Filsafat Abad Pertengahan Zaman Patristik Dan Skolastik
FILSAFAT
ABAD PERTENGAHAN ZAMAN PATRISTIK DAN SKOLASTIK
Disusun Oleh
1.
Noor Achmad Rifai (1410110317)
2.
Musthofa Zaenur Rohman (1410110313)
3.
Lu’lu’ul Khasanah
4.
Diah Anisa (1410110330)
Tarbiyah
Pendidikan Agama Islam
Sekolah
Tinggi Agama Islam Negri Kudus
STAIN
KUDUS
A.
Pendahuluan
Filasafat abad pertengahan atau abad kegelapan karena pada abad 400-1500.yakni masa berakhirnya
Kerajaan Romawi Barat yang berpusat di kota Roma dan munculnya Kerajaan Romawi
Timur yang kelak berpusat di Konstantinopel (sekarang Istambul), sebagai data
awal zaman Abad Pertengahan dan tahun 1492 (penemuan benua Amerika oleh
Columbus) sebagai data akhirnya. Sebagai mana filsafat Yunani yang dipengaruhi
oleh kepercayaan, sebagai mana adabad pertengahan yang dikuasai oleh pemikiran
kepercayaan keagama Kristen.Artinya semua permasalahan yang ada pada zaman
tersebut dipecahkan secara keagamaan sehingga corak kefilsafatannya bersifat
teosentris.
Tuhan menciptakan alam semesta serta waktu dalam keabadian,
gagasan pencipta tidak dengan alam abadi.Kitab suci mengajarkan alam semesta
berawalmula, tetapi filsafat tidak menemukan jawaban dari pernyataan tersebut.
Dan filsafat tidak bias membuktikan bahwa alam semesta ini tidak berawal mula.
Adapun istilah Abad Pertengahan sendiri (yang baru muncul
pada abad ke-17) sesungguhnya hanya berfungsi membantu kita untuk memahami
zaman ini sebagai zaman peralihan (masa transisi) atau zaman tengah antara dua
zaman penting sesudah dan sebelumnya, yakni Zaman Kuno (Yunani dan Romawi) dan
Zaman Modern yang diawali dengan masa Renaissans pada abad ke-17.
Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok
dengan abad sebelumnya.Perbedaan ini terletak pada dominasi agama. Timbulnya
agama kristen pada permulaan abad masehi membawa perubahan besar terhadap
kepercayaan agama. Zaman pertengahan adalah zaman keemasan bagi
kekristenan. Disinalah yang menjadi persoalan nya, karena agama
kristen itu mengajarkan bahwa wahyu tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati.
Hal ini berbeda dengan pandangan yunani kuno mengatakan bahwa kebanaran dapat
di capai oleh kemampuan akal.
A.
Filsafat Abad
Pertengahan Zaman Patristrik
Zaman ini muncul pada abad ke-2 sampai abad ke-7, dicirikan
dengan usaha keras para Bapa Gereja untuk mengartikulasikan, menata, dan
memperkuat isi ajaran Kristen serta membelanya dari serangan kaum kafir dan
bid’ah kaum Gnosis.Bagi para Bapa Gereja, ajaran Kristen adalah filsafat yang
sejati dan wahyu sekaligus.Sikap para Bapa Gereja terhadap filsafat yunani
berkisar antara sikap menerima dan sikap penolakan. Penganiayaan keji atas umat
Kristen dan karangan-karangan yang menyerang ajaran Kristen membuat para
bapa gereja awal memberikan reaksi pembelaan (apologia) atas iman
Kristen dengan mempelajari serta menggunakan paham-paham filosofis.
Akibatnya, dalam perjalanan waktu, terjadilah reaksi timbal
balik, kristenisasi helenisme dan helenisasi kristianisme.Maksudnya, untuk
menjelaskan dan membela ajaran iman Kristen, para Bapa Gereja memakai filsafat
Yunani sebagai sarana (helenisme”di kristenkan”). Namun, dengan demikian,
unsur-unsur pemikran kebudayaan helenisme, terutama filsafat Yunani, bisa masuk
dan berperan dalam bidang ajaran iman Kristen dan ikut membentuknya (ajaran
Kristen “di Yunanikan” lewat gaya dan pola argumentasi filsafat yunani).
Misalnya, Yustinus Martir melihat “Nabi dan Martir” kristus dalam diri
sokrates.Sebaliknya, bagi Tertulianus (160-222), tidak ada hubungan
antaraAthena (simbol filsafat) dan Yerussalem (simbol teologi ajaran
kristiani).Bagi Origenes (185-253) wahyu ilahi adalah akhir dari filsafat
manusiawi yang bisa salah.Menurutnya orang hanya boleh mempercayai sesuatu
sebagai kebenaran bila hal itu tidak menyimpang dari trasdisi gereja dan ajaran
para rasul.Pada abad ke-5, Augustinus (354-430) tampil.Ajarannya yang kuat
dipengaruhi neo-platonisme merupakan sumber inspirasi bagi para pemikir abad
pertengahan sesudah dirinya selama sekitar 800 tahun.
Zaman Patristik ini mengalami dua tahap:
1. Permulaan agama Kristen. Setelah
mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat Yunani maka agama
Kristen memantapkan diri.Keluar memperkuat gereja dan ke dalam menetapkan
dogma-dogma.
2. Filsafat Augustinus yang merupakan
seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa patristik.Augustinus melihat
dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan.
Setelah berakhirnya zaman sejarah filsafat Barat Kuno dengan
ditutupnya Akademia Plato pada tahun 529 oleh Kaisar
Justinianus, karangan-karangan peninggalan para Bapa Gereja berhasil disimpan
dan diwariskan di biara-biara yang , pada zaman itu dan berates-ratus tahun
sesudahnya, praktis menjadi pusat-pusat intelektual berkat kemahiran para
biarawan dalam membaca, menulis, dan menyalinnya ke dalam bahasa Latin-Yunani
serta tersedianya fasilitas perpustakaan.
B.
Filsafat Abad Pertengahan Zaman Kolastik 800-1500
Skolastik Istilah skolastik
adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah.
Atau dari kata schuler yang mempunyai arti kurang lebih sama
yaitu ajaran atau sekolahan. Yang demikian karena
sekolah yang diadakan oleh Karel Agung yangmengajarkan apa yang diistilahkan
sebagai artes liberales (seni bebas) meliputi mata pelajaran gramatika,
geometria, arithmatika, astronomi, musika, dan dialektika.
Dialektika ini sekarang disebut logika dan kemudian meliputi seluruh
filsafat. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan
sekolah.
Katas skolastik menjadi istilah bagi filsafat pada
abad 9 s/d 15 yang mempunyai corak khusus yaitu filsafat yang dipengaruhi
agama. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad
pertengahan.Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau
filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat
ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk.
Sebutan skolastik mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan abad
pertengahan diusahakan oleh sekolah-sekolah, dan bahwa ilmu itu terikat pada
tuntutan pengajaran di sekolah-sekolah itu.
Kalau tokoh masa Patristik adalah pribadi-pribadi yang lewat
tulisannya memberikan bentuk pada pemikiran filsafat dan teologi pada zamannya,
para tokoh zaman Skolastik adalah para pelajar dari lingkungan sekolah-kerajaan
dan sekolah-katedral yang didirikan oleh Raja Karel Agung (742-814) dan kelak
juga dari lingkungan universitas dan ordo-ordo biarawan.
Dengan demikian, kata “skolastik” menunjuk kepada suatu periode
di Abad Pertengahan ketika banyak sekolah didirikan dan banyak pengajar ulung
bermunculan.Namun, dalam arti yang lebih khusus, kata “skolastik” menunjuk
kepada suatu metode tertentu, yakni “metode skolastik”.
Dengan metode ini, berbagai masalah dan pertanyaan diuji secara
tajam dan rasional, ditentukan pro-contra-nya untuk kemudian
ditemukan pemecahannya.Tuntutan kemasukakalan dan pengkajian yang teliti dan
kritis atas pengetahuan yang diwariskan merupakan ciri filsafat Skolastik.
Sesudah agustinus: keruntuhan. Satu-satunya pemukir yang tampil
kemuka ialah: Skotus Erigena (810-877). Kemudian: Skolastik, disebut demikian
karena filsafat diajarkan pada universitas-universitas (sekolah) pada waktu
itu. Persoalan-persoalan: tentang pengertian-pengertian umum (pengaruh
plato). Filsafat mengabdi pada theologi. Yang terkenal: Anselmus (1033-1100),
Abaelardus (1079-1142). Periode ini terbagi menjadi tiga tahap:
1. Periode Skolstik awal
(800-120)
Ditandai dengan pembentukan metode yang lahir karena hubungan
yang rapat antara agama dan filsafat. Ditandai oleh pembentukan metode
yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat.Yang tampak
pada permulaan ialah persoalan tentang universalia.Ajaran Agustinus dan
neo-Platonisme mempunyai pengaruh yang luas dan kuat dalam berbagai aliran
pemikiran.
Pada periode ini, diupayakan misalnya, pembuktian adanya Tuhan
berdasarkan rasio murni, jadi tanpa berdasarkan Kitab Suci (Anselmus dan
Canterbury).Selanjutnya, logika Aristoteles diterapkan pada semua bidang
pengkajian ilmu pengetahuan dan “metode skolastik” dengan pro-contra mulai
berkembang (Petrus Abaelardus pada abad ke-11 atau ke-12). Problem yang hangat
didiskusikan pada masa ini adalah masalah universalia dengan konfrontasi
antara “Realisme” dan “Nominalisme” sebagai latar belakang problematisnya.
Selain itu, dalam abad ke-12, ada pemikiran teoretis mengenai filsafat alam, sejarah
dan bahasa, pengalaman mistik atas kebenaran religious pun mendapat tempat.
Pengaruh alam pemikiran dari Arab mempunyai peranan penting bagi
perkembangan filsafat selanjutnya.Pada tahun 800-1200, kebudayaan Islam
berhasil memelihara warisan karya-karya para filsuf dan ilmuwan zaman Yunani
Kuno.Kaum intelektual dan kalangan kerajaan Islam menerjemahkan karya-karya itu
dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab.Maka, pada para pengikut Islam
mendatangi Eropa (melalui Spanyol dan pulau Sisilia) terjemahan karya-karya
filsuf Yunani itu, terutama karya-karya Aristoteles sampai ke dunia Barat.Dan
salah seorang pemikir Islam adalah Muhammad Ibn Rushd (1126-1198).Namun jauh
sebelum Ibn Rushd, seorang filsuf Islam bernama Ibn Sina (980-1037) berusaha
membuat suatu sintesis antara aliran neo-Platonisme dan Aristotelianisme.
Dengan demikian, pada gilirannya nanti terbukalah kesempatan
bagi para pemikir kristiani Abad Pertengahan untuk mempelajari filsafat Yunani
secara lebih lengkap dan lebih menyeluruh daripada sebelumnya. Hal ini
semakin didukung dengan adanya biara-biara yang antara lain memeng
berfungsi menerjemahkan, menyalin, dan memelihara karya sastra.
2. Periode puncak
perkembangan skolastik (abad ke-13)
Periode puncak perkembangan skolastik : dipengaruhi oleh
Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan yahudi. Filsafat
Aristoteles memberikan warna dominan pada alam pemikiran Abad Pertengahan.
Aristoteles diakui sebagai Sang Filsuf, gaya pemikiran Yunani semakin diterima,
keluasan cakrawala berpikir semakin ditantang lewat perselisihan dengan
filsafat Arab dan Yahudi. Universitas-universitas pertama didirikan di Bologna
(1158), Paris (1170), Oxford (1200), dan masih banyak lagi universitas yang
mengikutinya. Pada abad ke-13, dihasilkan suatu sintesis besar dari khazanah
pemikiran kristiani dan filsafat Yunani.Tokoh-tokohnya adalah Yohanes Fidanza
(1221-1257), Albertus Magnus (1206-1280), dan Thomas Aquinas (1225-1274). Hasil
sintesis besar ini dinamakan summa(keseluruhan).
3. Periode Skolastik lanjut
atau akhir (abad ke-14-15)
Periode skolastik Akhir abad ke 14-15 ditandai dengan pemikiran
islam yang berkembang kearah nominalisme ialah aliran yang berpendapat bahwa
universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum
mengenai adanya sesuatu hal. Kepercayaan orang pada kemampuan rasio member
jawaban atas masalah-masalah iman mulai berkurang.Ada semacam keyakinan bahwa
iman dan pengetahuan tidak dapat disatukan.Rasio tidak dapat
mempertanggungjawabkan ajaran Gereja, hanya iman yang dapat menerimanya.
Salah seorang yang berfikir kritis pada periode ini adalah
Wiliam dari Ockham (1285-1349).Anggota ordo Fransiskan ini mempertajam dan
menghangatkan kembali persoalan mengenai nominalisme yang dulu pernah
didiskusikan.Selanjutnya, pada akhir periode ini, muncul seorang pemikir dari
daerah yang sekarang masuk wilayah Jerman, Nicolaus Cusanus (1401-1464). Ia
menampilkan “pengetahuan mengenai ketidaktahuan” ala Sokrates dalam pemikiran
kritisnya:”Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dapat ku ketahui bukanlah Tuhan”.
Pemikir yang memiliki minat besar pada kebudayaan Yunani-Romawi Kuno ini adalah
orang yang mengatur kita memasuki zaman baru, yakni zaman Modern, yakni zaman
Modern yang diawali oleh zaman Renaissans, zaman “kelahiran kembali” kebudayaan
Yunani-Romawi di Eropa mulai abad ke-16.
Baru sesudah tahun 1200 filsafat berkembang kembali berkat
pengaruh filsafat araab yang diteruskan ke Eropa.
C. KARAKTERISTRIK FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN
A. Ciri-Ciri Filsafat Abad Pertengahan
1.
Bercirikan Agama Kristen.
2.
Injil Menjadi Pedoman Dan Pandangan Hidup Manusia.
3.
Kehidupan Diarahkan Pada Alam Baka Sebagai Tujuan Akhir.
4.
Cita-Cita Kebudayaan Untuk Mencari Keselamatan.
5.
Ilmu Pengetahuan Diarahkan Pada Pengetahuan
Agama/Teologi
6.
Pemikiran Filsafat Yang Berkembang Adalah Filsafat
Scholastik, Yaitu Pemikiran Filsafat Agama.
7.
Berkembang Pemikiran Untuk Menuju Tujuan Akhir Yang
Bahagia Di Alam Baka.
B.
Ciri Historis Filsafat
Abad Pertengahan
1.
Periodisasi Selalu Menggunakan Periodisasi Yang Sesuai
Dengan Kitab Injil.
2.
Jalannya Sejarah Secara Linier Menuju Ke Hari Kemudian.
3.
Sejarah Tidak Ditentukan Oleh Manusia, Tetapi Merupakan
Penyelenggaraan Tuhan (Gods Providentie)
4.
Penulisan Sejarah Punya Dua Pusat Yaitu Gereja Dan
Negara, Dengan Pendeta Dan Raja Sebagai Pelaku Utamanya.
5.
Hasilnya Berupa Annals, Chronicles, Sejarah Umum Dan
Biografi.
6.
Annals
: Catatan Peristiwa-Peristiwa Penting, Biasanya Dalam Kalimat-Kalimat Pendek.
7.
Chronicles
: Melukiskan Peristiwa Yang Lebih Luas.
8.
SejarahUmum
: Bersifat Sistematis, Dan Disusun Berdasarkan Topik, Misalnya Politik Atau
Perang, Atau Daerah.
9.
Biografi
: Ditulis Berdasarkan Pengalaman, Biasanya Oleh Orang Yang Ditugaskan Untuk
Itu.
PENUTUP
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Filsafat
abad pertenghan yaitu filsafat yang berisi tentang pemikiran keagamaan yaitu
agama keristen. Pada abad ini dibagi menjadi 2 zaman yaitu zaman patristric dan sekolastik, pengertian patristic
dari kata latinpatres yang berarti bapak-bapak gereja, ialah ahli agma Kristen
pada abad permulaan agama Kristen. Pada zaman ini ada tokoh yang bernama
Augustinus. Dan Skolastik Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school,
yang berarti sekolah. Atau dari kata schuler yang
mempunyai arti kurang lebih sama yaitu ajaran atau sekolahan.
Dan karakteristik dari filsafat abad pertengahan antara lain adalah:
1.
Bercirikan Agama Kristen.
2.
Injil Menjadi Pedoman Dan Pandangan Hidup Manusia.
3.
Kehidupan Diarahkan Pada Alam Baka Sebagai Tujuan Akhir.
4.
Cita-Cita Kebudayaan Untuk Mencari Keselamatan.
5.
Ilmu Pengetahuan Diarahkan Pada Pengetahuan
Agama/Teologi
6.
Pemikiran Filsafat Yang Berkembang Adalah Filsafat
Scholastik, Yaitu Pemikiran Filsafat Agama.
7.
Berkembang Pemikiran Untuk Menuju Tujuan Akhir Yang
Bahagia Di Alam Baka.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar: