Pengaruh Peradaban Islam di Dunia Barat



PENGARUH PERADABAN ISLAM
DI DUNIA BARAT








Makalah Revisi
Mata Kuliah Sejarah Dunia Islam Modern
Semester I (S3) Tahun Akademik 2012/2013

Oleh;
Abdul Gaffar

Dosen Pemandu;
Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, M.A.
Dr. Hj. Syamsudduha, M.Ag. 


PROGRAM PASCASARJANA (PPs)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Suatu hal lumrah jika kebudayaan yang mundur akan belajar dari kebudayaan yang maju. Adalah alami jika suatu kebudayaan yang terbelakang mengadopsi konsep-konsep kebudayaan yang lebih maju. Tidak ada kebudayaan di dunia ini yang berkembang tanpa proses interaksi dengan kebudayaan asing. Ketika peradaban Islam unggul dibanding peradaban Eropa, misalnya, mereka telah meminjam konsep-konsep penting dalam Islam, akan tetapi, tidak berarti bahwa semua kebudayaan dapat mengambil semua konsep dari kebudayaan lain. Setiap kebudayaan memiliki identitas, nilai, konsep dan ideologinya sendiri-sendiri yang disebut dengan worldview (pandangan hidup).
Suatu kebudayaan dapat meminjam konsep-konsep kebudayaan lain karena memiliki pandangan hidup. Namun suatu kebudayaan tidak dapat meminjam sepenuhnya (mengadopsi) konsep-konsep kebudayaan lain, sebab dengan begitu ia akan kehilangan identitasnya. Peminjaman konsep dari suatu kebudayaan mengharuskan adanya proses integrasi dan internalisasi konseptual. Namun dalam proses itu, unsur-unsur pokoknya berperan sebagai filter yang menentukan diterima tidaknya suatu konsep. Hal ini berlaku dalam sejarah pemikiran dan peradaban Islam, yaitu ketika Islam meminjam khazanah pemikiran Yunani, India, Persia, dan lain-lain. Pelajaran yang penting dicatat dalam hal ini bahwa ketika para ulama meminjam konsep-konsep asing, mereka berusaha mengintegrasikan konsep-konsep asing ke dalam pandangan hidup Islam dengan asas pandangan hidup Islam. Memang, proses ini tidak bias berlangsung sekali jadi. Perlu proses koreksi-mengoreksi dan itu berlangsung dari generasi ke generasi.
Di era modern dan post-modern sekarang ini, pemikiran dan kebudayaan Barat mengungguli kebudayaan-kebudayaan lain, termasuk peradaban Islam. Namun tradisi pinjam-meminjam yang terjadi telah bergeser menjadi proses adopsi, yakni mengambil penuh konsep-konsep asing, khususnya Barat, tanpa proses adaptasi atau integrasi. Apa yang dimaksud dengan konsep di sini bukan dalam kaitannya dengan sains dan teknologi yang bersifat eksak, tetapi lebih berkaitan dengan konsep keilmuan, kebudayaan, sosial, dan bahkan keagamaan.
Dalam konteks pembangunan peradaban Islam sekarang ini, proses adaptasi pemikiran merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan. Namun sebelum melakukan hal itu diperlukan suatu kemampuan untuk menguasai pandangan hidup Islam dan sekaligus Barat, esensi peradaban Islam dan kebudayaan Barat. Dengan demikian, seorang cendekiawan dapat berlaku adil terhadap keduanya.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dibuat beberapa poin masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana proses peradaban Islam masuk ke dunia barat?
2.      Apa saja pengaruh peradaban Islam terhadap dunia barat?



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Peradaban Islam
1.      Pengertian Peradaban Islam
Peradaban dalam bahasa Arab sering diidentikan dengan tiga mufrada>t/kosa kata, yaitu had}a>rah, tamaddun dan s\aqa>fah dan ‘umra>n. H{ad}a>rah secara harfiah berasal dari akar kata h{a-d}a-ra yang berarti menghendaki sesuatu, kedatangan sesuatu dan menyaksikan sesuatu.[1][1] Menurut Ibnu Khaldu>n, al-h{ad}a>rah adalah sebuah periode dari kehidupan sebuah masyarakat yang menyempurnakan periode primitif (al-bada>wah) dari masyarakat itu, karena al-h{ad{a>rah adalah puncak dari al-bada>wah.[2][2] Kata tamaddun dapat berasal dari dua akar kata, bisa dari ma-da-na dan bisa dari da-ya-na. Jika akar katanya berasal dari ma-da-na maka maknanya adalah membangun, mendirikan kota, memajukan, memurnikan dan memartabatkan, sedangkan jika akar katanya adalah da-ya-na maka makna dasarnya adalah jenis dari kepatuhan dan kehinaan kemudian berkembang menjadi madi>nah yang artinya kota karena di dalam tegak kepatuhan terhadap pemimpin.[3][3]
Dari akar kata madana lahir kata benda tamaddun yang secara literal berarti peradaban (civilization) yang berarti juga kota berlandaskan kebudayaan (city base culture) atau kebudayaan kota (culture of the city). Di kalangan penulis Arab, perkataan tamaddun digunakan untuk pertama kalinya oleh Jurji Zayda>n dalam sebuah judul buku Tarikh al-Tamaddun al-Isla>miy (Sejarah Peradaban Islam). Sejak itu perkataan tamaddun digunakan secara luas dikalangan umat Islam.
Sedangkan tamaddun jika berasal dari da-ya-na maka hal tersebut dapat dimaklumi karena Islam yang diturunkan sebagai di>n, sejatinya telah memiliki konsep minimal sebagai peradaban. Sebab kata di>n itu sendiri telah membawa makna keberhutangan, susunan kekuasaan, struktur hukum, dan kecenderungan manusia untuk membentuk masyarakat yang mentaati hukum dan mencari pemerintah yang adil. Artinya dalam istilah di>n itu tersembunyi suatu sistem kehidupan. Oleh sebab itu ketika di>n (agama) Allah yang bernama Islam itu telah disempurnakan dan dilaksanakan di suatu tempat, maka tempat itu diberi nama madi>nah.
Sementara s\aqa>fah yang akar katanya berasal dari s\a-qa-fa mempunyai makna menegakkan penolakan terhadap sesuatu.[4][4] Ibra>hi>m Mus}t}afa> mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan s\aqa>fah adalah berbagai ilmu, pengetahuan dan materi-materi yang membutuhkan keterampilan dan kepintaran.[5][5] Sedangkan al-‘umra>n yang akar katanya berasal dari ‘a-ma-ra mempunyai dua makna, yaitu kekal, masa yang panjang dan sesuatu yang tinggi, baik terkait suara atau yang lain.[6][6] Dengan demikian, al-‘umra>n adalah bangunan dan segala hal yang dapat memakmurkan sebuah wilayah dan memperbaikinya, seperti pertanian, perindustrian, perniagaan, penduduk yang banyak, keberhasilan dalam usaha atas dasar keadilan.[7][7]         
Dari keempat kosa kata yang digunakan dapat disimpulkan bahwa peradaban dalam Islam dengan kosa kata yang digunakan harus memenuhi beberapa unsur, yaitu:
a.       Perubahan pola pikir dan prilaku manusia yang pahami dari kata h}ad}a>rah. Artinya h{ad}a>rah khusus ditujukan pada berbagai pemahaman hidup. Ini berarti kata h{ad}a>rah terbatas pada penunjukan makna-makna dan pemikiran-pemikiran yang dikemukakan oleh pandangan hidup atau ideologi.
b.      Sistem kehidupan yang bernafaskan ajaran agama yang dipahami dari tamaddun. Artinya tamaddun atau madaniyah khusus pada bentuk-bentuk fisik (materi) kehidupan yang mencakup bentuk-bentuk materi, seperti patung-patung yang diambil dari pandangan hidup atau yang dipengaruhinya, sebagaimana juga bentuk-bentuk materi yang dihasilkan dari sains dan industri, seperti komputer dan pesawat yang tidak diambil dan tidak dipengaruhi pandangan hidup.   
c.       Keilmuan dan keterampilan yang dipahami dari s\aqa>fah. Artinya s\aqafah lebih menekankan pada aspek keterampilan untuk mencapai sebuah perubahan pola pikir dan mendapatkan materi.   
d.      Keberhasilan dalam berbagai bidang yang dipahami dari al-‘umra>n. Artinya al-‘umra>n merupakan hasil dari keilmuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang sehingga berdampak pada keramaian sebuah wilayah, baik dari aspek orang maupun fisik.  
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan dua arti peradaban. 1) Kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin: bangsa-bangsa di dunia ini tidak sama tingkat peradabannya; dan 2) Hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa.[8][8] 

  Muhammad Ka>z{im Makkiy menyebutkan beberapa elemen dan kriteria peradaban:
a.       Khazanah kemanusiaan. Artinya setiap masyarakat manusia mempunyai cara tersendiri dalam memperoleh kenyamanan hidup, mempertahankan kelangsungan hidup dan dalam berinteraksi sosial dan komunikasi, dimulai dari yang sangat primitif sampai dengan yang modern.   
b.      Akal (pengetahuan) sebagai ciri yang paling menonjol dari peradaban. Akal adalah yang membedakan manusia dari binatang. Dengannya manusia terus mengalami perkembangan yang tiada henti.
c.       Eksperimen (tajribah) sejarah. Setiap generasi dari sebuah masyarakat  mewarisi cara hidup dari generasi sebelumnya dan mencoba mengembangkan warisan itu, karena tidak mungkin satu generasi tiba-tiba menciptakan penemuan tanpa pengetahuan atau pengalaman yang diwarisinya dari generasi sebelumnya.
d.      Struktur geografis. Sebuah peradaban pada satu masyarakat sangat dipengaruhi oleh keadaan geografis yang meliputinya.[9][9]  
Berdasarkan keterangan Ka>z}im Makkiy, maka setiap masyarakat dan bangsa mempunyai peradaban tersendiri, namun yang satu lebih maju dari yang lain, karena perbedaan elemen-elemen tersebut.
Peradaban (h{ad}a>rah) adalah sekumpulan konsep adalah sekumpulan konsep (mafa>him) tentang kehidupan. Peradaban bisa berupa peradaban spiritual ilahiyah (di>niyyah ila>hiyyah) atau peradaban buatan manusia (wad{‘iyyah basyariyyah). Peradaban spiritual ilahiyah lahir dari sebuah ideologi, sebagaimana peradaban Islam yang lahir dari akidah Islam. Sedangkan peradaban buatan manusia muncul dari sebuah ideologi, seperti misalnya peradaban kapitalis Barat yang merupakan sekumpulan konsep tentang kehidupan yang muncul dari ideologi sekularisme. Peradaban semacam ini bisa pula tidak berasal dari sebuah ideologi, semisal peradaban Shinto, Yunani, Babilonia, dan Mesir Kuno. Peradaban-peradaban tersebut sekedar merupakan sekumpulan konsep yang disepakati sekelompok manusia, sehingga menjadi sebuah peradaban yang bersifat kebangsaan.
2.      Dunia Barat
Dunia Barat atau sering disebut Barat saja merujuk kepada negara-negara yang berada di benua Eropa dan Amerika. Dunia Barat dibedakan dari dunia Barat yang digunakan untuk merujuk kepada Asia. Meskipun begitu, pada umumnya kata ini lebih sering diasosiasikan terhadap negara-negara yang mempunyai mayoritas penduduk berkulit putih. Oleh karena itu, Australia dan Selandia Baru juga sering dianggap sebagai bagian dari dunia Barat. Orang-orang yang tinggal di dunia Barat dipanggil orang Barat.[10][10]
Bagi penduduk timur yang masih menjunjung nilai-nilai tradisional kebudayaan mereka, kehidupan di dunia Barat yang biasanya lebih terbuka kadang menyebabkan konotasi negatif terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia Barat. Orang timur yang telah menyerap sebagian dari gaya hidup Barat biasanya dikatakan sebagai kebarat-baratan oleh kalangan tersebut. Meskipun demikian, pengaruh Negara-negara adidaya yang terletak di Barat seperti Amerika Serikat yang semakin besar terhadap dunia secara keseluruhan telah membuat kesenjangan antara Barat dan Timur semakin memudar.
3.      Sejarah Peradaban Islam
Dalam sejarah perjalanan umat Islam, umat Islam mengalami pasang surut, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang ilmu pengetahuan maupun peradaban Islam. Hal ini menyebabkan umat Islam mengalami  masa kemundururan. Kebesaran yang dialami pada masa lalu menyebabkan umat Islam mengalami kemunduran dan kehancuran, sementara dunia Barat mengalami kemajuan, setelah mereka  pernah terlelap tidur akibat daripada dogmatis dari pemuka gereja selama berabad-abad lamanya.
Melihat pasang surutnya umat Islam tersebut, Harun Nasution membagi perjalanan sejarah umat Islam ke dalam tiga priode, yaitu; periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan merupakan periode kemunduran umat Islam (1250-1800 M), dan periode kebagkitan kembali atau biasa disebut priode modern (1800-sekarang).[11][11] Kalau berpatokan kepada periodesasi yang dikemukakan oleh Harun Nasution, tampaknya umat Islam hanya mengalami kemajuan kurang lebih enam abad lamanya, malah kurang dari itu, kalau dilihat dari pembagian periodesasi dari daulah-daulah Islam, seperti daulah Bani Abbasiyah di Bagdad dan daulah Bani Umayyah di Spanyol. Apabila dilihat dari sisi politik dan pemerintahan, maka kemunduran umat Islam malah lebih cepat lagi mungkin hanya kurang lebih empat abad lamanya dengan terpecah belahnya kekuasaan Islam dalam beberapa daulah pada saat itu. Hal ini menunjukkan bahwa masa kemundurun lebih lama daripada masa kemajuan.
Abad 13 M. merupakan akhir dari pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam, setelah itu kekacauan demi kekacauan terjadi dalam Islam, antara lain penjajahan bangsa Mongolia terhadap Islam pada tahun 1218-1268 dan meletusnya perang salib Konstatinopel Bizantium pada tahun 1204. Disusul Imprelialisme Perancis atas Timur tengah pada tanggal 19 Mei 1798 yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte dengan membawa 38.000 perajurit dan 400 kapal. Napoleon mendaratkan 4300 perajurit di Alexandria untuk merebut kota tersebut. Napoleon membangun kerajaan di Mesir kemudian ia membawa kaum intelektual dan bersamanya sebuah perpustakaan yang penuh dengan literature Eropa modern, Sebuah laboratrium ilmiah dan sebuah mesin cetak berhuruf Arab.[12][12]
Pada masa kejayaan ummat Islam mencapai puncaknya, bangsa Barat terutama Eropa, masih dalam kegelapan dan kemunduran. Hal ini disebabkan karena ajaran dogmatis gereja yang begitu kuat dan sangat berpengaruh. Pemimpin gereja pada saat itu banyak terlibat langsung dalam menangani urusan-urusan dan unsur-unsur kenegaraan, bahkan para pemuka agama kristen pada masa itu bersifat otoriter dalaam memaksakan kehendak dan pendapatnya.[13][13] Akibat kekuasaan gereja yang begitu dominan dalam berbagai aspek kehidupan pada masa itu, menyebabkan bangsa Barat khususnya Eropa mengalami keterbelakangan dalam berbagai aspek kehidupan, utamanya dalam hal perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban.
B.  Proses Peradaban Islam Masuk di Barat
Dalam beberapa literatur diungkapkan bahwa proses masuknya peradaban Islam di dunia barat melalui empat cara sebagai berikut:
1.      Andalusia (Spanyol)
Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M. melalui jalur Afrika Utara. Spanyol sebelum kedatangan Islam dikenal dengan nama Iberia/Asbania, kemudian disebut Andalusia, ketika negeri subur itu dikuasai bangsa Vandal. Dari perkataan Vandal inilah orang Arab menyebutnya Andalusia.[14][14]
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah T{a>rif bin Ma>lik, T{a>rik bin Ziya>d, dan Mu>sa> bin Nus}air. T{a>rif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik, sedangkan Mu>sa sebagai pengirim pasukan, sementara T{a>riq bin Ziya>d lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata, yaitu sebanyak 12.000 pasukan dan berhasil menaklukan Spanyol pada tahun 92 H. atau 711 M.[15][15]
Kemenangan pertama yang dicapai oleh T{a>riq bin Ziya>d membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abd al-‘Azi>z tahun 99 H/717 M., dengan sasarannya menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.[16][16] 
2.      Sisilia
Dunia Kristen latin ini merasakan pengaruh muslim melalui Sisilia. Serangan pertama ke Sisilia tahun 652 M., ketika kota Siracusa dimasuki dan kekuasaannya tenggelam saat itu juga. Pada tahun 831 M., kota Palermo dapat dikuasai umat Islam. Penaklukan daerah Italia terus berlangsung hingga mencapai anti klimaks pada abad ke-9 yaitu pada tahun 871 M., saat kota Bari direbut kembali oleh pasukan Kristen dan menjadi pertanda berakhirnya kekuasaan muslim atas Italia dan Eropa tengah.[17][17]
Munculnya bangsa Norman yang dipimpin oleh Roger pada tahun 1060 M., hingga tahun 1091 M., telah berhasil menaklukan seluruh kekuatan Islam dan Bizantium di Sisilia dan mengadopsi peradaban Islam dalam kekuasaan mereka, baik dalam bidang sastra, seni, industri dan bidang-bidang yang lain.[18][18] 
Dengan demikian, kehadiran orang-orang Arab di Spanyol dan Sisilia secara perlahan menjadi jalur masuk ke Eropa Barat, meskipun Eropa Barat telat menjalin hubungan dengan Imperium Bizantium, akan tetapi penduduknya lebih banyak mengambil alih kebudayaan orang-orang Arab ketimbang orang-orang Bizantium.[19][19]
3.      Kedatangan orang-orang salib di timur Islam
Invasi atas Spanyol dan Sisilia memberi arti bahwa suatu waktu Islam hadir di daerah pinggiran Kristen Latin. Namun demikian, invasi tersebut memunculkan reaksi gerakan perang salib pada abad ke-11. Selama perang salib ini telah mengakibatkan terjadinya tukar menukar pengaruh budaya di antara mereka, atau lebih tepatnya penerimaan orang-orang Eropa atas corak-corak kebudayaan Islam.
Selanjutnya orang-orang salib menetap di Timur Islam dalam waktu yang cukup lama sejak abad 5 H. sampai 7 H. (Abad 12 sampai 17 M.). Karenanya terjadi hubungan yang intensif dengan seluruh peradaban Islam yang mengagumkan mereka. Walaupun peperangan terus terjadi antara mereka dan kaum muslimin, akan tetapi para cendekiawan mereka tidak menutup diri untuk mengambil seluruh peradaban Islam yang disaksikannya.[20][20]
4.      Pertukaran perniagaan antara timur dan barat
Peristiwa ini terjadi sejak datangnya bangsa Fatimiah di Mesir dan menjadikan Mesir sebagai pusat politik, perdagangan dan kebudayaan. Karena itu penyerangan Mongol di Irak menjadikan Mesir sebagai ka’bah peradaban Islam di era dinasti Mamalik sebagaimana dikatakan Ibnu Khaldun.
Mesir telah membantu kemajuan peradaban di Eropa, adapun kota-kota di Eropa seperti: Pisa, Genova, Venezis, Napoli, Firenze memiliki hubungan dagang dengan Mesir. Kota-kota inilah yang kemudian menjadi bangkitnya Eropa atau yang dikenal dengan renaissance serta menjadi cikal bakal peradaban modern di Eropa.
C.  Pengaruh Peradaban Islam di Dunia Barat
Kontak antara dunia Islam dengan dunia Barat terjadi sejak awal lahirnya agama Islam sekitar abad XV M. Hal ini ditandai dengan ekspansi yang dilakukan oleh umat Islam dan dapat merebut wilayah-wilayah kekuasaan kerajaan Romawi pada masa itu, seperti Syam (Siria, Palestina) dan Mesir. Ekspansi umat Islam ini terjadi sejak pemerintahan khalifah ‘Umar bin Khat}t}a>b. Pada masa pemerintahan ‘Us\ma>n bin ‘Affa>n pada paruh kedua, ekspansi umat Islam sempat terhenti. Hal ini terjadi sebagai akibat daripada komplik-komplik yang terjadi dalam wilayah pemerintahan masa itu. Maka perluasan wilayah Islam terhenti baik pada masa pemerintahan ‘Us\ma>n bin ‘Affa>n maupun pada masa pemerintahan ‘Ali bin Abi> T{a>lib.
Ekspansi kembali terjadi ketika  daulah Bani> Umayyah berkuasa dan dapat menguasai wilayah-wilayah dan masuk dalam wilayah kekuasan umat Islam, seperti Afrika Utara, Andalusia (Spanyol), Kaukasus, dan Antolia. Kekuasaan Islam, di samping Afrika dan Eropa juga Asia. Ekspansi ke wilayah Timur melalui Sungai Oxus.[21][21] Perluasan wilayah ke Eropa melalui jalur Utara terhenti ketika pengepungan kota Bizantium gagal. Pengepungan ini berlangusng selam satu  tahun, yaitu dari tahun Agustus 716-September 717 M. Pengepungan yang cukup lama ini tidak mampu menjatuhkan kota Bizantium (Tanduk Emas atau Golden Horn). Hal ini dapat digagalkan dengan menaruh rantai besar di dalam laut.[22][22]
Sekalipun ekspansi ke Eropa melalui jalur Utara gagal, namun demikian,  ekspansi ke arah Barat melalui Afrika Utara berhasil memasuki Eropa khususnya wilayah Spanyol. Penaklukkan Spanyol dilakukan pada masa daulah Bani Umayyah di bawah pemerintahan al-Wali>d (705-715 M). Sebelum menaklukkan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara. Afrika Utara merupakan pintu gerbang untuk memasuki Eropa, khususnya wilayah Spanyol.
Dengan masuknya Islam ke Spanyol merubah tatanan baru dan pencerahan terhadap bangsa Eropa dengan sebuah peradaban baru yakni peradaban Islam yang dibawa oleh bangsa Arab dan masuk melalui Spanyol. Karenanya, sulit dipungkiri kemajuan Eropa tidak bisa dilepaskan dari pemerintah Islam di Spanyol.
Montgemary Watt menyebutkan bahwa pengaruh kebudayaan Islam atas barat dengan tiga hal; Pertama, sumbangan orang Arab ke Barat tidak diragukan lagi terutama dalam hal-hal yang menyokong perbaikan tingkat kehidupan dan memperkokoh basis materialnya. Kedua, sebagian besar orang Eropa kurang menyadari pengaruh orang Arab dan karakter Islam yang mereka ambil dan ketiga, kesastraan orang-orang Arab dan yang menyertainya telah merangsang tumbuhnya imajinasi Eropa dan kejeniusan politik orang Romawi.[23][23]
Keterpengaruhan Eropa pada peradaban Islam, bukan saja pada bidang ilmu pengetahuan akan tetapi juga semangat untuk hidup, sehingga keterpengaruhan itu bersifat menyeluruh. Reformasi gereja, pembangkangan terhadap kaum fiodal yang zalim, sistem pendidikan sastra, arsitektur adalah akibat terpengaruhnya pada peradaban Islam.  Menurut M. Qutub, Toga dalam wisuda itu adalah meniru dari kopiah yang digunakan oleh pelajar Islam yang telah lulus dari universitas Islam.[24][24]
Di antara bukti-bukti pengaruh Islam di dunia Barat dapat diklasifikasi dalam beberapa bidang sebagai berikut:
a.       Intelektual
Penerjemahan-penerjemahan yang dilakukan oleh umat Islam dari berbagai bahasa terkait dengan filsafat dan ilmu-ilmu yang lain mengantarkan umat Islam mencapai puncak kejayaannya. Dari produk terjemahan yang kemudian diintegrasikan dengan teks-teks al-Qur’an dan hadis serta logika, pencapaian di bidang keilmuan sampai pada puncaknya. Di antara yang cukup terkenal dengan produk terjemahannya itu adalah Yahya ibn al-Bitriq (wafat 200 H/ 815 M) yang banyak menerjemahkan buku-buku kedokteran pemikir Yunani, seperti Kitab al-H{ayawa>n (buku tentang makhluk hidup) dan Timaeus karya Plato. Al-H{ajja>j ibn Mat}ar yang hidup pada masa pemerintahan al-Ma’mu>n dan telah menerjemahkan buku Euklids ke dalam bahasaArab serta menafsirkan buku al-Majisti karya Ptolemaeus. Abd al-Masih ibn Na‘i>mah al-Himsi (w. 220 H./835 M.) yang menerjemahkan buku Sophistica karya Aristoteles. Yuhana ibn Masawaih seorang dokter pandai dari Jundisapur (w. 242 H/ 857 M.) yang kemudian diangkat oleh khalifah al-Ma’mu>n sebagai kepala perpustakaan bait al-h{ikmah, banyak menerjemahkan buku-buku kedokteran klasik. Seorang penerjemah yang sangat terkenal karena banyak terjemahan yang dilahirkannya adalah H{unain bin Ish{a>q al-Abadi yang merupakan seorang Kristen Nestorian (194-260 H./ 810-873 M.).[25][25]
1)      Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M). Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Tokoh utama yang kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asa, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Rusyd dari Cordova.[26][26] Pada abad ke-12 diterjemahkan buku al-Qa>nu>n karya Ibnu Sina (Avicenne) mengenai kedokteran. Pada akhir abad ke-13 diterjemahkan pula buku al-H{a>wi> karya Razi yang lebih luas dan lebih tebal dari al-Qa>nu>n.[27][27] 
2)      Sains
‘Abba>s bin Fama termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia orang yang pertama kali menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibra>hi>m bin Yah{ya> al-Naqqa>s} terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M.) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Bat}u>t}ah dari Tangier (1304-1377 M.) mencapai Samudra Pasai dan Cina. Ibn Khaldu>n (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldu>n dari Tum adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol yang kemudian pindah ke Afrika.
3)      Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-H{asan bin Na>fi‘ yang dijuluki Zirya>b. Setiap kali diadakan pertemuan dan jamuan, Zirya>b selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya, baik pria maupun perempuan, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.[28][28]
4)      Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Di antara para ahli yang mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa yaitu Ibn Sayyidih, Ibn Ma>lik pengarang Alfiyah, Ibn H{aru>f, Ibn al-H{ajj, Abu> ‘Ali al-Isybili>, Abu> al-H{asan bin ‘Us}fur, dan Abu> H{ayya>n al-Garnat}i>.



5)      Bidang Kesehatan
Pada akhir abad ke-7 M. Kha>lid bin Yazi>d (cucu pertama dari khalifah Bani> Umayyah) merupakan yang pertama dalam sejarah kekhalifahan umat Islam yang belajar ilmu kesehatan kepada John (seorang ahli bahasa dari Alexandria) dan beliau juga belajar kimia kepada Marrinos dari Yunani.[29][29] Ahad ibn Iba>s dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umi al-H{asan bint Abi Ja‘far dan saudara perempuan al-H{a>fidzh adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita. 
Cordoba sebagai salah satu pusat aktivitas medis telah melahirkan beberapa Ilmuwan terkemuka. Di antara ilmuwan yang telah banyak jasanya terhadap perkembanga ilmu medis Islam ialah Ibnu Rusyd yang telah menghasilkan karya besar kitab al- Kulliyya>t fi al-T{ibb (tentang filsafat ilmu kedokteran), suatu kitab referensi yang di pakai selama berabad-abad di Eropa, di bidang obat-obatan di kenal nama-nama sebagai Abu> Ja'far Ahmad bin Muhammad al-Ga>fiqi> (w. 1165) dengan karyanya al-‘Adawiah al-Mufrada>t (uraian tentang berbagai macam obat).
Salah satu bukti pengaruh ilmu kesehatan dapat dilihat dari ketergantungan Eropa yang terus menerus kepada kedokteran Arab hingga abad ke-15 dan ke-16 ditunjukkan dengan daftar buku yang dicetak. Dari semua daftar itu, buku pertama adalah komentar Ferrari da Grado, seorang guru besar di Pavia, atas bagian dari Continens, ensiklopedi besar karangan al-Ra>zi>. Karangan Ibnu Sina, Canon dicetak pada tahun 1473, lalu pada tahun 1475. dan sudah pada cetakannya yang ketiga bahkan sebelum karya Galen dicetak. Dalam karya Ferrari de Gardo, misalnya; Ibnu Sina dikutip lebih dari 3000 kali, al-Ra>zi> dan Galen masing-masing seribu kali, sedang hippocrates hanya seratus kali. Dengan demikian, kedokteran Eropa abad ke-15 dan ke-16 masih merupakan kedokteran yang sedikit lebih luas dari sekedar kepanjangan kedokteran arab.
Hingga tahun 1500, buku ini sudah dipublikasikan dalam cetakan yang keenam belas. Karena masih terus digunakan hingga tahun 1650, buku itu dipandang sebagai karya dalam bidang kedokteran yang paling banyak dipelajari sepanjang sejarah. Buku ini diikuti oleh karya-karya terjemahan dari bahasa Arab lainnya, termasuk beberapa karangan al-Ra>zi>, Ibnu Rusyd, H{unain bin Ish{a>q dan H{a>ly Abba>s.[30][30]
b.      Kemegahan Fisik
Sudah menjadi konsekuensi logis dari sebuah kemajuan keilmuan adalah pesatnya pembangunan fisik yang disertai dengan nuansa-nuansa arsitektur yang megah, baik di bidang laboratorium, istana, tempat ibadah, perpustakaan maupun    terkait dengan pertanian. Orang-orang memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air waduk dibuat untuk konservasi. Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air asal Persia yang dinamakan na’urah (Spanyol Noria).
Namun pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova yang di bangun pada masa ‘Abd al-Rah{ma>n al-Dakhi>li>, kota al-Zahra, kota termegah yang dibangun oleh ‘Abd al-Rah{ma>n III dan kota Granada yang cantik dan megah dengan istana al-H{amra>’ yang sangat terkenal di dunia, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun dan mesjid Seville. Cordoba juga terkenal dengan universitasnya, yaitu Universitas megah Cordoba yang di bangun oleh al-­H{aqam II ‘Abd al-Rah}ma>n III (961- 976). 
Bait al-H{ikmah yang didirikan oleh khalifah al-Ma’mu>n berisi para penerjemah yang terdiri dari orang Yahudi, Kristen dan para penyembah Bintang.[31][31] Selain Bait al-H{ikmah, pada Awal 750 M. Ha>run al-Rasyi>d mendirikan Observatorium di Damaskus yang di dalamnya banyak ahli astronom Islam yang mengadakan penelitian di bidang astronomi sehingga lahirlah para astronom Islam seperti al-Farga>ni> (850 M.), Ibnu Yu>nis (1009 M.) dari Kairo, al-Zarkali> (1029-1087 M.) dari Kordoba.
Pembangunan irigasi yang baik memacu produksi yang baik pula sehingga mereka dapat membangun kebun tebu, kapas, padi , jeruk , anggur, dan sebagainya. Karena kemajuaan ekonomi, Spanyol mampu membangun beberapa kota yang megah dan mempunyai banyak bangunan menumental.
Walaupun akhirnya Islam terusir dari wilayah Barat dengan cara yang sangat kejam, tetapi Islam telah membidangi gerakan kebangkitan di Eropa, gerakan kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik padan abad 14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke 18 M.[32][32]



6)       
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Dengan demikian, pengaruh peradaban Islam sangat besar terhadap dunia Barat.   
1.      Peradaban Islam masuk di Eropa dengan empat cara yaitu saluran peradaban Islam yang mempengaruhi Eropa melalui Spanyol, Sisilia, perang Salib maupun pertukaran perniagaan, akan tetapi saluran yang terpenting dalam hal ini adalah Spanyol Islam. Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Barat menyerap peradaban Islam, baik dalam hubungan politik, sosial, ekonomi maupun peradaban antar negara. Bahwa suatu kenyataan sejarah Spanyol selama tujuh abad lebih berada dalam kekuasaan Islam.
2.      Pelacakan historis menjadi sangat logis bahwa peradaban Barat dibangun dari rahim fase sejarah Islam menduduki Spanyol. Secara sosial politik, Islam dalam posisi yang sangat kuat untuk melakukan ekspansi dan secara peradaban dalam Puncak keemasaannya. Proses ekspansi ini diikuti dengan transfer of sciense dari kaum muslimin ke penduduk Spanyol saat itu. Kebudayaan terbuka dan dermawan ilmu yang dibangun oleh kaum Muslimin saat itu, menjadikan setiap kelompok, daerah, atau suku bangsa sangat terbuka lebar menimba ilmu pengetahuan dari kaum Muslimin di Spanyol, termasuk banyak orang-orang Eropa yang menimba ilmu pengetauan dalam berbagai bidang dari Muslim Spanyol, baik ilmu-ilmu ‘aqli>> maupun ilmu naqli>. Ketika mereka sudah kembali ke daerah masing-masing banyak yang mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut di daratan Eropa.
B.  Implikasi
Kemajuan peradaban itu dipengaruhi oleh kemajuan intelektual yang di dalamnya terdapat ilmu filsafat, sains, fikih, musik dan kesenian, begitu juga dengan bahasa dan sastra, dan kemegahan pembangunan fisik. Islam telah membuktikan pada masa lalu bahwa dengan kemajuan intelektual, khususnya ilmu filsafat, kejayaan dan keemasan akan diraih dan dirasakan.
Hal tersebut dapat dilihat dari pengaruh peradaban Islam dalam dunia pendidikan. Pemikiran ibnu Sina, al-Ra>zi> dan Ibnu Rusyd merupakan pemikiran yang paling banyak dipelajari. Banyaknya para pemuda Eropa yang belajar ke univesitas-universitas Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Sevile, Granada, Malaga dan Salamanca yang aktif menterjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan muslim di Toledo dibawa pulang ke negerinya kemudian mendirikan sekolah dan universitas di sana.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan universitas pertama di Eropa adalah universitas Paris yang didirikan tahun 1231 M, tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibnu Rusyd. Di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 universitas. Ilmu yang mereka peroleh dari universitas adalah ilmu kedokteran, ilmu pasti dan filsafat.Pengaruh ilmu pengetahuan dan peradaban Islam di Eropa yang berlangsung abad 12 M. itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa abad ke 14 M. berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa ini melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin.
Namun umat Islam tidak boleh hanya sekedar mengingat masa kejayaan Islam dan pengaruhnya terhadap dunia barat, akan tetapi umat Islam harus bangkit dan merebut kembali kejayaan-kejayaan masa lalu melalui renaissance Islam dengan banyak mengirimkan anak-anak terbaik Islam belajar ke dunia barat agar dapat pulang dengan membawa keilmuan mereka dan mengembangkannya untuk Islam sebagaimana yang dilakukan pada masa Bani ‘Abbasiyah yang kemudian dilakukan juga oleh orang-orang Barat terhadap keilmuan Islam.
Akhirnya, sejarah akan berulang meskipun dalam suasana, subyek dan obyek yang berbeda akan tetapi subtansinya sama. Mudah-mudahan kebangkitan dan kemajuan Islam kembali di raih setelah hilang sejak abad ke-14 hingga sekarang. Amin. 



DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Karen. Berperang demi Tuhan; Fundamentalisme dalam Islam, Kristen dan Yahudi. Cet. III; Jakarta: Mizan, 2002 M.
Departemen Pendidikan RI. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Fauzi, Rifqi. Renaissance Eropa dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Pemikiran Islam, 07 September 2012, http://fauzidex.multiply.com (21 September 2012).    
Hadiwyono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat II. Cet. VI; Yogyakarta: Kanisius, 1990.
Hitti, Philip K. Histrory of the Arabs. Cet. I; Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 1429 H./2008 M.
Al-Kaff, Husain. Peradaban Islam, Selasa, 25 Mei 2010 06:47 http://www.ikmalonline.com, 21 September 2012.   _
AL-Magribiy, ‘Abd al-Rah}ma>n ibn Khaldu>n. Ta>rikh Ibn Khaldu>n. Beirut: Da>r Ih{ya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabi>, t.th.
Maji>d, ‘Abd al-Mun‘im. Ta>rikh al-H{ad}a>rah al-Isla>miyah fi al-‘Us{u>r al-Wust}a>. Cairo: Maktabah Mis{riyah,1978.
Mus}t}afa>, Ibra>hi>m. dkk. al-Mu‘jam al-Wasi>t}. (CD ROM al-Maktabah al-Sya>milah)
Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Cet. IX; Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
Nurkidam, A. Pengaruh Peradaban Islam di Dunia Barat. http://annur01.wordpress.com (21 September 2012). 
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996.
Poeradisastra, S.I. Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern. Cet. II; Jakarta: P3M, 1986.
Al-Siba>‘i<, Mus}t}afa>. Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok. Jakarta: Gema Insani Press, 1993.
Sunaryo. Transmisi Kebudayaan Yunani Dalam Peradaban Islam, Jurnal Pemikiran Islam Vol.1, No.3, September 2003, International Institute of Islamic Thought Indonesia.
Al-T{abariy, Abu> Ja‘far Muh{ammad bin Jari>r al-T{abariy. Ta>rikh al-Umam wa al-Mulu>k. Cet. I; Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1407 H..
Watt, W. Montgemary. Islam dan Peradaban Dunia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1997.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Gravindo Persada, 2003.
Zakariyya>, Abu> al-H{usain Ah}mad bin Fa>ris bin. Mu‘jam Maqa>yi>s al-Lugah. Beirut: Ittih}a>d al-Kita>b al-‘Arabi, 1423 H./2002 M.
--------------, Dunia Barat, 10 Juli 2012, http://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa. (21 September 2012). 






[1][1]Abu> al-H{usain Ah}mad bin Fa>ris bin Zakariyya>, Mu‘jam Maqa>yi>s al-Lugah, Juz. II (Beirut: Ittih}a>d al-Kita>b al-‘Arabi, 1423 H./2002 M.), h. 60.
[2][2]‘Abd al-Rah}ma>n ibn Khaldu>n al-Magribiy, Ta>rikh Ibn Khaldu>n (Beirut: Da>r Ih{ya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabi>, t.th.), h. 122.
[3][3]Abu> al-H{usain Ah}mad bin Fa>ris bin Zakariyya>, op.cit., Juz. II, h. 262.
[4][4]Ibid., Juz. I, h. 203.
[5][5]Ibra>hi>m Mus}t}afa> dkk., al-Mu‘jam al-Wasi>t}, Juz. I (CD ROM al-Maktabah al-Sya>milah), h. 203.
[6][6]Abu> al-H{usain Ah}mad bin Fa>ris bin Zakariyya>, op.cit., Juz. IV, h. 114.
[7][7]Ibra>hi>m Mus}t}afa> dkk., op.cit., Juz. II, h. 163.
[8][8]Departemen Pendidikan RI, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 9.
[9][9]Husain al-Kaff, Peradaban Islam, Selasa, 25 Mei 2010 06:47 http://www.ikmalonline.com, 21 September 2012.   _
[10][10]_______, Dunia Barat, 10 Juli 2012, http://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa:Daftarkategori (21 September 2012). 
[11][11]Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Cet. IX; Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 14.
[12][12]Karen Armstrong, Berperang demi Tuhan; Fundamentalisme dalam Islam, Kristen dan Yahudi (Cet. III; Jakarta: Mizan, 2002 M), h. 92-93.
[13][13]Salah satu contoh kekuasaan gereja adalah apabila berpendapat akan menanggung akibatnya seperti yang dialami oleh Ilma Necolaus Copernicus (1473-1543) yang mengatakan bahwa matahari adalah pusat raya dan bumi mempunyai dua macam gerak. Galileo Galilei yang menemukan pentingnya akseselrasi dalam dinamika. Penemuan mereka ini menggoncangkan gereja, sehingga ia harus dihukum mati karena tidak sesuai dengan pendapat gereja pada saat itu. Lihat: Harun Hadiwyono, Sari Sejarah Filsafat Barat II (Cet. VI; Yogyakarta: Kanisius, 1990), h.16.
[14][14]Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT), Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996), h. 10.
[15][15]Abu> Ja‘far Muh{ammad bin Jari>r al-T{abariy, Ta>rikh al-Umam wa al-Mulu>k, Juz. IV (Cet. I; Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1407 H.), h. 11.
[16][16]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT. Gravindo Persada, 2003), h. 93.
[17][17]Philip K. Hitti, Histrory of the Arabs (Cet. I; Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 1429 H./2008 M.), h. 768-773.
[18][18]Ibid., h. 772-783.
[19][19]W. Montgemary Watt, Islam dan Peradaban Dunia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1997), h. 42.
[20][20]Ibid., h. 18-22.
[21][21]Sungai Oxus adalah sungai yang dalam tradisi merupakan perbatasan antara bangsa-bangsa yang berbahasa Persia dan bangsa-bangsa yang berbahasa Turki. Lihat: Philip K. Hitti, op.cit., h. 82.
[22][22]Ibid., h. 83.
[23][23]W. Montgemary Watt, op,cit., h. 42.
[24][24]A. Nurkidam, Pengaruh Peradaban Islam di Dunia Barat, http://annur01.wordpress.com (21 September 2012). 
[25][25]Sunaryo, Transmisi Kebudayaan Yunani Dalam Peradaban Islam, Jurnal Pemikiran Islam Vol.1, No.3, September 2003, International Institute of Islamic Thought Indonesia.
[26][26]Badri Yatim, op.cit., h. 101.
[27][27]Mustafa al-Siba>‘i<, Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), h. 49.
[28][28]Philip K. Hitti, op. cit., h. 654.
[29][29]Rifqi Fauzi, Renaissance Eropa dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Pemikiran Islam, 07 September 2012, http://fauzidex.multiply.com (21 September 2012).    
[30][30]‘Abd al-Mun‘im Maji>d, Ta>rikh al-H{ad}a>rah al-Isla>miyah fi al-‘Us{u>r al-Wust}a> (Cairo: Maktabah Mis{riyah,1978), h. 156.
[31][31]Sunaryo, op.cit.
[32][32]S.I Poeradisastra, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern (Cet. II; Jakarta: P3M, 1986),h. 77.

0 komentar: