Filsafat Kritisisme
Makalah
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah
:Filsafat
Dosen Pengampu
: Bpk H.Mohammad Dzofir.M.Ag
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Ahmad Rifqi (1510120075)
Ahmad Muthohar (1510120046)
Khoerul Muarif (1510120051)
Niswati (1510120071)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
PROGRAM STUDI TARBIYAH / PAI ELK-B
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kata
filsafat berasal dari kata yunani filosifia, yang berasal dari kata kerja
filosofein yang berarti mencintai kekebijaksanaan. Perkembangan filsafat tidak
dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuann yang munculnyapada
masa peradaban Kuno (massa Yunani). Pada tahun 2000 SM bangsa Babylon yang
hidup dilembah sungai nil (Mesir) dan sungai Efrant, telah mengenal alat
pengukur berat, tabel perkalian dengan menggunakan sepuluh jari. Serta piramida
yang merupakan salah satu keajaiban dunia itu, yang ternyata pembuatannya
menerapkan geometri dam matematika menunjukkan cara berfikir yang lebih tinggi
dan kegiatan pengamatan benda – langit dan lain – lain. Menurut Asmoro Achmadi
(2005) berdasarkan periodasi terdapat corak pemikiran yang dilihat dari masa
atau waktu. Pertama masa yunani dilihat dari kearah pemikiran pada alam
semesta, corak pemikirannya disebut kosmosentri, kedua adalah zaman adab
pertengahan corak pemikirannya kefilsafatanya bersifat teosentri, dimana
pemikirannya dipengaruhi oleh agama pemecahan semua persoalan berdasarkan atas
dogma agama oleh kepercayaan kristen.
Ketiga, adalah zaman Abad Modern, para
filosof zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka
corak filsafat zaman ini lazim disebut antroposentris. Filsafat Barat modern dengan
demikian memiliki corak yang berbeda dengan filsafat Abad Pertengahan. Letak
perbedaan itu terutama pada otoritas kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan.
Jika pada Abad Pertengahan otoritas kekuasaan mutlak dipegang oleh Gereja
dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman Modern otoritas kekuasaan itu terletak
pada kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau
diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya
sendiri yaitu akal. Kekuasaan yang mengikat itu adalah agama dengan gerejanya
serta Raja dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut. dan keempat
adalah masa abad dewasa ini (filsafat abad modern)Keempat, adalah Abad
Kontemporer dengan ciri pokok pemikiran logosentris, artinya membahas tentang cara
berfikir untuk mengatur pemakaian kata – kata / istilah yang menimbulkan
kerancuan, sekaligus dapat menunjukkan bahaya – bahaya yang terdapat
didalamnya, karena bahasa menjadi objek terpenting dalam pemikiran bahasa.
Dengan penulis ingin mengembangkan salah satu pemikiran filsafat yaitu pada
masa filsafat kuno yang mengenai kritisisme yang merupakan filasafat yang
timbul akibat pertentang antara rasionalisme dengan empirisme.[1]
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa pengertian aliran kritisisme ?
2. Bagaimana sejarah timbulnya kritisisme ?
3. Bagaimana metode berfikir dalam mendapatkan
ilmu?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kritisisme
Filsafat Kritisisme adalah faham yang mengkritik terhadap faham
Rasionalisme dan faham Empirisme. Yang mana kedua tersebut berlawanan .Adapun
pengertian secara perinci adalah sebagai berikut :
1.
Faham Rasionalisme adalah faham yang
beranggapan bahwa dasar semua pengetahuan itu ada dalam pikiran (berasal dari
rasio/ akal). Faham ini depelopori oleh Rene Descartos (1596-1650)
2.
Faham Empirisme adalah faham yang
beranggapan bahwa seluruh pengetahuan tentang dunia itu berasal dari indra
(pengalaman) kita. Faham ini di pelopori oleh David Hume (1711-1776)
Jadi, Kritisisme adalah penggabungan dua paham yang saling
berseberangan yakni rasionalisme Eropa yang teoritis “a priori” dengan
empirisme Inggris yang berpijak pada pengalaman “a posteriori”. Immanuel Kant
beranggapan bahwa kedua paham tersebut sama baiknya dan dapat digabungkan untuk
mencapai kesempurnaan. Gagasan-gagasannya muncul oleh karena bentrokan yang
timbul dari pemikiran metafisis Jerman, dan empirisme Inggris. Dari bentrokan
ini Kant terpaksa memikirkan unsur-unsur mana di dalam pemikiran manusia yang
telah terdapat dalam akal manusia dan unsur-unsur mana yang berasal dari pengalaman.Menurutnya
sebab-akibat tidak dapat dialami, sebagai contoh sebuah pernyataan “kuman typus
menyebabkan demam tipus” bagaimana kita dapat mengetahui keadaan yang mempunyai
hubungan sebab-akibat ini? Pasti jawabannya adalah setelah diselidiki oleh para
ahli bahwa orang yang menderita tipus pasti terdapat kuman tipus; dan bila
tidak terdapat kuman itu maka orang itu tidak akan menderita tipus. Karena,
seseorang pembawa kuman tipus pasti mengandung kuman tipus, namun mungkin dia
tidak menderita demam tersebut. Contoh lain adalah; jika kita melihat seekor
ular kemudian kita membunuhnya, maka kita tidak akan mengatakan bahwa ular menyebabkan
kita membunuh, walaupun yang demikian terjadi berulang kali. Indera hanya dapat
memberikan data indera, dan data ialah yang bisa di tangkap oleh indera. Memang
benar kita mempunyai pengalaman tetapi sama benarnya juga bahwa untuk mempunyai
pengetahuan kita harus menembus pengalaman.
Kata Kant, bagaimana hal ini
mungkin terjadi? Jika dalam hal memperoleh pengetahuan kita menembus
pengalaman, maka jelaslah dari suatu segi pengetahuan hal itu tidak diperoleh
melalui pengalaman, melainkan ditambahkan pada pengetahuan. Di dalam putusan
Sintetik- Apriori ini, “akal budi dan pengalaman indrawi di butuhkan serentak”
B.
SEJARAH TIMBULNYA KRITISISME
Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru dimana seorang yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dengan emperisme. Zaman baru ini disebut zaman pencerahan (aufklarung) zaman pencerahan ini muncul dimana manusia lahir dalam keadaan belum dewasa (dalam pemikiran filsafatnya). Akan tetapi, seorang filosof Jerman Immanuel Kant (1724-1804) mengadakan penyelidikan (kritik) terhadap pengetahuan,akal.
Sebagai latar belakangnya, manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan
(ilmu pasti, biologi, filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil yang
menggembirakan. Disisi lain, jalannya filsafat tersendat-sendat. Untuk itu
diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan
alam.
Pada rasionalimse dan emperisme ternyata amat jelas pertentangan antara budi dan pengalaman, manakah yang sebenarnya sumber pengetahuan, makanah pengetahuan yang benar? Seorang ahli pikir Jerman Immanuel Kant mencoba mengadakan penyelesaian pertalian ini. Pada umumnya, Kant mengikuti rasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh emperisme (hume). Walaupun demikian, Kant tidak begitu mudah menerimanya karena ia mengetahui bahwa emperisme membawa karagu-raguan terhadap budi manusia akan dapat mencapai kebenaran. Maka Kant akan menyelidiki (mengadakan kritik) pengetahuan budi serta akan diterangkan, apa sebabnya pengetahuan budi ini mungkin. Itulah sebabnya aliran ini disebut kriticisme.Akhirnya, Kant mengakui peranan budi dan keharusan empiri, kemudian dicobanya mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada budi (nasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari benda (emperisme) budi metode berpikirnya disebut metode kritik.
Pada rasionalimse dan emperisme ternyata amat jelas pertentangan antara budi dan pengalaman, manakah yang sebenarnya sumber pengetahuan, makanah pengetahuan yang benar? Seorang ahli pikir Jerman Immanuel Kant mencoba mengadakan penyelesaian pertalian ini. Pada umumnya, Kant mengikuti rasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh emperisme (hume). Walaupun demikian, Kant tidak begitu mudah menerimanya karena ia mengetahui bahwa emperisme membawa karagu-raguan terhadap budi manusia akan dapat mencapai kebenaran. Maka Kant akan menyelidiki (mengadakan kritik) pengetahuan budi serta akan diterangkan, apa sebabnya pengetahuan budi ini mungkin. Itulah sebabnya aliran ini disebut kriticisme.Akhirnya, Kant mengakui peranan budi dan keharusan empiri, kemudian dicobanya mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada budi (nasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari benda (emperisme) budi metode berpikirnya disebut metode kritik.
C.
PEMIKIRAN KRITISISME TENTANG ILMU
PENGETAHUAN
Kant membedakan pengetahuan ke dalam empat bagian, sebagai berikut:
1.
Yang analitis a priori
2.
Yang sintetis a priori
3.
Yang analitis a posteriori
4.
Yang sintetis a posteriori
Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang tidak tergantung pada
adanya pengalaman atau, yang ada sebelum pengalaman. Sedangkan pengetahuan a
posteriori terjadi sebagai akibat pengalaman. Pengetahuan yan analitis
merupakan hasil analisa dan pengetahuan sintetis merupakan hasil keadaan yang
mempersatukan dua hal yang biasanya terpisah Pengetahuan yang analitis a priori
adalah pengetahuan yang dihasilkan oleh analisa terhadap unsur-unsur yang a
priori. Pengetahuan sintetis a priori dihasilkan oleh penyelidikan akal
terhadap bentuk-bentuk pengalamannya sendiri dan penggabungan unsur-unsur yang
tidak saling bertumpu. Misal, 7 – 2 = 5 merupakan contoh pengetahuan semacam
itu.
Pengetahuan sintetis aposteriori diperoleh setelah adanya pengalaman.Dengan filsafatnya,
ia bermaksud memugar sifat obyektivitas dunia dan ilmu pengetahuan. Agar maksud
tersebut terlaksana orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak. Menurut
Kant ilmu pengetahuan adalah bersyarat pada:
a) bersiafat umum dan bersifat perlu mutlak dan
b) memberi pengetahuan yang baru. Kant bermaksud mengadakan
penelitian yang kritis terhadap rasio murni dan realita.
Kant yang mengajarkan tentang daya pengenalan mengemukakan bahwa
daya pengenalan roh adalah bertingkat, dari tingkatan terendah pengamatan
inderawi, menuju ke tingkat menengah akal (Verstand) dan
yang tertinggi rasio atau buddhi (Vernunft).
Immanuel Kant menganggap Empirisme (pengalaman) itu bersifat
relative bila tanpa ada landasan teorinya. contohnya adalah kamu selama ini tahu
air yang dimasak sampai mendidih pasti akan panas, itu kita dapat dari
pengalaman kita di rumah kita di Indonesia ini, namun lain cerita bila kita
memasak air sampai mendidih di daerah kutub yang suhunya di bawah 0̊ C, maka
air itu tidak akan panas karena terkena suhu dingin daerah kutub, karena pada
teorinya suhu air malah akan menjadi dingin. dan contoh lainnya adalah pada
gravitasi, gravitasi hanya dapat di buktikan di bumi saja, tetapi tidak dapat
diterapkan di bulan. Jadi sudah terbukti bahwa pengalaman itu bersifat relatif,
tidak bisa kita simpulkan atau kita iyakan begitu saja tanpa dibuktikan dengan
sebuah akal dan teori. Dan oleh karena itu Ilmu pengetahuan atau Science
haruslah bersifat berkembang, tidak absolute atau mutlak dan tidak bertahan lama
karena akan melalui perubahan yang mengikuti perkembangan zaman yang terus
maju.
(mungkin Sir Issac Newton bila hidup kembali bakal merevisi teroi
Gravitasinya kembali)
Pengalaman juga bersifat data-data Inderawi. Makanya Immanuel Kant mengkritik Empirisme, data Inderawi sendiri harus dibuktikan atau dicek dengan 12 kategori "a priori" rasio, baru setelah itu diputuskan sah "a priory" atau 12 kategori azas prinsipal abstrak yang dibagi menjadi 4 oleh Immanuel Kant,antara lain:[2]
-Kuantitas (hitung-hitungan) terdiri atas;,Singulir(kesatuan),partikulir(sebagian),dan universal(umum).
-Kualitas (Baik dan buruk) terdiri atas; realitas(kenyataan),negasi(pengingkaran) dan limitas
Pengalaman juga bersifat data-data Inderawi. Makanya Immanuel Kant mengkritik Empirisme, data Inderawi sendiri harus dibuktikan atau dicek dengan 12 kategori "a priori" rasio, baru setelah itu diputuskan sah "a priory" atau 12 kategori azas prinsipal abstrak yang dibagi menjadi 4 oleh Immanuel Kant,antara lain:[2]
-Kuantitas (hitung-hitungan) terdiri atas;,Singulir(kesatuan),partikulir(sebagian),dan universal(umum).
-Kualitas (Baik dan buruk) terdiri atas; realitas(kenyataan),negasi(pengingkaran) dan limitas
(pembatasan).
-Relasi (hubungan) terdiri atas;categoris(tidak bermasyarakat),Hypotesis(sebab dan
-Relasi (hubungan) terdiri atas;categoris(tidak bermasyarakat),Hypotesis(sebab dan
akibat),disjunctive(saling
meniadakan).
-Modalitas mengandung
kemungkinan, peneguhan dan keperluan/kebetulan.[3]
Data-data inderawi harus dibuktikan dulu dengan 12 kategori tadi,
baru dapat diputuskan, itulah proses
Kritisisme Rasionalis Jerman yang diajarkan EmanuelKant.
D.
METODE BERPIKIR DALAM MENDAPATKAN
ILMU
Metodelogi Immanuel Kant tersebut dikenal dengan metode Induksi,
dari particular data-data terkecil baru mencapai kesimpulan Universal. Menurut
Immanuel Kant, Manusia sudah mendapatkan ke 12 kategori tersebut sejak terlahir
di dunia ini ,teori itu terinspirasi dari dunia ide Plato.
Immanuel Kant juga beranggapan bahwa data inderawi manusia hanya
bisa menentukan Fenomena saja. Fenomena itu sendiri adalah sesuatu yang tampak
yang hanya menunjukkan fisiknya saja. Seperti benda pada dirinya, bukan isinya
atau idenya. Seperti ada ungkapan "The Think in it self" Sama halnya
dengan Manusia hanya bisa melihat Manusia lain secara penampakannya saja atau
fisiknya saja, tetapi tidak bisa melihat ide manusia tersebut. Inderawi hanya
bisa melihat Fenomena (fisik) tapi tidak bisa melihat Nomena (Dunia ide
abstrak--> Plato).
Cara berpikir yang demikian itu, yaitu pemikiran dengan memakai
tese, antitese dan sintese.
Immanuel Kant menggabungkan dunia Ide Plato "a priori" yang artinya sebelum dibuktikan tapi kita sudah percaya, seperti konsep ketuhanan dengan pengalaman itu sendiri yang bersifat "a posteriori" yaitu setelah dibuktikan baru percaya, kata lainnya adalah kesimpulan dari kesan-kesan baru kemudian membentuk sebuah ide.
Immanuel Kant menggabungkan dunia Ide Plato "a priori" yang artinya sebelum dibuktikan tapi kita sudah percaya, seperti konsep ketuhanan dengan pengalaman itu sendiri yang bersifat "a posteriori" yaitu setelah dibuktikan baru percaya, kata lainnya adalah kesimpulan dari kesan-kesan baru kemudian membentuk sebuah ide.
KESIMPULAN
1.
Kritisisme adalah penggabungan dua
paham yang saling berseberangan yakni rasionalisme Eropa yang teoritis “a
priori” dengan empirisme Inggris yang berpijak pada pengalaman “a posteriori”.
Immanuel Kant beranggapan bahwa kedua paham tersebut sama baiknya dan dapat
digabungkan untuk mencapai kesempurnaan.
2.
Sejarah timbulnya Kritisisme muncul
pada abad ke-18 suatu zaman baru dimana seorang yang cerdas mencoba
menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dengan emperisme. Zaman baru ini
disebut zaman pencerahan (aufklarung) zaman pencerahan ini muncul dimana
manusia lahir dalam keadaan belum dewasa (dalam pemikiran filsafatnya).Seorang
filosof Jerman Immanuel Kant (1724-1804) mengadakan penyelidikan (kritik)
terhadap pengetahuan akal,dan beliau lah pencetus aliran kritisisme tersebut.
3.
Immanuel Kant juga berfikir bahwa
data inderawi manusia hanya bisa menentukan Fenomena saja. Fenomena itu sendiri
adalah sesuatu yang tampak yang hanya menunjukkan fisiknya saja. Seperti benda
pada dirinya, bukan isinya atau idenya.Sama halnya dengan Manusia hanya bisa
melihat Manusia lain secara penampakannya saja atau fisiknya saja, tetapi tidak
bisa melihat ide manusia tersebut. Inderawi hanya bisa melihat Fenomena (fisik)
tapi tidak bisa melihat Nomena (Dunia ide abstrak--> Plato).
DAFTAR
PUSTAKA
Mustansyar,Rizal, Filsafat Analitik
,Pustaka Pelajar,Yogyakarta,2001
http://www.slideshare.net/evie80/makalah-kritisisme tanggal 25
september 2015 pukul 18.50
https://armawanpena.wordpress.com/2013/10/25/filsafat-rasionalisme-empirisme-kritisme-kant-positivisme-pragmatisme-burhani-dan-irfani/ 28 september
2015 pukul 9.09 wib
http://fiqihzaim.blogspot.co.id/2011/03/filsafat-kritisisme.html tanggal 25
September 2015 pukul 19.15 wib
0 komentar: