Filsafat Yunani
FILSAFAT YUNANI KUNO
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Filsafat
Disusun Oleh :
Muhammad Amin Rois : (1410110324 )
M Ali Mubarok : (1410110327 )
Siti Asrofah : (1410110308 )
Qomariyatun Mudliah :
(1410110320 )
PRODI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2014
A.
PENDAHULUAN
Latar
Belakang Sejarah
Munculnya Filsafat Yunani
Dalam
menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senantiasa terkagum atas
apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh
panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatassannya. Dalam situsi itu banyak
yang berpaling kepada agama atau kepercayaan ilahiah.
Tetapi sudah
sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan manusia
menggunakan akal budi dan pikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada
dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses mencari tahu itu
menghasilkan kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki
ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat
dipertanggungjawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.
Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan
apa yang sekarang ini kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu
sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain
sebagainya. Umat manusia lebih dulu memifikrkan dengan bertanya tentang
berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti
akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati.
Kegiatan
manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan
pengetahuan benar meneganai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi
manusia. Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu
pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran.
Meski bagaimanapun banyaknya gambaran yang kita
dapatkan tentang filsafat, sebenarnya masih sulit untuk mendefinisikan secara
konkret apa itu filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran masih sulit untuk
mendefinisikan secara konkret apa itu filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran
hingga kita bisa memvonisnya,karena filsafat bukanlah sebuah disiplin ilmu.
Sebagaimana definisinya, sejarah dan perkembangan filsafat pun takkan pernah
habis untuk dikupas. Tapi justru itulah mengapa filsafat begitu layak untuk dikaji
demi mencari serta memaknai segala esensi kehidupan.
Filsafat
umum sangat banyak sejarahnya, diantaranya adalah filsafat yunani kuno,
filsafat islam, filsafat modern, filsafat abad ke-19 dan 20, aliran-aliran
filsafat dan sebagainya.Untuk menelusuri filsafat Yunani, perlu dijelaskan
terlebih dahulu asal kata filsafat. Sekitar abad IX SM atau paling tidak tahun
700 SM di Yunani, Sophia diberi arti kebijaksanaan; sophia juga
berarti kecakapan. Kata philosophos mula-mula dikemukakan dan
dipergunakan oleh Heraklitos (540-480 SM), sementara ada yang mengatakan bahwa
kata tersebut mula-mula dipakai oleh Pyt hagoras (580-500 SM).
Namun
pendapat yang lebih tepat adalah pendapat yang mengatakan bahwa Heraklitos-lah
yang menggunakan istilah tersebut. Menurutnya, philosophos (ahli
filsafat) harus mempunyai pengetahuan luas sebagai pengejawantahan daripada
kecintaannya akan kebenaran dan mulai benar-benar jelas digunakan pada kaum
sofis dan sokrates yang memberi arti philosophein sebagai penguasaan
secara sistematis terhadap pengetahuan teoritis. Philosophia adalah
hasil dari perbuatan yang disebut philosophein, sedangkan philosophos
adalah orang yang melakukan philosophein.
Dari
kataPhilosophia inilah akhirnya timbul kata-kata philosophie (Belanda,
Jerman, Perancis), philosophy (Inggris), dan dalam bahasa Indonesia
disebut filsafat atau falsafat.Mempelajari filsafat tidak akan
pernah lepas dari bagaimana asal mula filsafat itu muncul. Dan untuk mengetahui
bagaimana asal mula filsafat itu muncul,maka kita perlu mempelajari bagaimana
sejarahnya. Sejarah filsafat ialah penyelidikan ilmiah mengenai perkembangan
filsafat dari seluruh bangsa manusia dalam sejarah. Jadi, sejarah filsafat itu
belumlah “filsafat”,sejarah filsafat hanyalah “sejarahnya”. Bebicara tentang
sejarah kelahiran dan perkembangan filsafat, tentu tidak akan pernah bisa
dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada
masa peradaban kuno (masa yunani). Dalam sejarah filsafat, biasanya filsafat
yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah barat, karena dunia barat (Erofa
Barat) dalam alam pikiranya berpangkal pada pemikiran yunani.
Dalam mempelajari sejarah filsafat yunani, berarti menyaksikan kelahiran
filsafat. Filsafat lahir diawali dengan adanya para filusuf pertama yang
memiliki keraguan atas mitos-mitos atau dongeng tentang asal muasal segala
sesuatu,baik alam semesta maupun manusia yang tidak bisa di terima oleh akal
manusia. Sudah barang tentu kemenangan akal
atas mitos-mitos itu tidak mungkin terjadi dengan tiba-tiba. Kemenangan
itu diperoleh secara berangsur-angsur, berjalan hingga berabad-abad.
B. Tokoh dan Pemikiran Filsafat Pada Masa Pra Socrates
Filsafat Pra
Socrates Bangsa Yunani merupakan bangsa yang pertama kali berusaha menggunakan
akal untuk berpikir. Kegemaran bangsa Yunani merantau secara tidak langsung
menjadi sebab meluasnya tradisi berpikir bebas yang dimiliki bangsa Yunani.
Menurut Barthelemy, kebebasan berpikir bangsa Yunani disebabkan karna di Yunani sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci. Keadaan tersebut jelas berbeda dengan Mesir, Persia, dan India. Sedangkan Livingstone berpendapat bahwa adanya kebebasan berpikir bangsa Yunani dikarenakan kebebasan mereka dari agama dan politik secara bersamaan[1][1]. Lahirnya filsafat pra socrates juga disebabkan karena kemenangan akal atas dongeng atau mitos yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu. Para pemikir atau ahli filsafat ini mencoba untuk mencari-cari jawaban tentang akibat terjadinya alam semesta beserta isinya.
Menurut Barthelemy, kebebasan berpikir bangsa Yunani disebabkan karna di Yunani sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci. Keadaan tersebut jelas berbeda dengan Mesir, Persia, dan India. Sedangkan Livingstone berpendapat bahwa adanya kebebasan berpikir bangsa Yunani dikarenakan kebebasan mereka dari agama dan politik secara bersamaan[1][1]. Lahirnya filsafat pra socrates juga disebabkan karena kemenangan akal atas dongeng atau mitos yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu. Para pemikir atau ahli filsafat ini mencoba untuk mencari-cari jawaban tentang akibat terjadinya alam semesta beserta isinya.
Filsafat Pra
Socrates juga dapat dikatakan sebagai filsafat alam, karena para ahli filsafat
dimasa tersebut menjadikan alam semesta sebagai objek pemikirannya. Tujuan
filosofi mereka dalam memikirkan soal alam semesta yaitu untuk mengetahui
darimana terjadinya alam atau darimana alam ini berasal, hal inilah yang
menjadi sentral persoalan bagi mereka. Pemikiran yang demikian itu merupakan
pemikiran yang sangat maju, rasional dan radikal. Sebab pada waktu itu
kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat
ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang di lain pihak orang cukup puas menerima
keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang.
Filosuf yang
hidup pada masa pra Socrates disebut para filosuf alam karena objek yang mereka
jadikan pokok persoalan adalah alam. Yang dimaksud dengan alam (fusis) adalah
kenyataan hidup dan kenyataan badaniah. Jadi, perhatian mereka mengarah kepada
apa yang dapat diamati[2][2]
Periode
Yunani kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena
pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli fikir alam, dimana arah
dan perhatian pemiki.rannya
pada apa yang diamati disekitarnya. Mereka membuat pernyataan-pernyataan
tentang gejala alam yang bersifat filsafati ( berdasarkan akal fikir ) dan
tidak berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari alam
semesta ( arche ) yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu
yang serba berubah.
Masa awal filsafat Yunani Kuno
ditandai dengan tercantumnya tiga nama filosof yang berasal dari daerah
Miletos, yaitu Thales, Anaximadros Dan Anaximenes. Selain ketiga nama tersebut,
juga terdapat beberapa nama dari daerah lain, yaitu Herakleitos dari Ephesos,
Phytagoras dari Italia Selatan, Permidides dan Elea, dan Demokritos dari Abdera.
Ada beberapa filosof pada masa pra socrates, yaitu :
a. Thalles
Nama
Thales muncul atas pelunturan sejarawan Herodotus pada abad ke 5 SM. Thales
sebagai salah satu dari tujuh orang bijaksana ( saven wise men of grecee ).
Arithoteles memberikan gelar the father of filosofi. Juga menjadi nasihat
teknis ke-12 kota Lonia. Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana
matahari pada tahun 585 SM.
Thales adalah filosof pertama, hidup
pada abad ke-6 SM. BahkanAristoteles memberikan gelar kepada Thales sebagai filosof
yang pertama. Menurut Thales : Asal Mula Alam adalah air. Air adalah
pusat dan sumber segala yang ada atau pokok dari segala sesuatu. Air adalah
ausa prima dari segala yang ada yang jadi, tetapi juga akhir dari segala
yang ada dan yang jadi. Air adalah subtrat (bingkai) dan substransi
(isi) Argumen Thales merupakan argumen yang bukan hanya rasional karena
dikemukakan melalui salah satu sumber pengetahuan yang kongkret, tapi juga
observatif.
Thales
mengembangkan fisafat alam kosmologi yang mempertanyakan, sifat dasar dan
struktur komposisi dari alam semesta. Menurut pendapatnya, semua yang berasal
dari air sebagai materi dasar kosmis. Sebagai ilmuan pada masa itu ia
mempelajari magnetisme dan listrik yang merupakan pokok soal fisika. Juga
mengembangkan ostronomimdan matematika. Dengan mengemukakan pendapat, bahwa
bulan bersinar karena memantulkan cahaya matahari, menghitung terjadinya
gerhana matahari bahwa kedua sudt alas dari suatu segitiga sama kaki adalah
sama besarnya.
Walaupun
pandangan-pandangan Thales banyak yang kurang jelas, akan tetapi pendapatny merupakan
percobaan pertama yang masih sangat sederhana dengan menggunakan rasio ( akal
pikir ).
b.
Anaximandros
Ia
adalah orang yang pertama yang mengarang suatu traktak dalam kesusasteraan
yunani dan berjasa dalam bidang astronomi, geografi, sehingga ia sebagai orang
pertama yang membuat peta bumi. Ia berhasil memimin sekelompok orang yang
membuat kota baru di kota baru apolonia.
Pemikirannya,
dalam memberikan pendapat tentang arche asas pertama alam semesta, ia menunjuk
pada salah satu unsur yang dapat diamati oleh indra, akan tetapi ia menunjuk
dan memilih pada sesutu yang tidak dapat diamati indra, yaitu to apairon,
sebagai yang tidak terbatas, abadi sifatnya, tidak berubah-ubah, ada pada
segala-galanya dan sesuatu yang paling dalam dan sesuatu yang paling dalam.
Anaximandros adalah murid Thales,
hidup antara tahun 610-547 SM. Menurut dia : segala sesuatu tu berasal
dari to apearon, yaitu yang tak terbatas, suatu yang tidak terhingga,
tidak dapat dirupakan, tidak ada persamaannya dengan salah sutu barang yang
kelihatan di dunia ini,bersifat Ilahi, abadi tak terubahkan meliputu
segala-galanya.
c. Pythagoras
Pythagoras lahir di Samos antara
tahun 580 dan 570 SM. Ia menetap di Trotona, dan dan di sinilah ia mendirikan
mazhab Pythagoras. Filsafah pemikiran fythagoras sangat matematis. Karena
banyak diilhami oleh rahasia angka-angka. Ia tidak memikirkan substansi yang
yang menjadi alam. Ia beranggapan bahwa dari segala sesuatu adalah angka.
Segala sesuatu dalam alam raya tidak tertentu dan tidak menentu, segala hal
yang telah memiliki batas bentuk dan angka akan menjadi tentu dan pasti.
Anaximenes
berpendapat bahwa udara merupakan asal usul segala sesuatu. Udara melahirkan
semua benda dalam alam semesta ini karena suatu proses pemadatan dan
pengeceran, kalau udara semakin bertambah maka muncullah berturut-turut angin,
air, tanah dan akhirnya batu. Sebaliknya kalau udara itu menjadi encer yang
timbul adalah api.
Pandangan Anaximenes tentang susunan jagat raya
bertolak belakang dengan Anaximandros. Menurut Anaximenes bumi ini seperti meja
bundar dan melayang di atas udara. Demikian pula matahari, bulan dan bintang.
Benda-benda yang ada dijagad raya itu tidak terbenam di bawah bumi sebagaimana
yang dipikirkan Anaximandros tetapi
mengelilingi bumi yang datar itu, matahari lenyap pada
waktu malam tertutup di belakang bagian-bagian tinggi[3][4].
d. Herakleitos
Menurut ia: Tidak ada satu pun di alam ini
yang bersifat tetap atau permanen. Apa yang kelihatan tetap, sebenarnya ia
berada dalam proses perubahan tidak henti-hentinya. Dan api adalah elemen utama
dari segala sesuatu yang timbul.Dunia ini tidak dijadikan siapa pun juga. Ia
ada selama-lamanya. Ia sebagai api yang hidup selalu, yang menyala dan padam
secara berganti-ganti. Upacara yang terkenal adalah : pan tarhei kai uden
menei, menetap.
Pythagoras
lahir dipulau Samos yang termasuk daerah Ionia. Dalam kota ini Pythagoras
mendirikan suatu tarekat beragama yang bersifat religious, mereka menghomati
dewa Apollo.Menurut kepercayaan Pythagoras, jiwa manusia asalnya dari Tuhan,
jiwa itu adalah penjelmaan dari tuhan yang jatuh kedunia karena berdosa dan dia
akan kembali kelangit kedalam lingkungan tuhan semula apabila dosanya itu sudah
habis dicuci, hidup didunia ini adalah persediaan buat akhirat. Sebab itu dari
sekarang dikerjakan hidup untuk hari kemudian.Pythagoras tersebut juga sebagai
ahli pikir. Terutama dalam ilmu matematik dan ilmu berhitung. Falsafah
pemikirannya banyak diilhami oleh rahasia angka-angka. Dunia angka adalah dunia
kepastian dan dunia ini erat hubungannya dengan dunia bentuk. Dari sini dapat
dilihat kecakapannya dia dalam matematik mempengaruhi terhadap pemikiran
filsafatnya sehingga pada segala keadaan ia melihat dari angka-angka dan
merupakan paduan dari unsur angka.
Ia lahir
dikota Ephesos diasi minor, ia mempunyai pendangan yang berbeda dengan
filosof-filosof sebelumnya. Ia menyatakan bahwa asal segala suatu hanyalah satu
yakni api. Ia memandang bahwa api sebagai unsur yang asal pandangannya
semata-mata tidak terikat pada alam luaran, alam besar, seperti pandangan
filosof-filosof Miletos.
Segala kejadian didunia ini serupa dengan api yang
tidak putusnya dengan berganti-ganti memakan dan menghidupi dirinya sendiri
segala permulaan adalah mula dari akhirnya. Segala hidup mula dari pada
matinya. Didunia ini tidak ada yang tetap semuanya mengalir. Tidak sulit untuk
mengerti apa sebab Heraklitos memilih api. Nyala api senantiasa memakan bahan
bakar yang baru dan bahan bakar itu dan berubah menjadi abu dan asap. Oleh
karena itu api cocok sekali untuk melambangkan suatu kesatuan dalam perubahan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan
mengubah segala sesuatu itu menjadi abu dan
asap. Walaupun sesuatu itu apabila dibakar menjadi abu dan asap, toh adanya api
tetap ada. Segala sesuatunya berasal dari api, dan akan kembali menjadi api[4][5]. Pernyataan
itu mengandung pengertian bahwa kebenaran selalu berubah, tidak tetap.
Pengertian adil pada hari ini belum tentu masih benar besok. Hari ini 2 x 2 = 4
besok dapat saja bukan empat. Pandangan ini merupakan warna dasar filsafat
sofisme[5][6].
e. Perminides
Berasal dari Elean, lahir tahun 540
M. Filsafatnya : yang realitas
hanya satu, tidak bergerak, tidak berubah dasar pemikirannya; yang ada itu ada
mustahil tidak ada. Perminides dapat dikatakan sebagai logikawan pertama,
bahkan filosof pertama dalam pemikiran modern, yang banyak mempengaruhi Plato.
f. Leukippos
Lahir pada tahun (540 SM) adalah ahli
pikir pertama yang mengajarkan tentang atom. Menurutnya: Atom adalah Benda yang
sangat kecil sehingga tidak dapat di bagi-bagi. Atom itu tidak kelihatan, tapi
tetap ada, tidak hilang, dan tidak berubah-ubah, ia bergerak terus tidak
henti-hentinya.
g. Demokritos
Ia murid dari Leukippos. Ia pun
berpendapat bahwa alam ini terdiri dari atom-atom yang bergerak-gerak tanpa
akhir. Dan jumlahnya sangat banyak. Maka kesimpulannya adalah segala sesuatu
itu mengandung “penuh” dan “kosong”. Ia pun sepakat dengan herakleitos bahwa
yang pertama adalah api, terdiri dari atom yang sangat halus, hitam, dan bulat.
h. Zeno
Zen lahir tahun 490 SM di Elea. Dalam
filsafat, ia sepakat dengan Perminides.
i. Georgias
Lahir tahun 427 SM. Pandangan
filsafatnya: Semua realitas itu sebenarnya tidak ada. Akal tidak
mampu meyakinkan kita tentang bahan alam semesta ini.Sekalipun realitas dapat
diketahui, tetapi tidak dapat diberitahukan kepada orang lain. Masa keemasan Yunani terjadi pada masa
selanjutnya, yang ditandai sejumlah nama besar, diantaranya adalah Perikles.
Pada masa itu kota Athena menjadi pusat penganut dari aliran filsafat. Pada
masa itu, terdapat pula pemikiran sofistik yang dianut oleh kaum sofis, yaitu
kaum yang pandai berpidato yang tidak lagi menaruh perhatian kepada alam,
tetapi menjadikan manusia sebagai pusat perhatian studi. Tokohnya adalah
Protagoras.
C.
Tokoh dan Pemikiran Filsafat Pada Masa Socrates
Filsafat pada
masa Socrates sering juga di sebut dengan filsafat periode klasik. Akan tetapi,
Socrates belum sampai pada suatu system filosofi, yang memberikan nama klasik
kepada filosofi itu. Ia baru membuka jalan. Ia baru mencari kebenaran. Ia belum
sampai menegakkan suatu system pandangan. Tujuannya terbatas hingga mencari
dasar yang baru dan kuat bagi kebenaran dan moral.
Sistem ajaran
filsafat klasik baru dibangun oleh Plato dan Aristoteles, berdasarkan ajaran
Socrates tentang pengetahuan dan etika beserta filosofi alam yang berkembang
sebelum Socrates. Socrates lahir di Athena pada
tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM. Bapaknya adalah tukang pembuat
patung, sedangkan ibunya seorang bidan.
5 [6] Ahmad Tafsir,
Filsafat Umum, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010, h. 49
Socrates
terkenal sebagai orang yang berbudi baik, jujur, dan adil. Cara penyampaian
pemikirannya kepada para pemuda mengunakan metode Tanya jawab. Socrates juga
dikenal sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas
kaki dan berkeliling mendatangi masyarakat Athena untuk berdiskusi soal filsafat. Dia
melakukan ini pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar seorang
kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih
bijak dari Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan
kekeliruan suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap
bijak oleh masyarakat pada saat
itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode
berfilsafatnya inilah yang dia sebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai
analogi seorang bidan yang
membantu kelahiran seorang bayi dengan
caranya berfilsafat yang membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang
dan mendalam. Dia selalu mengejar definisi absolut tentang satu masalah kepada
orang-orang yang dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap kali orang yang
diberi pertanyaan gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates
membenarkan suara gaib
tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak karena
dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada
dasarnya adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak
bijaksana.
Cara
berfilsafatnya inilah yang memunculkan rasa sakit hati para kaum sofis terhadap
Sokrates karena setelah penyelidikan itu maka akan tampak bahwa mereka yang
dianggap bijak oleh masyarakat ternyata tidak mengetahui apa yang sesungguhnya
mereka duga mereka ketahui. Rasa sakit hati inilah yang nantinya akan berujung
pada kematian Sokrates melalui peradilan dengan tuduhan resmi merusak generasi
muda, sebuah tuduhan yang sebenarnya dengan gampang dipatahkan melalui
pembelaannya sebagaimana tertulis dalam Apologi karya Plato. Socrates pada
akhirnya wafat pada usia tujuh puluh tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya dari
pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman mati dan 220
menolaknya.
Adapun
filsafah pemikiran Socrates, diantaranya adalah pernyataan adanya kebenaran
objektif, yaitu yang tidak bergantung kepada aku dan kita, dalam membenarkan
kebenaran yang objektif, ia menggunakan metode tertentu yang terkenal dengan
metode dialektika. Dialektika berasal dari kata Yunani yang berarti
bercakap-cakap atau dialog. Didalam berdialog, ia akan menganalisis
pendapat-pendapat. Setiap orang mempunyai pendapat mengenai salah dan benar. Ia
bertanya kepada negarawan, hakim, tukang, pedagang, dan sebagainya. Menurut
Xenophon, ia bertanya tentang benar-salah, adil-zalim, berani-pengecut, dan
lain-lain kepada siapapun yang menurutnya patut ditanya. Socrates selalu
menganggap jawaban pertama sebagai hipotesis, dan dengan jawaban yang lebih
lanjut, menarik konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban tersebut. Jika
tenyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan, karena menghasilkan
konsekuensi yang mustahil, hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain, lalu
hipotesis kedua ini diselidiki dengan jawaban-jawaban lain, dan begitu
seterusnya. Sering terjadi, percakapan itu berkhir dengan kebingungan. Akan
tetapi, tidak jarang, dialog itu menghasilkan suatu definisi yang dianggap
berguna. (Ahmad Syadali dan Mudzakkir, 2004 : 66-67 ).
Dari metode
dialektikanya, ia menemukan dua penemuan metode yang lain, yaitu induksi dan
definisi. Ia menggunakan istilah induksi manakala pemikiran
betolak dari pengetahuan yang khusus, lalu ia menyimpulkannya dengan pengertian
umum. Pengertian umum diperoleh dari mengambil sifat-sifat yang sama (umum)
dari masing-masing kasus khusus dan cirri-ciri khusus yang tidak disetujui
bersama disisihkan. Ciri umum tersebut dinamakan ciri esensi dan semua ciri
khusus itu dinamakan ciri-ciri eksistensi. Suatu definisi dibuat dengan
menyebutkan semua ciri esensi suatu objek dengan menyisihkan semua ciri
eksestensinya. Demikianlah jalan untuk memperoleh definisi tentang suatu persoalan.
6[6] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum,
Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010, h. 49
(Ahmad
Syadali dan Mudzakkir, 2004 : 66-67 ). Begitulah cara Socrates mencapai
pengertian. Melalui induksi sampai definisi. Definisi, yaitu pembentukan
pengertian yang berlaku universal. Pengertian menurut paham Socrates sama
dengan apa yang disebut Kant: prinsip regulative dan dasar menyusun. Dengan
jalan begitu, hasil yang dicapai tidak lagi takluk kepada paham subjektif,
seperti yang diajarkan kaum Sofis, melainkan umum sifatnya, berlaku untuk
selama-lamanya.Induksi dan definisi menuju pengetahuan yang berdasarkan
pengertian.
Dengan cara
itu, Socrates membangun jiwa lawannya berdialog tentang keyakinan bahwa
kebenaran tidak diperoleh begitu saja sebagai ayam panggang terlompat ke dalam
mulut yang ternganga, melainkan dicari dengan perjuangan seperti memperoleh
segala barang yang tertinggi nilainya. Dengan cara mencari kebenaran seperti
itu, terlaksana pula tujuan yang lain, yaitu membentuk karakter.
Selain memiliki metode dialektika yang digunakan untuk
mencari suatu kebenaran, Socrates juga memiliki suatu falsafah tentang etika.
Mohammad Hatta (1986 : 83-84) menjelaskan bahwa pandangan Socrates tentang
etika bermula dari definisinya tentang budi. Menurut Socrates, budi adalah tau.
Inilah inti dari etikanya, orang yang berpengatahuan dengan sendirinya akan
berbudi baik. Paham etikanya merupakan kelanjutan dari metodenya. Induksi dan
definisi menuju pada pengetahuan yang berdasarkan pengertian.
Selanjutnya,
peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia
berfilsafat dengan mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan
melalui satu dialektika. Pengejaran
pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan
alam menjadi manusia juga dikatakan sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi
objek filsafat yang penting setelah sebelumnya dilupakan oleh para pemikir
hakikat alam semesta. Pemikiran
tentang manusia ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan
epistemologis di kemudian hari. Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi
pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral
yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau
filsafat moral, dan juga filsafat secara umum[6][7].
a. Plato
Menurut
Plato, tanpa melalui pengalaman (pengamatan), apabila manusia sudah terlatih
dalam hal intuisi, maka ia pasti sanggup menatap ke dunia idea dan karenanya
lalu memiliki sejumlah gagasan tentang semua hal, termasuk tentang kebaikan,
kebenaran, keadilan, dan sebagainya. Plato mengembangkan pendekatan yang
sifatnya rasional-deduktif sebagaimana mudah dijumpai dalam matematika. Problem
filsafati yang digarap oleh Plato adalah keterlemparan jiwa manusia kedalam
penjara dunia inderawi, yaitu tubuh. Itu persoalan ada ("being") dan
mengada (menjadi, "becoming"). Plato salah seorang murid Socrates
yang hidup antara 427 – 347 SM.
Plato
adalah salah satu dari filsuf besar Yunani yang hidup sekitar abad ke-4 SM yang
gagasannya banyak dikembangkan oleh era filsafat maupun para pemikir
selanjutnya, termasuk gagasan-gagasan keagamaan dikemudian hari yang juga
menjadi perhatian Plato dibawah pengaruh Ofirisme Phytagoras. Sedikit banyak,
setelah masa filosofis, Plato mentransformaiskan pemikirannya ke wilayah
relijius dengan gagasannya tentang Idea dan Cinta atau Eros sebagai pendorong
gerak untuk mencari hakikat dari kehidupan. Dalam buku Mohammad Hatta, “Alam
Pikiran Yunani’, ia digambarkan sebagai orang paling bijak yang pernah
dilahirkan sejak era Phytagoras dan sebelum Aristoteles dilahirkan. Setidaknya
demikianlah yang diyakin oleh mereka yang mengenal benar pikiran Plato. Salah
satunya yang kontroversial dan mengundang pertanyaan banyak orang dan para
arkeolog adalah hipotesis metaforisnya tentang Atlantis sebagai Benua Yang
Tenggelam, yang konon digambarkan Plato sebagai suatu pulau atau anak benua
“Nesos” atau “Continent” dimana peradaban manusia masa kini berasal. Demikian
tingginya peradaban manusia Atlantis sampai-sampai kesombongan hinggap pada
para penduduknya dan dalam sekejap mata menurut taksiran para ahli purbakala
yang berminat membuktikan keberadaan Benua Atlantis, benua itu lenyap ditelan
tsunami yang sekarang disebut Atlantik. Jadi peristiwa lenyapnya Atlantis mirip
dengan Gempa bawah Laut dan Tsunami yang menimpa Serambi Mekah pada tanggal
26-12-2004 yang lalu.
Plato adalah
seorang filosof Barat yang paling populer dan dihormati di antara filosof
lainnya. Karya-karyanya menjadi rujukan awal bagi perkembangan filsafat dunia.
Plato dilahirkan di Athena sekitar tahun 427 SM, pada masa akhir zaman keemasan
Athena setelah setahun kekuasaan Pericles berakhir, atau tiga tahun sejak
perang Athena dengan Sparta. Keluarganya paling terpandang di Athena. Ayahnya, Ariston adalah keturunan raja terakhir Athena. Ibunya, Perictione
adalah keturunan Solon, seorang aristokrat reformis yang menulis undang-undang
tentang demokrasi Athena. Kehidupan Plato dalam lingkungan aristokrat
membuatnya cukup dikenal di kalangan pejabat tinggi Athena, walau ia seorang
yang pendiam dan dingin.
Pemikiran
filsafatnya sangat dipengaruhi oleh gurunya, Socrates, yang telah mengajarinya
selama 8 tahun. Pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi oleh Socrates. Plato
adalah guru dari Aristoteles. Karyanya
yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία atau Politeia,
"negeri") yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya
pada keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di
mana Socrates adalah
peserta utama. Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan
tentang orang di gua. Cicero mengatakan Plato
scribend est mortuus (Plato meninggal ketika sedang menulis).
Ciri-ciri
Karya-karya Plato yang pertama adalah Bersifat Sokratik yang dalam Karya-karya
yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian dan
karangan Sokrates sebagai topik utama karangannya. ciri yang kedua adalah
Berbentuk dialog Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada dialog.
Dalam Surat VII, Plato berpendapat bahwa pena dan tinta membekukan pemikiran
sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang membisu. Oleh karena itu,
menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang paling cocok adalah
tulisan yang berbentuk dialog. sedangkan ciri yang ketiga adalah Adanya
mite-mite Plato menggunakan mite-mite untuk menjelaskan ajarannya
yang abstrak dan adiduniawi Verhaak menggolongkan tulisan Plato ke dalam karya
sastra bukan ke dalam karya ilmiah yang sistematis karena dua ciri yang
terakhir, yakni dalam tulisannya terkandung mite-mite dan berbentuk
dialog. Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya
mengenai ide. Pandangan Plato terhadap idea-idea dipengaruhi oleh pandangan
Sokrates tentang definisi. Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern.
Orang-orang modern berpendapat ide adalah
gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja.Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Idea tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang
tergantung pada idea. Idea adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi,
dan tidak berubah. Idea sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita.
Idea-idea ini saling berkaitan satu dengan
yang lainnya. Misalnya, idea tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari
idea dua, idea dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan idea genap.Namun,
pada akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan idea-idea
tersebut. Puncak inilah yang disebut idea yang “indah”. Idea ini
melampaui segala idea yang ada.
Dunia indrawi
adalah dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang konkret, yang dapat
dirasakan oleh panca indera kita Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah refleksi
atau bayangan daripada dunia ideal. Selalu terjadi perubahan dalam dunia
indrawi ini. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia jasmani
ini fana, dapat rusak, dan dapat mati.
Dunia idea adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio
kita. Dalam dunia ini tidak ada perubahan, semua idea bersifat abadi dan tidak
dapat diubah. Hanya ada satu idea “yang bagus”, “yang indah”. Di dunia idea
semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang
kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan
saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".
Pandangan
Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya tentang ide
Sikapnya terhadap karya seni sangat jelas dalam bukunya Politeia
(Republik). Plato memandang negatif karya seni. Ia menilai karya seni sebagai mimesis
mimesos. Menurut Plato, karya seni hanyalah tiruan dari realita yang ada. Realita yang ada
adalah tiruan (mimesis) dari yang asli. Yang asli itu adalah yang
terdapat dalam ide. Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan lebih indah
daripada yang nyata ini.
Pemahaman
Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya tentang dunia indrawi, yang terdapat dalam Philebus. Plato
berpendapat bahwa keindahan yang sesungguhnya terletak pada dunia ide. Ia
berpendapat bahwa kesederhanaan adalah ciri khas dari keindahan, baik dalam
alam semesta maupun dalam karya seni. Namun, tetap saja, keindahan yang ada di
dalam alam semesta ini hanyalah keindahan semu dan merupakan keindahan pada tingkatan yang lebih
rendah.
b. Aristoteles
Aristoteles lahir di Stageira, Yunani
Utara. Ketika umur 18 tahun dikirim ke Athena untuk belajar ke Plato pada
sekolah Akademi. Pada akhirnya Aristoteles mendirikan sekolah yang diberi nama
Peripatacici bermakna berjalan-jalan. Sistem pengajaran yang diberikan
sambil jalan-jalan di taman. Aristoteles disebut dengan aliran realis,
karena mendasarkan pemikirannya pada pengalaman kemudian memberikan uraian
mendasar mengenai data-data pengalaman. Karya aristoteles dapat dibagi atas 8
bagian, mengenai logika, filsafat alam, psikologi, biologi, metafisika, etika,
politik dan ekonomi, retorika, dan poetika. Ia juga mengembangkan ilmu tentang
penalaran (logika), yang dalam hal ini disebutnya dengan nama analytika,
yaitu ilmu penalaran yang berpangkal pada premis yang benar, dan dialektika,
yaitu ilmu penalaran yang berpangkal pikir pada hal-hal yang bersifat tidak
pasti (hipotesis).
Semua tulisan Aristoteles tentang
ilmu tentang penalaran (Logika) itu ditulis dalam 6 (enam) naskah yang
masing-masingnya berjudul; Categories, On Interpretation, Prior Analytics,
Posterior Analytics, Topics, Sophistical Refitations
Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles
menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20
tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan
menjadi guru bagi Alexander
dari Makedonia. Saat
Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan
dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri
yang diberi nama Lyceum, yang
dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Perubahan politik seiring jatuhnya
Alexander menjadikan dirinya harus kembali kabur dari Athena guna menghindari
nasib naas sebagaimana dulu dialami Socrates. Aristoteles meninggal tak lama
setelah pengungsian tersebut. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.
Dalam bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan
mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya
ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap
hukum alam dan keseimbangan pada alam
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang
bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin
tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak
dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang
dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat
bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus
mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak
bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian
Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles
adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive
reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari
setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian
ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive
thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi
sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam
menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada.
Misalkan ada dua pernyataan (premis):
Setiap
manusia pasti akan mati (premis mayor).
Sokrates
adalah manusa (premis minor)
maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal
adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki. Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles,
maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana
kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti
Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang
prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika,
politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya
tentang keindahan dalam buku Poetike.
Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia
mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan.
Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran
material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan
artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai
dengan estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang
dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif. Dorongan
normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada
perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan.
Aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu
sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk
kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah
peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau
bukti-bukti yang konkrit.
Pada masanya, pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh
pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan
pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles
tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan
metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan,
atau "the master of those who know"[7][8].
D.
Tokoh dan Pemikiran Filsafat Pada Masa Pasca Socrates
Setelah filsafat yunani
klasik mencapai puncaknya dengan munculnya aristoteles,maka setelah aristoteles
meninggal dunia, pemikiran filsafat yunani merosot. Karena 5 abad sepeninggal
aristoteles terjadi kekosongan, sehingga tidak adaahli pikir yang menghasilkan
buah pemikiran filsafatnya seperti plato dan aristoteles, sampai munculnya
filosof plotinus (204-270).
Filsafat hellenisme di mulai pada
pemerintahan alexander agung (356- 23 SM) atau iskandar zulkarnaen raja
macedonia. Pada zaman ini terjadi pergeseran pemikiran filsafat, dari filsafat
teoritis menjadi filsafat praktis.
Ada beberapa filosof pada masa pasca-socrates, yaitu :
a.
Epicurisme
Sebagai
tokohnya epicurus (341 – 271 SM). Ia lahir di samos dan mendpatkan pendidikan
di athena. Ia mendapat pengaruh dari ajaran demokritos dan aristophos.
Pokok ajarannya adalah bagaimana agar
manusia itu dalam hidupnya bahagia. Epicurus mengemukakan bahwa banyak manusia yang hidupnya tidak
bahagia, karena mengalami ketakutan sehingga apabila manusia telah dapat
menghilangkan kekuatannya itu, niscaya manusia akan memperoleh ketenangan jiwa,
yang selanjutnya akan memperoleh kebahagiaan.
Untuk mencapai kebahagiaan manusia
harus menghilangkan rasa ketakutan terhadap kemarahan dewa. Kematian dan nasib.
b.
Stoaisme
Tokohnya adalah zeno (366 – 264 SM) yang beerasal dari
citium, cyprus. Pokok Ajarannya adalah bagaimana manusia dalam hidupnya dapat
bahagia. Untuk mencapai kebahagiaan tersebut manusia harus harmoni terhadap
dunia alam dan harmoni dengan dirinya sendiri . mengapa manusia harus harmoni
dengan dunia alam, karena manusia merupakan bagian dari pada dunia alam. Untuk mencapai harmoni dengan alam manusia
juga harus hrmoni terhadap dirinya sendiri. Apabila manusia telah dapat
mencapai harmoni dengan dirinya sendiri , maka kebahagiaan bukan lagi sebagai
tujuan hidup , akn tetapi dalam keadaan harmoni dengan dirinya sendiri. Sesungguhnya manusia dalam keadaan apartheia
, yaitu keadaan tanpa rasa (pathe) atau keadaan manusia dimana dirinya dapat
menguasai segala perasaannya.
c.
Skeptisme
Tokohnya adalah pyrre (360 – 270 SM) .
pokok ajarannya adalah bagaimana cara manusia agar dapat hidup berbahagia. Hal
ini menyinyalir bahwa sebagian besar manusia itu hidupnua tidak bahgia,
sehingga manusia suka sekali mencapai
kebijaksanaan. Dengan demikan, orang yang bijaksana adalah orang yang selalu ragu- ragu, dengan ragu-
ragu itu orang tidak pernah keliru, ,akhirnya orang tersebut di katakan sebagai
orang yang tidak mengambil keputusan dan
orang yang tidak mengambil keputusan itulah orang yang berbahagia.
Aliran ketiga
adalah filsafat yahudi . tokohnya yaitu philo yang hidup tahun 30 SM . ia
mengupayakan perpaduan antara filsafat
yahudi dengan filsfat hellenisme.
[1][8] http://khairuddinhsb.wordpress.com/2009/07/19/filsafat-sesudah-masa-socrates-2/Buku
filsafat Yunani
d.
Neoplatonisme
Tokohnya plotinus dan ammonius saccas.
Kurang lebih 5 abad sesudah aristoteles meninggal dunia, muncul kembali
filsafat yunani ini bersamaan dengan
munculnya agama kristen (awal abad
masehi) .
Plotinus (204
– 270 ) lahir di lykopolis , mesir. Pemikiran filsafatnya di pengaruhi oleh
filsafat plotinus , sedikit aristoteles . sebagai titik tolak pemikiran
filsafat plotinus adalah asa yang menguasai segala sesuatu adalah satu.
Filsafat neoplatonisme merupakan perpaduan antara filsafat plato (ide kebaikan
tertinggi) dengan di beri penekanan kepada upaya pencarian pengalaman
bathiniyah untuk menuju ke kesatuan dengan tuhan yang maha esa.
Pemikirannya,
oleh karena tuhan merupakan isi dan titik tolak pemikirannya , maka tuhan di
anggap sebagai kebaikan tertinggi dan sekaligus menjadi tujuan semua kehendak. Segala sesuatu yang timbul dari yang maha esa.
Plotinus
mengharapkan , agar manusia tidak menekankan keduniawian sehingga cepat dapat
mencapai keindahan dunia ide. Manusia harus memurnikan diri dari keduniawian
yang serba neka. Akhirnya, Apabila manusia dapat memurnikan dirinya denan
menjauhi keduniawian, maka manusia niscaya akan dapat bersatu dengan tuhan.
Plotinus
mendasari pada pemikiran plato tetapi plotinus memajukan hal baru yang belum
terdapat dalam filsafat yunani yaitu arah pemikirannya kepada tuhan dan tuhan
di jadikan dasar segala sesuatunya.
Zaman neoplatonisme ini di warnai
oleh agama, sehingga zaman ini disebutnya sebagai zaman mistik.
Buku filsafat
Yunani
E. PENUTUP
a.
Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan, yaitu : Pada masa pra-socrates para filusuf mengkaji tentang
asal muasal alam semesta beserta isinya.
Ada beberapa filosof pada masa pra socrates, yaitu :
1) Thales
624-625 SM : menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar (dalam bahasa Yunani arche)
segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang
ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada
sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat
mantap, dan tak terbinasakan. Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut
adalah bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana
semua makhluk hidup juga memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat
yang dapat berubah-ubah bentuk (padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang.
2) Anaximandros
: Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas
yang oleh dia disebut Apeiron yaitu zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan
tidak dapat dirupakan tidak ada persamaannnya dengan apapun.
3) Anaximanes : berpendapat bahwa udara merupakan asal usul segala
sesuatu. Udara melahirkan semua benda dalam alam semesta ini karena suatu
proses pemadatan dan pengeceran, kalau udara semakin bertambah maka muncullah
berturut-turut angin, air, tanah dan akhirnya batu. Sebaliknya kalau udara itu
menjadi encer yang timbul adalah api.
4) Pythagoras
(582-496 SM) : Pythagoras dan murid-muridnya percaya bahwa segala sesuatu di
dunia ini berhubungan dengan matematika, dan merasa
bahwa segalanya dapat diprediksikan dan diukur dalam siklus beritme. Ia percaya keindahan matematika disebabkan
segala fenomena alam dapat
dinyatakan dalam bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan.
5) Heraclitos : Heraclitos mengemukakan pendapatnya, bahwa segala yang
ada selalu berubah dan sedang menjadi, ia mempercayai bahwa arche (asas yang
pertama dari alam semesta) adalah api. Karena api dianggapnya sebagai lambang
perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan
mengubahnya sesuatu itu menjadi abu dan asap. Walaupun sesuatu itu apabila
dibakar menjadi abu dan asap, toh adanya api tetap ada. Segala sesuatunya
berasal dari api, dan akan kembali menjadi api.
Pada masa socrates mengkaji tentang pencarian
kebenaran yang objectif dan budi pekerti serta etika. Pada masa sesudah socrates, para filusuf mengembangkan
teori dan metode yang diajarkan oleh socrates sehingga ilmu filsafat mulai
berkembang luas.
Ada beberapa filosof pada masa pasca-socrates, yaitu :
1) Plato
(427-347 SM) : Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya mengenai idea. Pandangan Plato terhadap idea-idea dipengaruhi oleh pandangan Sokrates
tentang definisi. Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern.
Orang-orang modern berpendapat ide adalah
gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja.Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Idea tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang
tergantung pada idea. Idea adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi,
dan tidak berubah. Idea sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita.
Idea-idea ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
2). Aristoteles
(384-322 SM)
Aristoteles
sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama
yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi
secara sistematis.
Logika Aristoteles adalah suatu
sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat
ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal.
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi
sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam
menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada.
Masa keemasan Yunani terjadi pada
masa selanjutnya, yang ditandai sejumlah nama besar, diantaranya adalah
Perikles. Pada masa itu kota Athena menjadi pusat penganut dari aliran
filsafat. Pada masa itu, terdapat pula pemikiran sofistik yang dianut oleh kaum
sofis, yaitu kaum yang pandai berpidato yang tidak lagi menaruh perhatian
kepada alam, tetapi menjadikan manusia sebagai pusat perhatian studi. Tokohnya
adalah Protagoras.
DAFTAR PUSTAKA
Bertens, Dr. K.
1975. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanius.
Tafsir, Ahmad.
2009. Filsafat Umum: Akal dan hati Sejak Thales sampai capra
Muzairi. 2009.Filsafat
Umum. Yogjakarta: Teras.
Hadiwijono, Harun, 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 1,Kanisus :
Yogyakarta
Muzairi, 2009. Filsafat Umum, Yogyakarta : Teras
Tafsir, Ahmad, 2010, Filsafat Umum, Bandung : Remaja Rosdakarya
0 komentar: