Filsafat China
FILSAFAT
CHINA
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Filsafat
Dosen
Pengampu : Nadhirin S. Ag, M.Pd
Di
Susun Oleh ;
Isman Nur Afif (1410110329)
Zaenal Fikri Al-Maula (1410110321)
Muflikhatul Indah (1410110323)
Diah Lufifa Mayarintas (1410110338)
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI KUDUS
PROGRAM
STUDI TARBIYAH / PAI
TAHUN
2014/2015
1.1 Latar Belakang
Filsafat
Timur adalah tradisi falsafi yang
terutama berkembang di Asia, khususnya India, Tiongkok dan daerah-daerah lain
yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas filsafat timur ialah
dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Namun, sebenarnya filsafat timur ini
tidak hanya di pandang filsafat agama juga, tetapi termasuk falsafah hidup.
Filsafat Cina adalah salah satu dari
filsafat tertua di dunia dan dipercaya menjadi salah satu filsafat dasar dari
tiga filsafat dasar yang mempengaruhi sejarah perkembangan filsafat dunia,
disamping filsafat India dan filsafat Barat. Filsafat Cina sebagaimana filsafat
lainnya dipengaruhi oleh kebudayaan yang berkembang dari masa ke masa.
Ada tiga tema pokok sepanjang
sejarah filsafat cina, yakni harmoni, toleransi dan perikemanusiaan. Selalu
dicarikan keseimbangan, harmoni, suatu jalan tengah antara dua ekstrem: antara
manusia dan sesama, antara manusia dan alam, antara manusia dan surga.
Toleransi
kelihatan dalam keterbukaan untuk pendapat-pendapat yang sama sekali berbeda
dari pendapat-pendapat pribadi, suatu sikap perdamaian yang memungkinkan
pluralitas yang luar biasa, juga dalam bidang agama. Kemudian pada
perikemanusiaan, pemikiran Cina lebih antroposentris daripada filsafat India dan
filsafat Barat. Manusia-lah yang selalu merupakan pusat filsafat Cina. Ketika
kebudayaan Yunani masih berpendapat bahwa manusia dan dewa-dewa semua dikuasai
oleh suatu nasib buta ("Moira"), dan ketika kebudayaan India masih
mengajar bahwa kita di dunia ini tertahan dalam roda reinkarnasi yang
terus-menerus, maka di Cina sudah diajarkan bahwa manusia sendiri dapat
menentukan nasibnya dan tujuannya.
B.Pegertian
Filsafat China
A.
Tiga Aspek Sejarah Awal Mula Filsafat Cina
Dalam
memahami asal mula Filsafat Cina, ada 3 hal yang perlu diketahui. Pertama,
filsafat adalah sebuah usaha sadar untuk memformulasikan pandangan-pandangan
dan nilai-nilai sebagai ekspresi dari keyakinan fundamental sekelompok orang.
Yang kedua, filsafat sebagai sebuah aktivitas yang berkelanjutan haruslah
dipandang sebagai sesuatu yang muncul dari aktivitas praktis kehidupan yang
berfokus pada pemecahan masalah tentang pengetahuan yang benar, pemahaman
asali, dan penghargaan yang wajar atas berbagai masalah kehidupan, entah secara
individu ataupun sosial. Yang ketiga adalah lebih berupa
konstruksi-konstruksi teoretis sebagai hasil pemikiran filosofis ataupun
kegiatan kultural dari suatu kelompok orang/masyarakat.
B.
Munculnya Kebijaksanaan Integratif: Dialektika dan Kosmologi dalam
Kesatuan
Berikut ini adalah beberapa aspek penting dari Zhou Yi
sebagai sebuah cara pemikiran dan juga tentang dampaknya terhadap filsafat
Cina:
a. Zhou Yi berfokus pada totalitas dari realitas dan
hal-hal yang mengembangkan sebuah sistem realitas yang lengkap/komplit.
Kelengkapan (complitness) ini dimulai dari observasi dasar
terhadap oposisi komplementer ataupun terhadap polaritas sebagai penentu
keseluruhan.
b. Zhou Yi berfokus pada harmoni sebagai suatu keadaan
inseptif atas kreativitas (sheng) dan pada harmonisasi sebagai the
natural end state dari realitas dalam sebuah proses perubahan dan
transformasi.
c. sudut pandang kosmologis ini juga memampukan kita untuk
melihat dunia sebagai ceaseless activity terhadap realisasi harmoni dan
pada saat yang sama sebagai suatu harmoni dalam beberapa tingkatan yang
disiapkan bagi perkembangan kreativitas selanjutnya.
d. Zhou Yi ini dapat menjadi hal praktis dalam
menuntun keputusan dan tindakan manusia. Salah satu tugas terpenting dari
keputusan manusia dan tindakannya adalah untuk mengetahui dan menguasai masa
depan. Namun yang jadi permasalahannya adalah bahwa karena masa depan itu
belum terbentuk, lalu bagimana kita dapat berharap untuk bisa mengetahuinya?
Zhao Yi mengatakan bahwa kita boleh menggambarkan masa depan dalam
pengertian model onto-cosmological dari pemahaman yang berdasarkan pada
totalitas yin-yang dan kecenderungan kreatifnya ke arah harmonisasi dan
harmoni.
B.
Pemikir-Pemikir Aksial dan Formasi Sekolah-Sekolah Filsafat
Perkembangan
filsafat Cina pada periode dari tahun 475-221 SM merupakan sebuah proses
kreatif dimana dua tradisi kebudayaan muncul sebagai respons atas perubahan
sosial dan politik saat itu. Humanisme politis dan naturalisme organik adalah
dua posisi tipikal sebagaimana lebih lanjut dikembangkan dalam konfusianisme
dan Daoisme.
Selain
itu, dikatakan pula bahwa legalisme berkembang dari penyatuan dan perbandingan
berbagai sekolah filsafat pada awal-awalnya, seperti konfusianisme, Mohisme,
Daoisme. Dari konfusianisme berupa pengontrolan massa dengan otoritas dan
doktrin tentang alam jahat manusia (Hsun Tzu), dari Mohisme berupa
prinsip kesamaan dan utilirianisme, dari Daoisme berupa prinsip-prinsip
non-aksi (wu-mei). Faktor terpenting dari pemikiran legalis adalah
pertimbangan dari kebutuhan mendesak untuk pemerintahan yang tersentralisasi
dan tersatukan. Selain empat sekolah tersebut, dalam periode Cina klasik juga
muncul nama-nama sekolah, seperti sekolah Yin-Yang Wu-Xing, sekolah
strategi Militer (Bing Jia), sekolah agronomi (Nung Jia) dan
sekolah Diplomatik (Zong Heng Jia).
Beberapa
ciri dari “pemikir aksial”:
- mereka disebut pemikir aksial apabila mereka memikirkan bagi dunia, sebuah keseluruhan masyarakat, kelas sosial, sebuah lokalitas khusus dan dirinya.
- Mereka/ia mampu untuk menancapkan pengaruhnya pada generasinya dan generasi sesudahnya dalam sebuah cara yang alami dan spontan. Tidak ada manuver politik dalam mempengaruhi masyarakat. Pengaruh tersebut muncul melalui jalur sosial dan kultural seperti: mengajar, lecturing dan percakapan atau dialog dalam sebuah lingkungan intelektual ataupun yang berbasiskan akademis.
Filsafat Tionghoa adalah filsafat yang ditulis dalam
tradisi pemikiran orang Tionghoa. Sejarah pemikiran
Tionghoa telah berlangsung selama beberapa ribu tahun di Tiongkok; sering dianggap
bermula dari I
Ching
(Buku Perubahan), suatu bunga rampai peramalan kuno yang menggunakan suatu sistem
64 heksagram untuk menuntun
tindakan. Sistem ini diciptakan oleh Raja Wen sekitar 1000 SM dan karya
tersebut menggambarkan karakteristik konsep dan pendekatan filsafat Tionghoa. Buku
Perubahan berkembang sedikit demi sedikit selama delapan abad berikutnya,
tapi referensi tercatat pertamanya adalah pada 627 SM [1].
C.Awal
Kebudayaan China
A. AWAL PERADABAN DI CINA
Cina merupakan salah satu negara di daratan Asia timur memiliki peradaban yang cukup tua. Wilayah Cina merupakan wilayah yang cukup terisolir oleh gurun dan pegunungan-pegunungan yang membentang luas di sekitar wilayah Cina. Masyarakat Cina terdiri dari lima etnis yaitu bangsa Han, Manchu, Mongol, Tark dan Tibet. Dalam perkembanganya wilayah Cina yang terisolir tapi wilayah Cina memiliki keunikan tersendiri yaitu dari segi tulisan yang berbeda, walaupun wilayah Cina begitu luas namun dapat bersatu. Namun karena terisolirnya wilayah Cina menyebabkan mereka tidak mengetahui perkembangan peradaban yang berada di luar wilayahnya. Sehingga bangsa Cina merasa menjadi pusat peradaban karena memiliki peradaban tertinggi di antara wilayah di sekitarnya diantaranya Korea, Jepang dan Indocina. Tapi hal itu disebabkan Cina tidak mengetahui dunia luar yang sudah maju seperti Mesir, Mesopotamia, dan negara-negara Eropa.
Cina merupakan salah satu negara di daratan Asia timur memiliki peradaban yang cukup tua. Wilayah Cina merupakan wilayah yang cukup terisolir oleh gurun dan pegunungan-pegunungan yang membentang luas di sekitar wilayah Cina. Masyarakat Cina terdiri dari lima etnis yaitu bangsa Han, Manchu, Mongol, Tark dan Tibet. Dalam perkembanganya wilayah Cina yang terisolir tapi wilayah Cina memiliki keunikan tersendiri yaitu dari segi tulisan yang berbeda, walaupun wilayah Cina begitu luas namun dapat bersatu. Namun karena terisolirnya wilayah Cina menyebabkan mereka tidak mengetahui perkembangan peradaban yang berada di luar wilayahnya. Sehingga bangsa Cina merasa menjadi pusat peradaban karena memiliki peradaban tertinggi di antara wilayah di sekitarnya diantaranya Korea, Jepang dan Indocina. Tapi hal itu disebabkan Cina tidak mengetahui dunia luar yang sudah maju seperti Mesir, Mesopotamia, dan negara-negara Eropa.
Menurut cerita, Yu mendirikan
dinasti China yang pertama, yaitu dinasti Hsia yang berkuasa dari kira-kira
abad ke-21 sampai abad ke-17 S.M.
Dinasti Hsia ini kemudian diganti
oleh dinasti Shang yang berkuasa sampai abad ke-11 S.M., dan dinasti Shang
merupakan dinasti China historis yang pertama karena ada tulisan, perunggu dan
tulang-tulang ramalan yang secara ilmiah telah ditentukan berasal dari periode
ini (Lie Tek Tjeng, 1977: 270-274).
Kemudian menyusul dinasti Chou yang mempunyai dua periode yang terkenal dalam sejarah Cina, yaitu: Periode Catatan Musim Bunga dan Musim Rontok (Period of Spring and Autumn Annals) yang berlangsung dari 722 sampai 481 S.M. dan Periode Peperangan Antar Negara (Period of Warring States) yang berlangsung dari 403 sampai 221 S.M.
Kemudian menyusul dinasti Chou yang mempunyai dua periode yang terkenal dalam sejarah Cina, yaitu: Periode Catatan Musim Bunga dan Musim Rontok (Period of Spring and Autumn Annals) yang berlangsung dari 722 sampai 481 S.M. dan Periode Peperangan Antar Negara (Period of Warring States) yang berlangsung dari 403 sampai 221 S.M.
Dinasti Chou adalah dinasti feodal
dan pada masa kejayaannya raja Chou menguasai kerajaan-kerajaan tetangganya
atau paling sedikit diakui sebagai primus inter pares (yang pertama di antara
yang sama). Akan tetapi Periode Catatan Musim Bunga dan Musim Rontok
menyaksikan menurunnya dinasti Chou dan kerajaan-kerajaan tetangganya yang
sampai waktu itu mengakui supremasinya. Usaha sedemikian itu memuncak dalam
Periode Peperangan Antar Negara, dan berakhir dengan jatuhnya dinasti Chou dan
pembentukan Negara Kesatuan untuk pertama kali dalam sejarah China oleh Kaisar
Shih Huang dari Negara Ch’in pada tahun 221 S.M.
C. Periodesasi Filsafat China
1. Jaman Klasik
.
ZAMAN KLASIK Zaman klasik terletak antara sekitar 600 dan 200 SM. Menurut
tradisi, dalam periode ini dibedakan seratus sekolah filsafat, seratus aliran
yang mempunyai ajaran yang berbeda. Namun demikian ada beberapa konsep yang
diajarkan secara umum seperti tao (jalan), te (keutamaan atau seni hidup), yen
(perikemanusiaan), i (keadilan), ti’en (surga), dan yin-yang (harmoni kedua
prinsip induk, prinsip aktif laki-laki dan prinsip pasif perempuan).
Sekolah-sekolah terpenting pada zaman klasik diuraikan secara ringkas sebagai
berikut: a. Konfusianisme Konfusius (Latin = Kong-Fu-tse yang berarti guru dari
suku Kung) hidup antara 551 dan 497 SM, mengajarkan bahwa Tao adalah jalan
manusia. Artinya: manusia sendirilah yang dapat menjadikan Tao luhur dan mulia
2.jaman
pembaruan
Zaman
Pembaharuan merupakan perubahan budaya yang mempengaruhi kehidupan intelek
Eropah pada tempoh awal moden. . Bermula di
Itali, dan tersebar ke serata Eropah menjelang abad ke-16, pengaruhnya masih
ada dalam kesusasteraan, falsafah, politik, seni, sains, agama dan aspek lain
dalam penyelidikan intelek
3. Jaman Neo-Konfusianisme (1000-1900)
Dari tahun 1000 M. Konfusianisme klasik kembali
menjadi ajaran filsafat terpenting. Buddhisme ternyata memuat unsur-unsur yang
bertentangan dengan corak berpikir Tiongkok. Kepentingan dunia ini, kepentingan
hidup berkeluarga dan kemakmuran material, yang merupakan nilai-nilai
tradisional di Tiongkok, sema sekali dilalaikan, bahkan disangkal dalam
Buddhisme, sehingga ajaran ini oleh orang dianggap sebagai sesuatu yang sama
sekali asing.
4. Jaman Modern (setelah 1900)
Sejarah modern mulai di Tiongkok sekitar
tahun 1900. Pada permulaaan abad kedua puluh pengaruh filsafat Barat cukup
besar. Banyak tulisan pemikir-pemikir Barat diterjemahkan ke dalam bahasa
Tiongkok. Aliran filsafat yang terpopuler adalah pragmatisme, jenis filsafat
yang lahir di Amerika Serikat. Setelah pengaruh Barat ini mulailah suatu
reaksi, kecenderungan kembali ke tradisi pribumi. Terutama sejak 1950, filsafat
Tiongkok dikuasai pemikiran Marx, Lenin dan Mao Tse Tung.
D.Penutup
KESIMPULAN
Dalam
memahami asal mula Filsafat Cina, ada 3 hal yang perlu diketahui. Pertama,
filsafat adalah sebuah usaha sadar untuk memformulasikan pandangan-pandangan
sebagai ekspresi dari keyakinan fundamental sekelompok orang. Yang kedua,
filsafat sebagai sebuah aktivitas yang berkelanjutan haruslah dipandang sebagai
sesuatu yang muncul dari aktivitas praktis. Yang ketiga adalah lebih
berupa konstruksi-konstruksi teoretis sebagai hasil pemikiran filosofis ataupun
kegiatan kultural dari suatu kelompok orang/masyarakat.
Filsafat Tionghoa adalah filsafat yang ditulis dalam
tradisi pemikiran orang Tionghoa. Sejarah pemikiran
Tionghoa telah berlangsung selama beberapa ribu tahun di Tiongkok; sering dianggap
bermula dari I
Ching
(Buku Perubahan), suatu bunga rampai peramalan kuno yang menggunakan suatu sistem
64 heksagram untuk menuntun
tindakan.
Cina
merupakan salah satu negara di daratan Asia timur memiliki peradaban yang cukup
tua. Masyarakat Cina terdiri dari lima etnis yaitu bangsa Han, Manchu, Mongol,
Tark dan Tibet.
Menurut cerita, Yu mendirikan
dinasti China yang pertama, yaitu dinasti Hsia yang berkuasa dari kira-kira
abad ke-21 sampai abad ke-17 S.M. Dinasti Hsia ini kemudian diganti oleh
dinasti Shang yang berkuasa sampai abad ke-11 S.M., Kemudian menyusul dinasti
Chou yang mempunyai dua periode yang terkenal dalam sejarah Cina, yaitu:
Periode Catatan Musim Bunga dan Musim Rontok (Period of Spring and Autumn
Annals) yang berlangsung dari 722 sampai 481 S.M. dan Periode Peperangan Antar
Negara (Period of Warring States) yang berlangsung dari 403 sampai 221
S.M.
- Periodesasi Filsafat China itu ada
3
1. jaman klasik: Zaman klasik
terletak antara sekitar 600 dan 200 SM.
2. jaman pembaruan:jaman pembaruan abad ke-16
3.Jaman Neo Konfusionisme: (1000-1900)
4.jaman modern: (setelah 1900)
Daftar Pustaka
0 komentar: