Contoh Laporan Konseling
LAPORAN
KONSELING INDIVIDU
Disusun
Guna Memenuhi Tugas Ulangan Tengah Semester Mata Kuliah: Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu: Dr. Sulthon
NAMA : AGUS MANSHURUDIN
NIM : 1510120062
SEMESTER : V
KELAS : B LK PAI STAIN
A.
IDENTITAS KONSELI
Nama : Dina Husnia
Umur : 14 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Lau RT 8 RW 01 Dawe Kudus
Sekolah :
MTs NU Al Munawwaroh
B.
DESKRIPSI MASALAH Konseli merupakan siswa MTs NU Al Munawwaroh kelas IX. Pada
awalnya ia merupakan siswi yang rajin, berprestasi dan yang aktif dalam
organisasi intra sekolah (OSIS), bahkan pada kelas VIII ia pernah menjabat
sebagai ketua OSIS. Namun semenjak masuk kelas IX ia merasa sangat tidak nyaman
karna berkumpul dengan teman sekelas (acak) yang sering mem-bully dan
menghinanya. Hal tersebut karena teman-temannya mengetahui bahwa konseli
mempunyai larat belakang keluarga yang buruk. Akibat hal tersebut, hari-hari
konseli di kelas menjadi sangat tidak nyaman, bahkan sering sekali ia minta
pindah lain untuk mencari teman lain yang membuatnya nyaman. Tidak hanya itu
dalam proses belajar, mental dan ketekunannya terganggu, ia sering menangis dan
murung sehingga prestasi pada UTS semester ini sangat menurun drastis.
C.
LATAR BELAKANG Latar belakang konseli
dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1. Ayah meninggal sejak ia kecil. 2. Dimasa anak-anak ia tinggal bersama
Ibunya. 3. Setelah menginjak sekolah MTs Ibu meninggalkannya bekerja ke luar
kota, hingga kini tidak diketahui kabarnya. 4. Sekarang konseli tinggal bersama
kakeknya.
D.
SIFAT/ KEPRIBADIANNYA Sebenarnya konseli merupakan anak yang mempunyai pribadi
yang semangat dan pekerja keras (karna sejak kecil hidup mandiri dengan
ibunya). Tidak jarang ia mengorbankan dirinya untuk kepentingan OSIS dan teman-
temannya.
Disisi
lain, ia merupakan anak yang sangat sensitif perasaannya. Ia mudah marah dan
tersinggung. Ketika dibully ia langsung merasa jatuh, malu dan patah
semangat.
E.
ANALISIS MASALAH Dari hasil wawancara antara konselor dengan klien, maka ditemukan
permasalahan sebagai berikut: Konseli mempunyai permasalahan kurang percaya
diri atas keadaannya, tidak bisa mengontrol emosi, mempunyai persepsi buruk
atas latar belakangnya dan butuh seorang dipercaya sebagai tempat kembali saat
ia terkena masalah.
F.
TEORI KONSELING YANG DITERAPKAN Setelah menganalisa permasalahan dapat
ditemukan bahwa permasalahan konseli merupakan kategori konseling REBT
(Rasional Emotif Behaviour Therapy). Teori ini digagas oleh Ellis yang
mengatakan bahwa, banyak anak yang tidak mencapai kemajuan karena dia tidak
memiliki pemahaman yang tepat dalam hubungannya dengan peristiwa-peristiwa yang
dialami. Dalam istilah lain dikatakan; “What disturbs people’s minds is not
events but their judgments on events” (manusia itu diganggu bukan oleh
“sesuatu”, tetapi pandangannya yang ida dapatkan dari sesuatu tersebut.1
Diantara klien yang sangat cocok untuk REBT adalah klien yang mengalami
kecemasan pada tingkat moderat, gangguan neurosis, gangguan karakter, problem
psikosomatik, gangguan makan, ketidakmampuan dalam hal hubungan interpersonal,
problem perkawinan, dan lain sebagainya.
Sejalan dengan pandangannya, REBT ini menggunakan pendekatan yang
komprehensif dan integratif, yang mencakup: penggunaan emotif, kognitif, dan
behavioral. Ketiga aspek inilah yang hendak diubah melalui REBT. Dalam teori ini ada tiga tahapan konseling
yang dapat dilakukan: 1. Antecedent Event: Pemaparan peristiwa terdahulu yang
dialami daari faktor luar. 2. Belief:
Pandangan-pandangan terhadap suatu peristiwa baik rasional dan irrasional.
1 Psikologi Konseling, Malang, 2011. hlm. 102
3.
Emotional Concequence: Konsekwensi emosional sebagai akibat atau reaksi
individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan dalam hubungannya dengan
Antecednt event (peristiwa terdahulu).
Tahapan konseling REBT adalah langkah-langkah sebagai berikut: 1. Tahap Pertama, proses menunjukkan kepada
klien bahwa keadaan atau persepsi yang dirasakannya adalah hal yang tidak
logis. Membantu memahami bagaimana letak permasalahan sebenarnya dan
menunjukkan hubungan gangguan yang dialami. 2. Tahap Kedua, Membantu klien
meyakini bahwa berfikir dapat ditantang dan diubah. Klien diarahkan kepada
explorasi diri untuk melakukan disputing terhadap keyakinan klien yang
irrasional. 3. Tahap Ketiga, membantu klien menuju berpikir secara rasional dan
mengabaikan persepsi-persepsi irrasional.
G. LANGKAH-LANGKAH TERAPI
Sesuai
inti permasalahan yang ditemukan dan teori REBT di atas, secara umum konselor
akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Mengarahkan Persepsi dari berpikir Irrasional menuju rasional. Penerapan:
Keadaan tidak adanya seorang ayah dan keberadaan ibu yang tidak jelas merupakan
kenyataan yang tidak dapat dihindari, namun hal tersebut adalah faktor luar
(Antecedent Event). Yang justru dapat meningkatkan semangat juang untuk menjadi
anak yang mandiri dan pekerja keras. Hal ini terbukti klien telah mampu melaui
masa emasnya dalam menjabat sebagai ketua OSIS yang sukses, walau tanpa
orangtua. Serta prestasi belajar yang cukup membanggakan. Berfikir bahwa keadaan orangtua menjadi
penghalang semangat belajar adalah hal yang irrasional, sebaliknya klien harus
menjadikan cambuk untuk membuktikan dirinya mampu melalui dan berprestasi
melebihi mereka yang tidak mempunyai masalah keluarga.
2.
Menumbuhkan Sikap Percaya diri klien. Penerapan: Sikap klien yang tidak mampu
dalam hal hubungan interpersonal dengan
teman-temannya dilatar belakangi tidak percaya diri.
Maka
yang dilakukan adalah membantu klien untuk meyakini (belief) kemampuannya
sebagai siswi teladan yang mempunyai bakat dan prestasi serta karakter yang
penuh semangat dan pekerja keras. Serta hal inilah yang akan dibutuhkan
teman-teman disekitarnya sebagai murid idola, bukan membully dan
menghinanya.
3.
Memberikan Konsep Diri yang baik sesuai karakter dan potensi konseli. Menurut Burns (1993:vi) konsep diri adalah
suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan dan orang-orang lain
berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan.
Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu
bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan
orang lain pada diri individu2. Secara umum konsep diri didefinisikan sebagai
keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu
terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki
individu.3 Maka dalam hal ini, konselor
mengarahkan kepada konseli untuk bisa memandang dirinya sebagai karakter yang
kuat, penuh semangat dan pekerja keras sehingga dapat mengotrol emosinya dan
mampu mengabaikan segala hal negatif dari teman-teman dan lingkungannya.
Akhirnya ia mampu menjadi diri sendiri dengan memanfaatkan kekuragannya dan
sebagai seseorang yang bermanfaat bagi orang lain degan segala
kelebihannya.
H.
DAFTAR PUSTAKA
Psikologi
Konseling, Malang, 2011 Burn R.B. (2013) Konsep Diri: Teori, Pengukuran,
Perkembangan dan Perilaku, (Alih Bahasa Eddy), Jakarta: Arcan.
Rini,
http:/www.e-psikologi.com/dewa/160502.htm
2
Burn R.B, Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku, (Alih
Bahasa Eddy), Jakarta: Arcan, 2013. Hlm. 117 3
(Rini, http:/www.e-psikologi.com/dewa/160502.htm), diakses 15 Oktober
2017.
0 komentar: