi sampai masa dewasa, istilah
perkembangan lebih tepat dapat dipergunakan untuk menunjuk potensi-potensi
tingkah laku dari dalam yang terpengaruh oleh rangsangan lingkungan.
3. Prof. Dr.
Soegarda Poerbakawatja
Menurut Soegarda, pertumbuhan merupakan suatu
proses pada anak yang menunjukkan perubhan-perubahan padanya (terutama
jasmaniyah) secara otomatis, sedangkan perkembangan suatu proses dalam
pertumbuhna yang menunjukkan adanya pengaruh dalam yang menyebabkan
bertambahnya tempo, kualitas dalam pertumbuhan.[4]
4. Dra. Rohmalina
Wahab, M.Pd.I
Menurut Rohmalina Wahab, pertumbuhan merupakan
proses atau tahapan peningkatan dan pertambahan aspek kuantitatif yang bermuara
pada perubahan-perubahan struktural manusia dalam hal jumlah, ukuran dan
arti penting lainnya, seperti dari kecil menjadi besar, dari pendek
menjadi panjang dan lainnya. Perkembangan adalah proses atau tahapan perubahan
yang meliputi aspek kualitatif dari setiap fungsi-fungsi kejiwaan dan
kepribadian ke arah yang lebih maju. Penekanan perkembangan ini berpusat pada
penyempurnaan psikologis, kejiwaan atau rohaniah yang terrefleksikan dari
tingkah laku dan perbuatan.[5]
Keempat pernyataan di atas dapat kita simpulkan
bahwa istilah pertumbuhan tidak bisa dipisahkan secara tejam, namun bila ingin
dibedakan maka pertumbuhan lebih menunjuk kepada perubahan fisik sedangkan
perkembangan lebiha menunjuk kepada perubahan psikis, yang jelas, baik pada
pertumbuhan maupun perkembangan terjadi proses perubahan, perubahan tersebut
terjadi akibat dari kekuatan-kekuatan intern secara otomatis dan
kekuatan-kekuatan dari luar.
B. Fase
Pertumbuhan dan Perkembangan Menurut Islam
Menurut Hartati sebagaimana yang dikutip
Rohmalina Wahab, pertumbuhan dan perkembangan menurut Islam dapat dibagi kepada
beberapa fase sebagai berikut :[6]
1. Fase Pra-Natal
Fase pranatal (sebelum lahir) mulai masa
konsepsi sampai proses kelahiran yaitu sekitar 9 bulan 20 hari. Ibnu Mas`ud
berkata bahwa Rasulullah bersabda yang artinya :
“Sesungguhnya seorang baru kalian
dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari (asal sperma),
selanjutnya menjadi segumpal darah beku itupun selama 40 hari. Selanjutnya
Allah Swt, mengutus malaikat, maka ia pun meniupkan ruh ke dalam tubuhnya.
Malaikat ini diperintah mencatat (menetapkan) empat hal, yaitu mengenai
rezekinya, amalnya, celakanya dan bahagianya” (H.R Bukhari dan Muslim).
2. Fase Lahir
Fase lahir merupakan permulaan atau periode
awal keberadaan sebagai individu dan pada masa ini dimulai dari kelahiran dan
berakhir pada saat bayi menjelang dua minggu dan periode ini juga bayi mulai
menyesesuaikan dirinya dengan kehidupan di luar rahim.
Fase ini terbagi menjadi dua periode, yaitu :
periode pertunate (mulai kelahiran sampai antara lima belas dan tiga
puluh menit sesudah kelahiran), sedangkan periode neonate (dari
pemotongan dan pengikatan tali pusar sampai sekitar akhir minggu kedua dari
kehidupan paseamatur, yaitu lingkungan di luar tubuh ibu).
3. Fase Dua Tahun
Pertama
Pada fase 2 tahun pertama ini dapat dilihat
dari khasnya yaitu anak mulai memusarkan dirinya untuk mengenal lingkungannya,
menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara dan pada masa ini Rasulullah
bersabda, yang artinya :
“Mulailah mendidik anak-anak kalian dengan
kalimat pertama : Laa ilaha illallah (tidak ada tuhan selain Allah), bimbinglah
mereka ketika mereka berada dalam sekarat dengan Laa ilaha illallah,” (H.R
Al-Baihaqi).
Kalau kita cermati hadits di atas adalah
pendidikan pertama ditanamkan kepada anak adalah meng-Esakan Allah dengan
kalimat tauhid, dengan kalimat Laa ilaha illallah (tiada tuhan selain
Allah).
4. Fase
Kanak-kanak
Masa kanak-kanak ini berlangsung selama enam
tahun, oleh pendidik disebut pra sekolah. Awal masa kanak-kanak ini sering
dianggap sebagai usia kritis dalam penggolongan peran seks. Pada masa inilah
anak paling peka dan siap untuk belajar dan dapat memahami pengetahuan dan
selalu ingin bertanya dan memahami.
Perkembangan kembangan kepribadian anak sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kognitifnya. Hal ini membentuk persepsi
anak mengenai dirinya sendiri, dalam kompetensi sosialnya, dalam peran jenis
kelaminnya, dan dalam menegakkan pendapatnya mengenai apa yang benar dan yang
salah.[7]
5. Fase Puber
Periode ini merupakan masa pertumbuhan dan
perubahan yang pesat dan masa ini terjadi pada usia yang berbeda bagi anak
laki-laki dan anak perempuan. Kriteria umum yang digunakan fase ini adalah bagi
anak laki-laki ditandai dengan mimpi basah, sedangkan pada anak perempuan
ditandai dengan masa haid pertama.[8]
Adapun periode masa puber terbagi menjadi tiga
masa, antara lain :
a. Masa pra pubertas
: usia 12-14 tahun, masa ini merupakan peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke
masa awal pubertas. Cirinya yaitu :
·
Anak tidak suka
diperlakukan seperti anak kecil lagi
·
Anak mulai
bersikap kritis
b. Masa pubertas :
masa remaja awal usia 14-16 tahun. Adapun cirinya, antara lain sebagi berikut :
·
Mulai cemas dan
bingung tentang perubahan fisiknya
·
Memperhatikan
penampilan
·
Sikapnya tidak
menentu
·
Suka
berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
c. Masa akhir
pubertas : usia 17-18 tahun, masa ini meupakan peralihan dari masa pubertas ke
masa adolesen. Cirinya, antara lain :
·
Pertumbuhan
fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai
sepenuhnya.
·
Proses
kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria.
6. Fase Dewasa
Masa dewasa adalah pencarian kemantapan dan
masa reproduktif, yaitu suatu masa yang penuh masalah dan ketegangan emosional,
periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan
nilai-nilai, kreativitas dan penyesesuaian hidup yang baru.[9]
Pada fase ini sebaiknya yang perlu ditanamkan pada
diri sendiri adalah menjalankan ketaatan, karena pada fase ini individu sudah
menetukan sendiri kemana mereka akan melangkah.
7. Fase Lansia
Pada fase ini memiliki ciri sebagai berikut :
periode kemunduran, perbedaan individual pada efek menua, usia tua dinilai
dengan kriteria yang berbeda. Masalah umum yang unik bagi orang-orang yang
lanjut usia ini adalah ditandai dengan keadaan fisik yang lemah dan tak
berdaya, sehingga tergantung pada orang lain.
C. Teori
Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan yang luasa mengenai perkembangan
kiranya dapt diperoleh dengan memperhatikan pendapat-pendapat ataupun
teori-teori dari ahli psikologi perkembangan, teori-teori ini dapat memberikan
kontribusi ataupun manfaat untuk menjadikannya sebagi landasan atau dasar-dasar
untuk memajukan dan mendorong bagi perbaikan dan penyempurnaan dalam bidang
pendidikan.
1. Teori Nativisme
Nativisme (nativism) adalah sebuah
doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis.
Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof
Jerman. Para penganut aliran ini berpendapat atau berkeyakinan bahwa
perkembangan manusia itu hanya ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan
pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa.[10]
Sebagai contoh, jika sepasang orangtua ahli
musik, maka anak-anak yang mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Harimau
pun hanya akan melahirkan harimau, tak akan pernah melahirkan domba. Jadi,
pembawaan dan bakat orangtua selalu terpengaruh mutlak terhadap perkembangan
kehidupan anak-anaknya.
2. Teori Empirisme
Toko utama teori ini adalah John Locke
(1632-1704). Doktrin aliran empirisme yang amat masyhur adalah “tabul rasa”,
sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong
(blank slate).[11]
Doktrin ini menekankan arti penting pengalaman,
lingkungan, dan pendidikan, sehingga perkembangan manusia pun semata-mata
bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya. Dalam hal ini, para
penganut empirisme menganggap setiap anak lahir dalam keadaan kosong, tak punya
kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak menjadi apa seorang anak kelak bergantung
pada pengalaman atau lingkungan yang mendidiknya.
3. Teori
Konvergensi
Aliran konvergensi (convergence)
merupakan gabungan antara aliran empirisme dengan aliran nativisme.
Aliran ini menggabungkan arti pentinng hereditas (pembawaan) dengan lingkungan
sebagai faktor-faktor yang berpengaruhdalam perkembangan manusia. Tokoh utama
konvergensi bernama Louis William Stern (1871-11938), seorang filosof dan
psikolog Jerman.
Para penganut aliran kovergensi berkeyakinan
bahwa baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan andilnya sama besar dalam
menentukan masa depan seseorang. Jadi, seorang peserta didik yang lahir dari
keluarga santri atau kiyai, umpamanya, kelak ia akan menjadi ahli agama apabila
ia dididik di lingkungan pendidikan keagamaan.[12]
4. Teori
Naturalisme
Menurut Rousseau manusia pada dasarnya baik,
menjadi buruk atau jahat karena dipengaruhi kebudayaan. Pendidikan yang baik
adalah memberi kebebasan pada anak berkembang menurut kodrat yang baik itu.
Dalam pendidikan guru tidak boleh menghukum, tetapi hukuman harus diberikan
oleh alam itu sendiri.
5. Teori
Rekapitulasi
Teori rekapitulasi mengatakan bahwa
perkembangan individu merupakan ulangan dari perkembangan jenisnya.berdasarka
teori rekapitulasi pertumbuhan anak didik dapat dibagi kedalam lima fase,
yaitu:
a. Masa berburu
atau masa penyamuan, pada masa ini anak menangkap binatang menyelinap dan
bersembunyi. Masa ini berakhir pada umur kurang lebih 8 tahun.
b. Masa
pengembala, pada umur ini anak gemar sekali memelihara binatang seperti kucing,
kelinci, kambing, dan sebagainya. Masa ini berakhir pada umur 10 tahun.
c. Masa petani,
masa ini berlangsung dari umur 10-12 tahun. Ciri yang penting pada masa ini
ialah anak gemar menanam tanaman dan berkebun.
d. Masa pedagang,
pada masa ini berlangsung dari umur 12-18 tahun. Pada saat ini anak suka sekali
bermain jual beli, mengumpulkan benda-benda seperti perangko, potret, kartu pos
bergambar dan suka tukar menukar barang-barang dengan teman-temannya.
e. Masa industri,
timbul pada umur 14 tahun, anak gemar membuat permainan dan barang kerajinan.
D. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Dalam mempelajari perkembangan manusia
diperlukan adanya perhatian khusus mengenai hal-hal sebagai berikut:
1. Proses
pematangan, khususnya pematangan fungsi kognitif.
2. Proses belajar
3. Pembawaan atau
bakat
Ketiga hal ini berkaitan erat sama lain dan saling
berpengaruh dalam perkembangan kehidupan manusia tak terkecuali para siswa
sebagaipeserta didik kita. Apabila fungsi kognitif, bakat dan proses belajar
seorang siswa dalam keadaan positif, hampir dapat dipastikan bahwa siswa
tersebut akan mengalami perkembangan kehidupan secara mulus. Akan tetapi asumsi
seperti ini sebenarnya belum tentu terwujud karena banyak faktor yang
berpengaruh terhadap proses perkembangan siswa dalam menuju cita-cita yang ia
inginkan.
Dari beberapa literatur yang ada seperti buku
psikologi pendidikan oleh Muhibbin Syah, psikologi pendidikan oleh Abd. Rachman
Abror mereka nampaknya sepakat menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan itu didasarkan pada teori-teori perkembangan, yaitu:
a. Nativisme mengatakan
perkembangan manusia ditentukan dari pembawaan.
b. Empirisme
mengatakan perkembangan manusia ditentukan dari pengalaman dan lingkungan.
c. Konvergensi
mengatakan perkembangan manusia ditentukan dari pembawaan dan pengaruh
lingkungan.
Jadi, kita simak dan analisis maka faktor yang
paling mendasar untuk dapat dikatakan mempengaruhi perkembangan adalah
lingkungan dan pembawaan.
Dapat dikatakan faktor yang paling mempengaruhi
tinggi rendahnya mutu hasil perkembangan siswa terdiri dari dua macam, yaitu:
a. Faktor internal
Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa
itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut
mengembangkan dirinya sendiri.
b. Faktor
eksternal
Yaitu hal-hal yang datang atau ada di luar diri
siswa yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman
berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungannya.
Jadi, dapat kita simpulkan dari analisis di
atas, bahwa perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor bawaan,
sedangkan faktor eksternal meliputi faktor lingkungan juga termasuk faktor
keluarga.
E. Pandangan
Ajaran Islam
Dalam pandangan ajaran Islam, manusia
dilahirkan dalam keadaan kosong, dalam arti tidak memiliki pengetahuan apapun.
Hal ini dinyatakan dalam Al-Quran secara eksplisit dengan ungkapan :
لَا
تَعْلَمُوْنَ
Meskipun demikian, Allah memberi bekal-bekal
berupa potensi untuk mengembangkan diri menjadi pemegang wewenang di muka bumi
yang dalam Al-Quran disebut Khalifatullah fil ardh (khalifah Allah di
muka bumi) dalam rangka beribadah atau mengabdi kepada-Nya.
Bekal-bekal potensial itu, menurut firman-Nya
berupa indera pendengaran atau telinga dan indera penglihatan atau mata serta
daya nalar (af-idah). Af-idah menurut Ibnu Katsir sebagaimana yang telah
disinggung di muka, adalah kalbu atau akal. Berdasarkan kajian psikologis
kognitif, qalb dapat diasumsikan sebagai potensi sistem memori manusia.[13]
Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim,
Rasulullah Saw bersabda ;
كُلُّ مَوْلُودٍ
يُوْلَدُ عَلَى الفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
يُمَجِّسَانِهِ (رواه مسلم)[14]
Artinya :
“Tiap-tiap anak dilahirkan menurut fitrohnya (bakatnya orang
tualah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi)”. (H.R Muslim)
Hadits di atas menyatakan, bahwa setiap manusia
dilahirkan dalam keadaan fitrah atau memiliki sifat pembawaan yang ada
sejak lahir. Fitrah atau sifat bawaan dipahami oleh para ahli antara lain
sebagai : Pertama kesucian, Kedua kecenderungan beragama atau
memeluk Islam. Arti kecenderungan memeluk Islam ini tampak mengacu pada
kemungkinan berkembangnya anak manusia tersebut menjadi Yahudi atau Nasrani
atau Majusi, bergantung pada kedua orangtua dan lingkungannya.[15]
Pada dasarnya setiap manusia berpotensi menjadi seorang Muslim, dan potensi ini
akan menjadi kenyataan apabila kedua orangtua dan lingkungan mendidiknya secara
Islami.
Berdasarkan analisis singkat menegenai fitrah
di atas, kita dapat menarik simpulan bahwa bakat dan pembawaan atau
hereditas berperan sangat penting dalam menentukan perkembangan dan masa depan
manusia. Namun, peran penting hereditas tersebut kurang berarti atau bahkan
tidak akan berarti jika lingkungannya tidak memberi dukungan yang sesuai dengan
potensi bakat dan kemampuan yang dibawa sejak lahir.
F. Ayat-ayat
Al-Quran tentang Pertumbuhan dan Perkembangan
Adapun ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan
pertumbuhan dan perkembangan manusia, antara lain :
1. QS Al-Mu`min
ayat 67
Artinya :
“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari
setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu
sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada
masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu
ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai
kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).” (Q.S Al-Mu`min
: 67)
2. QS Ar-Ruum ayat
54
Artinya :
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari
Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi
kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan
beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha
mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Q.S Ar-Rum : 54)
Dari dua ayat di atas, dapat kita analisis dari
maksud arti kedua ayat tersebut, bahwa ayat pertama yaitu surat Al-Mu`min ayat
67 menjelaskan asal muasal manusia diciptakan oleh Allah Swt, proses penciptaan
manusia, serta fase-fase yang akan dialami oleh manusia itu sendiri.
Sedangkan ayat ke dua yaitu surat Ar-Rum ayat
54 menjelaskan tentang fase-fase yang dialami oleh manusia, bahwasannya Allah
menciptakan seseorang dari kondisi lemah menjadi kuat dan akhirnya menjadi
lemah tanpa berdaya.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat saya simpulkan
bahwa istilah pertumbuhan tidak bisa dipisahkan secara tajam, namun bila ingin
dibedakan maka pertumbuhan lebih menunjuk kepada perubahan fisik sedangkan
perkembangan lebih menunjuk kepada perubahan psikis, yang jelas, baik pada
pertumbuhan maupun perkembangan terjadi proses perubahan, perubahan tersebut
terjadi akibat dari kekuatan-kekuatan intern secara otomatis dan
kekuatan-kekuatan dari luar.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor bawaan,
sedangkan faktor eksternal meliputi faktor lingkungan juga termasuk faktor
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Hawi, Akmal. 2008. Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja. Palembang: IAIN Raden Fatah Press.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Mahmud. 2012. Psikologi Pendidikan.
Bandung: Pustaka Setia.
Mustaqim. 2004. Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Poerbakawatja Soegarda. 1982. Ensiklopedia
Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.
Syah, Muhibbin. 2014. Telaah Singkat Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
[1] Prof. DR. F.J. Monks, dkk., Psikologi
Perkembangan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1984, hal. 2.
[3] Lester D. Crow, Ph.D. and Alice Crow, Ph.D., Human
Development and Learning, American Book Company, New York, 1959, hal. 20.
[4] Prof. Dr. Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedia
Pendidikan, Gunung Agung, Jakarta, 1982, hal. 276.
[5] Dra. Rohmalina Wahab, M.Pd.I., Psikologi
Belajar, Grafika Telindo Press, Palembang, 2014, hal. 112.
[10] Muhibbin Syah, Telaah Singkat Perkembangan
Peserta Didik, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hal. 18.
0 komentar: