Filsafat Yunani




FILSAFAT YUNANI KUNO

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah:  Filsafat





Disusun Oleh :

Muhammad Amin Rois                  : (1410110324 )
M Ali Mubarok                               : (1410110327 )
Siti Asrofah                                                : (1410110308 )
Qomariyatun Mudliah                   : (1410110320 )

 

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2014
 

A.   PENDAHULUAN

 Latar Belakang Sejarah Munculnya Filsafat Yunani

Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senantiasa terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatassannya. Dalam situsi itu banyak yang berpaling kepada agama atau kepercayaan ilahiah.
Tetapi sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan pikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses  mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggungjawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.
 Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang ini kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain sebagainya. Umat manusia lebih dulu memifikrkan dengan bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati.
Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar meneganai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia. Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran.
Meski bagaimanapun banyaknya gambaran yang kita dapatkan tentang filsafat, sebenarnya masih sulit untuk mendefinisikan secara konkret apa itu filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran masih sulit untuk mendefinisikan secara konkret apa itu filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran hingga kita bisa memvonisnya,karena filsafat bukanlah sebuah disiplin ilmu. Sebagaimana definisinya, sejarah dan perkembangan filsafat pun takkan pernah habis untuk dikupas. Tapi justru itulah mengapa filsafat begitu layak untuk dikaji demi mencari serta memaknai segala esensi kehidupan.
Filsafat umum sangat banyak sejarahnya, diantaranya adalah filsafat yunani kuno, filsafat islam, filsafat modern, filsafat abad ke-19 dan 20, aliran-aliran filsafat dan sebagainya.Untuk menelusuri filsafat Yunani, perlu dijelaskan terlebih dahulu asal kata filsafat. Sekitar abad IX SM atau paling tidak tahun 700 SM di Yunani, Sophia diberi arti kebijaksanaan; sophia juga berarti kecakapan. Kata philosophos mula-mula dikemukakan dan dipergunakan oleh Heraklitos (540-480 SM), sementara ada yang mengatakan bahwa kata tersebut mula-mula dipakai oleh Pyt hagoras (580-500 SM).
Namun pendapat yang lebih tepat adalah pendapat yang mengatakan bahwa Heraklitos-lah yang menggunakan istilah tersebut. Menurutnya, philosophos (ahli filsafat) harus mempunyai pengetahuan luas sebagai pengejawantahan daripada kecintaannya akan kebenaran dan mulai benar-benar jelas digunakan pada kaum sofis dan sokrates yang memberi arti philosophein sebagai penguasaan secara sistematis terhadap pengetahuan teoritis. Philosophia adalah hasil dari perbuatan yang disebut philosophein, sedangkan philosophos adalah orang yang melakukan philosophein.
Dari kataPhilosophia inilah akhirnya timbul kata-kata philosophie (Belanda, Jerman, Perancis), philosophy (Inggris), dan dalam bahasa Indonesia disebut filsafat atau falsafat.Mempelajari filsafat tidak akan pernah lepas dari bagaimana asal mula filsafat itu muncul. Dan untuk mengetahui bagaimana asal mula filsafat itu muncul,maka kita perlu mempelajari bagaimana sejarahnya. Sejarah filsafat ialah penyelidikan ilmiah mengenai perkembangan filsafat dari seluruh bangsa manusia dalam sejarah. Jadi, sejarah filsafat itu belumlah “filsafat”,sejarah filsafat hanyalah “sejarahnya”. Bebicara tentang sejarah kelahiran dan perkembangan filsafat, tentu tidak akan pernah bisa dipisahkan dengan perkembangan (ilmu)  pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban kuno (masa yunani). Dalam sejarah filsafat, biasanya filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam alam pikiranya berpangkal pada pemikiran yunani.
Dalam mempelajari sejarah filsafat yunani, berarti menyaksikan kelahiran filsafat. Filsafat lahir diawali dengan adanya para filusuf pertama yang memiliki keraguan atas mitos-mitos atau dongeng tentang asal muasal segala sesuatu,baik alam semesta maupun manusia yang tidak bisa di terima oleh akal manusia. Sudah barang tentu kemenangan akal  atas mitos-mitos itu tidak mungkin terjadi dengan tiba-tiba. Kemenangan itu diperoleh secara berangsur-angsur, berjalan hingga berabad-abad.











































B.   Tokoh dan Pemikiran Filsafat Pada Masa Pra Socrates

Filsafat Pra Socrates Bangsa Yunani merupakan bangsa yang pertama kali berusaha menggunakan akal untuk berpikir. Kegemaran bangsa Yunani merantau secara tidak langsung menjadi sebab meluasnya tradisi berpikir bebas yang dimiliki bangsa Yunani.
Menurut Barthelemy, kebebasan berpikir bangsa Yunani disebabkan karna di Yunani sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci. Keadaan tersebut jelas berbeda dengan Mesir, Persia, dan India. Sedangkan Livingstone berpendapat bahwa adanya kebebasan berpikir bangsa Yunani dikarenakan kebebasan mereka dari agama dan politik secara bersamaan[1][1]. Lahirnya filsafat pra socrates juga disebabkan karena kemenangan akal atas dongeng atau mitos yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu. Para pemikir atau ahli filsafat ini mencoba untuk mencari-cari jawaban tentang akibat terjadinya alam semesta beserta isinya.
Filsafat Pra Socrates juga dapat dikatakan sebagai filsafat alam, karena para ahli filsafat dimasa tersebut menjadikan alam semesta sebagai objek pemikirannya. Tujuan filosofi mereka dalam memikirkan soal alam semesta yaitu untuk mengetahui darimana terjadinya alam atau darimana alam ini berasal, hal inilah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka. Pemikiran yang demikian itu merupakan pemikiran yang sangat maju, rasional dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang di lain pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang.
Filosuf yang hidup pada masa pra Socrates disebut para filosuf alam karena objek yang mereka jadikan pokok persoalan adalah alam. Yang dimaksud dengan alam (fusis) adalah kenyataan hidup dan kenyataan badaniah. Jadi, perhatian mereka mengarah kepada apa yang dapat diamati[2][2]
Periode Yunani kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli fikir alam, dimana arah dan perhatian pemiki.rannya pada apa yang diamati disekitarnya. Mereka membuat pernyataan-pernyataan tentang gejala alam yang bersifat filsafati ( berdasarkan akal fikir ) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta ( arche ) yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.
Masa awal filsafat Yunani Kuno ditandai dengan tercantumnya tiga nama filosof yang berasal dari daerah Miletos, yaitu Thales, Anaximadros Dan Anaximenes. Selain ketiga nama tersebut, juga terdapat beberapa nama dari daerah lain, yaitu Herakleitos dari Ephesos, Phytagoras dari Italia Selatan, Permidides dan Elea, dan Demokritos dari Abdera.
Ada beberapa filosof pada masa pra socrates, yaitu :

a.  Thalles
Nama Thales muncul atas pelunturan sejarawan Herodotus pada abad ke 5 SM. Thales sebagai salah satu dari tujuh orang bijaksana ( saven wise men of grecee ). Arithoteles memberikan gelar the father of filosofi. Juga menjadi nasihat teknis ke-12 kota Lonia. Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585 SM.
Thales adalah filosof pertama, hidup pada abad ke-6 SM. BahkanAristoteles memberikan gelar kepada Thales sebagai filosof yang pertama. Menurut Thales : Asal Mula Alam  adalah air. Air adalah pusat dan sumber segala yang ada atau pokok dari segala sesuatu. Air adalah ausa prima dari segala yang ada yang jadi, tetapi juga akhir dari segala yang ada dan yang jadi. Air adalah subtrat (bingkai) dan substransi (isi) Argumen Thales merupakan argumen yang bukan hanya  rasional karena dikemukakan melalui salah satu sumber pengetahuan yang kongkret, tapi juga observatif.
Thales mengembangkan fisafat alam kosmologi yang mempertanyakan, sifat dasar dan struktur komposisi dari alam semesta. Menurut pendapatnya, semua yang berasal dari air sebagai materi dasar kosmis. Sebagai ilmuan pada masa itu ia mempelajari magnetisme dan listrik yang merupakan pokok soal fisika. Juga mengembangkan ostronomimdan matematika. Dengan mengemukakan pendapat, bahwa bulan bersinar karena memantulkan cahaya matahari, menghitung terjadinya gerhana matahari bahwa kedua sudt alas dari suatu segitiga sama kaki adalah sama besarnya.
Walaupun pandangan-pandangan Thales banyak yang kurang jelas, akan tetapi pendapatny merupakan percobaan pertama yang masih sangat sederhana dengan menggunakan rasio ( akal pikir ).
                                                                        
b.  Anaximandros
Ia adalah orang yang pertama yang mengarang suatu traktak dalam kesusasteraan yunani dan berjasa dalam bidang astronomi, geografi, sehingga ia sebagai orang pertama yang membuat peta bumi. Ia berhasil memimin sekelompok orang yang membuat kota baru di kota baru apolonia.
Pemikirannya, dalam memberikan pendapat tentang arche asas pertama alam semesta, ia menunjuk pada salah satu unsur yang dapat diamati oleh indra, akan tetapi ia menunjuk dan memilih pada sesutu yang tidak dapat diamati indra, yaitu to apairon, sebagai yang tidak terbatas, abadi sifatnya, tidak berubah-ubah, ada pada segala-galanya dan sesuatu yang paling dalam dan sesuatu yang paling dalam.
Anaximandros adalah murid Thales, hidup  antara tahun 610-547 SM. Menurut dia : segala sesuatu tu berasal dari to apearon, yaitu yang tak terbatas, suatu yang tidak terhingga, tidak dapat dirupakan, tidak ada persamaannya dengan salah sutu barang yang kelihatan di dunia ini,bersifat Ilahi, abadi tak terubahkan meliputu segala-galanya.

c. Pythagoras
Pythagoras lahir di Samos antara tahun 580 dan 570 SM. Ia menetap di Trotona, dan dan di sinilah ia mendirikan mazhab Pythagoras. Filsafah pemikiran fythagoras sangat matematis. Karena banyak diilhami oleh rahasia angka-angka. Ia tidak memikirkan substansi yang yang menjadi alam. Ia beranggapan bahwa dari segala sesuatu adalah angka. Segala sesuatu dalam alam raya tidak tertentu dan tidak menentu, segala hal yang telah memiliki batas bentuk dan angka akan menjadi tentu dan pasti.
Anaximenes berpendapat bahwa udara merupakan asal usul segala sesuatu. Udara melahirkan semua benda dalam alam semesta ini karena suatu proses pemadatan dan pengeceran, kalau udara semakin bertambah maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah dan akhirnya batu. Sebaliknya kalau udara itu menjadi encer yang timbul adalah api.
Pandangan Anaximenes tentang susunan jagat raya bertolak belakang dengan Anaximandros. Menurut Anaximenes bumi ini seperti meja bundar dan melayang di atas udara. Demikian pula matahari, bulan dan bintang. Benda-benda yang ada dijagad raya itu tidak terbenam di bawah bumi sebagaimana yang dipikirkan Anaximandros tetapi






mengelilingi bumi yang datar itu, matahari lenyap pada waktu malam tertutup di belakang bagian-bagian tinggi[3][4].


d. Herakleitos
 Menurut ia: Tidak ada satu pun di alam ini yang bersifat tetap atau permanen. Apa yang kelihatan tetap, sebenarnya ia berada dalam proses perubahan tidak henti-hentinya. Dan api adalah elemen utama dari segala sesuatu yang timbul.Dunia ini tidak dijadikan siapa pun juga. Ia ada selama-lamanya. Ia sebagai api yang hidup selalu, yang menyala dan padam secara berganti-ganti. Upacara yang terkenal adalah : pan tarhei kai uden menei, menetap.
Pythagoras lahir dipulau Samos yang termasuk daerah Ionia. Dalam kota ini Pythagoras mendirikan suatu tarekat beragama yang bersifat religious, mereka menghomati dewa Apollo.Menurut kepercayaan Pythagoras, jiwa manusia asalnya dari Tuhan, jiwa itu adalah penjelmaan dari tuhan yang jatuh kedunia karena berdosa dan dia akan kembali kelangit kedalam lingkungan tuhan semula apabila dosanya itu sudah habis dicuci, hidup didunia ini adalah persediaan buat akhirat. Sebab itu dari sekarang dikerjakan hidup untuk hari kemudian.Pythagoras tersebut juga sebagai ahli pikir. Terutama dalam ilmu matematik dan ilmu berhitung. Falsafah pemikirannya banyak diilhami oleh rahasia angka-angka. Dunia angka adalah dunia kepastian dan dunia ini erat hubungannya dengan dunia bentuk. Dari sini dapat dilihat kecakapannya dia dalam matematik mempengaruhi terhadap pemikiran filsafatnya sehingga pada segala keadaan ia melihat dari angka-angka dan merupakan paduan dari unsur angka.
Ia lahir dikota Ephesos diasi minor, ia mempunyai pendangan yang berbeda dengan filosof-filosof sebelumnya. Ia menyatakan bahwa asal segala suatu hanyalah satu yakni api. Ia memandang bahwa api sebagai unsur yang asal pandangannya semata-mata tidak terikat pada alam luaran, alam besar, seperti pandangan filosof-filosof Miletos.
Segala kejadian didunia ini serupa dengan api yang tidak putusnya dengan berganti-ganti memakan dan menghidupi dirinya sendiri segala permulaan adalah mula dari akhirnya. Segala hidup mula dari pada matinya. Didunia ini tidak ada yang tetap semuanya mengalir. Tidak sulit untuk mengerti apa sebab Heraklitos memilih api. Nyala api senantiasa memakan bahan bakar yang baru dan bahan bakar itu dan berubah menjadi abu dan asap. Oleh karena itu api cocok sekali untuk melambangkan suatu kesatuan dalam perubahan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan mengubah segala sesuatu itu menjadi abu dan asap. Walaupun sesuatu itu apabila dibakar menjadi abu dan asap, toh adanya api tetap ada. Segala sesuatunya berasal dari api, dan akan kembali menjadi api[4][5]. Pernyataan itu mengandung pengertian bahwa kebenaran selalu berubah, tidak tetap. Pengertian adil pada hari ini belum tentu masih benar besok. Hari ini 2 x 2 = 4 besok dapat saja bukan empat. Pandangan ini merupakan warna dasar filsafat sofisme[5][6].





e. Perminides
Berasal dari Elean, lahir tahun 540 M. Filsafatnya : yang realitas hanya satu, tidak bergerak, tidak berubah dasar pemikirannya; yang ada itu ada mustahil tidak ada. Perminides dapat dikatakan sebagai logikawan pertama,  bahkan filosof pertama dalam pemikiran modern, yang banyak mempengaruhi Plato.



f. Leukippos
Lahir pada tahun (540 SM) adalah ahli pikir pertama yang mengajarkan tentang atom. Menurutnya: Atom adalah Benda yang sangat kecil sehingga tidak dapat di bagi-bagi. Atom itu tidak kelihatan, tapi tetap ada, tidak hilang, dan tidak berubah-ubah, ia bergerak terus tidak henti-hentinya.



g. Demokritos         
Ia murid dari Leukippos. Ia pun berpendapat bahwa alam ini terdiri dari atom-atom yang bergerak-gerak tanpa akhir. Dan jumlahnya sangat banyak. Maka kesimpulannya adalah segala sesuatu itu mengandung “penuh” dan “kosong”. Ia pun sepakat dengan herakleitos bahwa yang pertama adalah api, terdiri dari atom yang sangat halus, hitam, dan bulat.

h. Zeno         
Zen lahir tahun 490 SM di Elea. Dalam filsafat, ia sepakat dengan Perminides.



i. Georgias
Lahir tahun 427 SM. Pandangan filsafatnya:  Semua realitas itu sebenarnya tidak ada. Akal tidak mampu meyakinkan kita tentang bahan alam semesta ini.Sekalipun realitas dapat diketahui, tetapi tidak dapat diberitahukan kepada orang lain.  Masa keemasan Yunani terjadi pada masa selanjutnya, yang ditandai sejumlah nama besar, diantaranya adalah Perikles. Pada masa itu kota Athena menjadi pusat penganut dari aliran filsafat. Pada masa itu, terdapat pula pemikiran sofistik yang dianut oleh kaum sofis, yaitu kaum yang pandai berpidato yang tidak lagi menaruh perhatian kepada alam, tetapi menjadikan manusia sebagai pusat perhatian studi. Tokohnya adalah  Protagoras.

C.   Tokoh dan Pemikiran Filsafat  Pada Masa Socrates
Filsafat pada masa Socrates sering juga di sebut dengan filsafat periode klasik. Akan tetapi, Socrates belum sampai pada suatu system filosofi, yang memberikan nama klasik kepada filosofi itu. Ia baru membuka jalan. Ia baru mencari kebenaran. Ia belum sampai menegakkan suatu system pandangan. Tujuannya terbatas hingga mencari dasar yang baru dan kuat bagi kebenaran dan moral.
Sistem ajaran filsafat klasik baru dibangun oleh Plato dan Aristoteles, berdasarkan ajaran Socrates tentang pengetahuan dan etika beserta filosofi alam yang berkembang sebelum Socrates. Socrates lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM. Bapaknya adalah tukang pembuat patung, sedangkan ibunya seorang bidan.



 


5 [6] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010, h.  49
Socrates terkenal sebagai orang yang berbudi baik, jujur, dan adil. Cara penyampaian pemikirannya kepada para pemuda mengunakan metode Tanya jawab. Socrates juga dikenal sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas kaki dan berkeliling mendatangi masyarakat Athena untuk berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan ini pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar seorang kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode berfilsafatnya inilah yang dia sebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai analogi seorang bidan yang membantu kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu mengejar definisi absolut tentang satu masalah kepada orang-orang yang dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap kali orang yang diberi pertanyaan gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada dasarnya adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.
Cara berfilsafatnya inilah yang memunculkan rasa sakit hati para kaum sofis terhadap Sokrates karena setelah penyelidikan itu maka akan tampak bahwa mereka yang dianggap bijak oleh masyarakat ternyata tidak mengetahui apa yang sesungguhnya mereka duga mereka ketahui. Rasa sakit hati inilah yang nantinya akan berujung pada kematian Sokrates melalui peradilan dengan tuduhan resmi merusak generasi muda, sebuah tuduhan yang sebenarnya dengan gampang dipatahkan melalui pembelaannya sebagaimana tertulis dalam Apologi karya Plato. Socrates pada akhirnya wafat pada usia tujuh puluh tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya dari pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman mati dan 220 menolaknya.
Adapun filsafah pemikiran Socrates, diantaranya adalah pernyataan adanya kebenaran objektif, yaitu yang tidak bergantung kepada aku dan kita, dalam membenarkan kebenaran yang objektif, ia menggunakan metode tertentu yang terkenal dengan metode dialektika. Dialektika berasal dari kata Yunani yang berarti bercakap-cakap atau dialog. Didalam berdialog, ia akan menganalisis pendapat-pendapat. Setiap orang mempunyai pendapat mengenai salah dan benar. Ia bertanya kepada negarawan, hakim, tukang, pedagang, dan sebagainya. Menurut Xenophon, ia bertanya tentang benar-salah, adil-zalim, berani-pengecut, dan lain-lain kepada siapapun yang menurutnya patut ditanya. Socrates selalu menganggap jawaban pertama sebagai hipotesis, dan dengan jawaban yang lebih lanjut, menarik konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban tersebut. Jika tenyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan, karena menghasilkan konsekuensi yang mustahil, hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain, lalu hipotesis kedua ini diselidiki dengan jawaban-jawaban lain, dan begitu seterusnya. Sering terjadi, percakapan itu berkhir dengan kebingungan. Akan tetapi, tidak jarang, dialog itu menghasilkan suatu definisi yang dianggap berguna. (Ahmad Syadali dan Mudzakkir, 2004 : 66-67 ).
Dari metode dialektikanya, ia menemukan dua penemuan metode yang lain, yaitu induksi dan definisi. Ia menggunakan istilah induksi manakala pemikiran betolak dari pengetahuan yang khusus, lalu ia menyimpulkannya dengan pengertian umum. Pengertian umum diperoleh dari mengambil sifat-sifat yang sama (umum) dari masing-masing kasus khusus dan cirri-ciri khusus yang tidak disetujui bersama disisihkan. Ciri umum tersebut dinamakan ciri esensi dan semua ciri khusus itu dinamakan ciri-ciri eksistensi. Suatu definisi dibuat dengan menyebutkan semua ciri esensi suatu objek dengan menyisihkan semua ciri eksestensinya. Demikianlah jalan untuk memperoleh definisi tentang suatu persoalan.

6[6] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010, h.  49
(Ahmad Syadali dan Mudzakkir, 2004 : 66-67 ). Begitulah cara Socrates mencapai pengertian. Melalui induksi sampai definisi. Definisi, yaitu pembentukan pengertian yang berlaku universal. Pengertian menurut paham Socrates sama dengan apa yang disebut Kant: prinsip regulative dan dasar menyusun. Dengan jalan begitu, hasil yang dicapai tidak lagi takluk kepada paham subjektif, seperti yang diajarkan kaum Sofis, melainkan umum sifatnya, berlaku untuk selama-lamanya.Induksi dan definisi menuju pengetahuan yang berdasarkan pengertian.
Dengan cara itu, Socrates membangun jiwa lawannya berdialog tentang keyakinan bahwa kebenaran tidak diperoleh begitu saja sebagai ayam panggang terlompat ke dalam mulut yang ternganga, melainkan dicari dengan perjuangan seperti memperoleh segala barang yang tertinggi nilainya. Dengan cara mencari kebenaran seperti itu, terlaksana pula tujuan yang lain, yaitu membentuk karakter.
Selain memiliki metode dialektika yang digunakan untuk mencari suatu kebenaran, Socrates juga memiliki suatu falsafah tentang etika. Mohammad Hatta (1986 : 83-84) menjelaskan bahwa pandangan Socrates tentang etika bermula dari definisinya tentang budi. Menurut Socrates, budi adalah tau. Inilah inti dari etikanya, orang yang berpengatahuan dengan sendirinya akan berbudi baik. Paham etikanya merupakan kelanjutan dari metodenya. Induksi dan definisi menuju pada pengetahuan yang berdasarkan pengertian.
Selanjutnya, peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia berfilsafat dengan mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan melalui satu dialektika. Pengejaran pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam menjadi manusia juga dikatakan sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang manusia ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di kemudian hari. Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum[6][7].


a.   Plato
Menurut Plato, tanpa melalui pengalaman (pengamatan), apabila manusia sudah terlatih dalam hal intuisi, maka ia pasti sanggup menatap ke dunia idea dan karenanya lalu memiliki sejumlah gagasan tentang semua hal, termasuk tentang kebaikan, kebenaran, keadilan, dan sebagainya. Plato mengembangkan pendekatan yang sifatnya rasional-deduktif sebagaimana mudah dijumpai dalam matematika. Problem filsafati yang digarap oleh Plato adalah keterlemparan jiwa manusia kedalam penjara dunia inderawi, yaitu tubuh. Itu persoalan ada ("being") dan mengada (menjadi, "becoming"). Plato salah seorang murid Socrates yang hidup antara 427 – 347 SM.
Plato adalah salah satu dari filsuf besar Yunani yang hidup sekitar abad ke-4 SM yang gagasannya banyak dikembangkan oleh era filsafat maupun para pemikir selanjutnya, termasuk gagasan-gagasan keagamaan dikemudian hari yang juga menjadi perhatian Plato dibawah pengaruh Ofirisme Phytagoras. Sedikit banyak, setelah masa filosofis, Plato mentransformaiskan pemikirannya ke wilayah relijius dengan gagasannya tentang Idea dan Cinta atau Eros sebagai pendorong gerak untuk mencari hakikat dari kehidupan. Dalam buku Mohammad Hatta, “Alam Pikiran Yunani’, ia digambarkan sebagai orang paling bijak yang pernah dilahirkan sejak era Phytagoras dan sebelum Aristoteles dilahirkan. Setidaknya demikianlah yang diyakin oleh mereka yang mengenal benar pikiran Plato. Salah satunya yang kontroversial dan mengundang pertanyaan banyak orang dan para arkeolog adalah hipotesis metaforisnya tentang Atlantis sebagai Benua Yang Tenggelam, yang konon digambarkan Plato sebagai suatu pulau atau anak benua “Nesos” atau “Continent” dimana peradaban manusia masa kini berasal. Demikian tingginya peradaban manusia Atlantis sampai-sampai kesombongan hinggap pada para penduduknya dan dalam sekejap mata menurut taksiran para ahli purbakala yang berminat membuktikan keberadaan Benua Atlantis, benua itu lenyap ditelan tsunami yang sekarang disebut Atlantik. Jadi peristiwa lenyapnya Atlantis mirip dengan Gempa bawah Laut dan Tsunami yang menimpa Serambi Mekah pada tanggal 26-12-2004 yang lalu.
Plato adalah seorang filosof Barat yang paling populer dan dihormati di antara filosof lainnya. Karya-karyanya menjadi rujukan awal bagi perkembangan filsafat dunia. Plato dilahirkan di Athena sekitar tahun 427 SM, pada masa akhir zaman keemasan Athena setelah setahun kekuasaan Pericles berakhir, atau tiga tahun sejak perang Athena dengan Sparta. Keluarganya paling terpandang di Athena. Ayahnya, Ariston adalah keturunan raja terakhir Athena. Ibunya, Perictione adalah keturunan Solon, seorang aristokrat reformis yang menulis undang-undang tentang demokrasi Athena. Kehidupan Plato dalam lingkungan aristokrat membuatnya cukup dikenal di kalangan pejabat tinggi Athena, walau ia seorang yang pendiam dan dingin.
Pemikiran filsafatnya sangat dipengaruhi oleh gurunya, Socrates, yang telah mengajarinya selama 8 tahun. Pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi oleh Socrates. Plato adalah guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία atau Politeia, "negeri") yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama. Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan tentang orang di gua. Cicero mengatakan Plato scribend est mortuus (Plato meninggal ketika sedang menulis).
 Ciri-ciri Karya-karya Plato yang pertama adalah Bersifat Sokratik yang dalam Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian dan karangan Sokrates sebagai topik utama karangannya. ciri yang kedua adalah Berbentuk dialog Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada dialog. Dalam Surat VII, Plato berpendapat bahwa pena dan tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang membisu.  Oleh karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang paling cocok adalah tulisan yang berbentuk dialog. sedangkan ciri yang ketiga adalah Adanya mite-mite  Plato menggunakan mite-mite untuk menjelaskan ajarannya yang abstrak dan adiduniawi Verhaak menggolongkan tulisan Plato ke dalam karya sastra bukan ke dalam karya ilmiah yang sistematis karena dua ciri yang terakhir, yakni dalam tulisannya terkandung mite-mite dan berbentuk dialog. Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya mengenai ide. Pandangan Plato terhadap idea-idea dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi. Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern. Orang-orang modern berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja.Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Idea tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada idea. Idea adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Idea sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita.



 Idea-idea ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Misalnya, idea tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari idea dua, idea dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan idea genap.Namun, pada akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan idea-idea tersebut. Puncak inilah yang disebut idea yang “indah”. Idea ini melampaui segala idea yang ada.
Dunia indrawi adalah dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang konkret, yang dapat dirasakan oleh panca indera kita Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Selalu terjadi perubahan dalam dunia indrawi ini. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia jasmani ini fana, dapat rusak, dan dapat mati.
Dunia idea adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dalam dunia ini tidak ada perubahan, semua idea bersifat abadi dan tidak dapat diubah. Hanya ada satu idea “yang bagus”, “yang indah”. Di dunia idea semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".
Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya tentang ide  Sikapnya terhadap karya seni sangat jelas dalam bukunya Politeia (Republik). Plato memandang negatif karya seni. Ia menilai karya seni sebagai mimesis mimesos. Menurut Plato, karya seni hanyalah tiruan dari realita yang ada. Realita yang ada adalah tiruan (mimesis) dari yang asli. Yang asli itu adalah yang terdapat dalam ide. Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan lebih indah daripada yang nyata ini.
Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya tentang dunia indrawi, yang terdapat dalam Philebus. Plato berpendapat bahwa keindahan yang sesungguhnya terletak pada dunia ide. Ia berpendapat bahwa kesederhanaan adalah ciri khas dari keindahan, baik dalam alam semesta maupun dalam karya seni. Namun, tetap saja, keindahan yang ada di dalam alam semesta ini hanyalah keindahan semu dan merupakan keindahan pada tingkatan yang lebih rendah.


b.   Aristoteles
Aristoteles lahir di Stageira, Yunani Utara. Ketika umur 18 tahun dikirim ke Athena untuk belajar ke Plato pada sekolah Akademi. Pada akhirnya Aristoteles mendirikan sekolah yang diberi nama Peripatacici bermakna berjalan-jalan. Sistem pengajaran yang diberikan sambil jalan-jalan di taman. Aristoteles disebut dengan aliran realis, karena mendasarkan pemikirannya pada pengalaman kemudian memberikan uraian mendasar mengenai data-data pengalaman. Karya aristoteles dapat dibagi atas 8 bagian, mengenai logika, filsafat alam, psikologi, biologi, metafisika, etika, politik dan ekonomi, retorika, dan poetika. Ia juga mengembangkan ilmu tentang penalaran (logika), yang dalam hal ini disebutnya dengan nama analytika, yaitu ilmu penalaran yang berpangkal pada premis yang benar, dan dialektika, yaitu ilmu penalaran yang berpangkal pikir pada hal-hal yang bersifat tidak pasti (hipotesis).
Semua tulisan Aristoteles tentang ilmu tentang penalaran (Logika) itu ditulis dalam 6 (enam) naskah yang masing-masingnya berjudul; Categories, On Interpretation, Prior Analytics, Posterior Analytics, Topics, Sophistical Refitations
Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan  menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Perubahan politik seiring jatuhnya Alexander menjadikan dirinya harus kembali kabur dari Athena guna menghindari nasib naas sebagaimana dulu dialami Socrates. Aristoteles meninggal tak lama setelah pengungsian tersebut. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.
Dalam bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis.  Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis):
*       Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).
*       Sokrates adalah manusa (premis minor)
*       maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki. Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan. Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai dengan estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan. Aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.
Pada masanya, pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the master of those who know"[7][8].



D.   Tokoh dan Pemikiran Filsafat  Pada Masa Pasca Socrates

Setelah filsafat yunani klasik mencapai puncaknya dengan munculnya aristoteles,maka setelah aristoteles meninggal dunia, pemikiran filsafat yunani merosot. Karena 5 abad sepeninggal aristoteles terjadi kekosongan, sehingga tidak adaahli pikir yang menghasilkan buah pemikiran filsafatnya seperti plato dan aristoteles, sampai munculnya filosof plotinus (204-270).
Filsafat hellenisme di mulai pada pemerintahan alexander agung (356- 23 SM) atau iskandar zulkarnaen raja macedonia. Pada zaman ini terjadi pergeseran pemikiran filsafat, dari filsafat teoritis menjadi filsafat praktis.
Ada beberapa filosof pada masa pasca-socrates, yaitu :

a.    Epicurisme
Sebagai tokohnya epicurus (341 – 271 SM). Ia lahir di samos dan mendpatkan pendidikan di athena. Ia mendapat pengaruh dari ajaran demokritos dan aristophos.
Pokok ajarannya adalah bagaimana agar manusia itu dalam hidupnya bahagia. Epicurus mengemukakan  bahwa banyak manusia yang hidupnya tidak bahagia, karena mengalami ketakutan sehingga apabila manusia telah dapat menghilangkan kekuatannya itu, niscaya manusia akan memperoleh ketenangan jiwa, yang selanjutnya akan memperoleh kebahagiaan.
Untuk mencapai kebahagiaan manusia harus menghilangkan rasa ketakutan terhadap kemarahan dewa. Kematian dan nasib.
b.   Stoaisme
            Tokohnya adalah zeno (366 – 264 SM) yang beerasal dari citium, cyprus.  Pokok Ajarannya  adalah bagaimana manusia dalam hidupnya dapat bahagia. Untuk mencapai kebahagiaan tersebut manusia harus harmoni terhadap dunia alam dan harmoni dengan dirinya sendiri . mengapa manusia harus harmoni dengan dunia alam, karena manusia merupakan bagian dari pada dunia alam.  Untuk mencapai harmoni dengan alam manusia juga harus hrmoni terhadap dirinya sendiri. Apabila manusia telah dapat mencapai harmoni dengan dirinya sendiri , maka kebahagiaan bukan lagi sebagai tujuan hidup , akn tetapi dalam keadaan harmoni dengan dirinya sendiri.  Sesungguhnya manusia dalam keadaan apartheia , yaitu keadaan tanpa rasa (pathe) atau keadaan manusia dimana dirinya dapat menguasai segala perasaannya.
c.    Skeptisme
          Tokohnya adalah pyrre (360 – 270 SM) . pokok ajarannya adalah bagaimana cara manusia agar dapat hidup berbahagia. Hal ini menyinyalir bahwa sebagian besar manusia itu hidupnua tidak bahgia, sehingga manusia suka sekali mencapai  kebijaksanaan. Dengan demikan, orang yang bijaksana adalah  orang yang selalu ragu- ragu, dengan ragu- ragu itu orang tidak pernah keliru, ,akhirnya orang tersebut di katakan sebagai orang yang tidak  mengambil keputusan dan orang yang tidak mengambil keputusan itulah orang yang berbahagia.
Aliran ketiga adalah filsafat yahudi . tokohnya yaitu philo yang hidup tahun 30 SM . ia mengupayakan perpaduan antara filsafat  yahudi dengan filsfat hellenisme.


d.    Neoplatonisme
          Tokohnya plotinus dan ammonius saccas. Kurang lebih 5 abad sesudah aristoteles meninggal dunia, muncul kembali filsafat yunani  ini bersamaan dengan munculnya agama kristen (awal abad  masehi) .
Plotinus (204 – 270 ) lahir di lykopolis , mesir. Pemikiran filsafatnya di pengaruhi oleh filsafat plotinus , sedikit aristoteles . sebagai titik tolak pemikiran filsafat plotinus adalah asa yang menguasai segala sesuatu adalah satu. Filsafat neoplatonisme merupakan perpaduan antara filsafat plato (ide kebaikan tertinggi) dengan di beri penekanan kepada upaya pencarian pengalaman bathiniyah untuk menuju ke kesatuan dengan tuhan yang maha esa.
Pemikirannya, oleh karena tuhan merupakan isi dan titik tolak pemikirannya , maka tuhan di anggap sebagai kebaikan tertinggi dan sekaligus menjadi tujuan semua kehendak. Segala  sesuatu yang timbul dari  yang maha esa.
Plotinus mengharapkan , agar manusia tidak menekankan keduniawian sehingga cepat dapat mencapai keindahan dunia ide. Manusia harus memurnikan diri dari keduniawian yang serba neka. Akhirnya, Apabila manusia dapat memurnikan dirinya denan menjauhi keduniawian, maka manusia niscaya akan dapat bersatu dengan tuhan.
Plotinus mendasari pada pemikiran plato tetapi plotinus memajukan hal baru yang belum terdapat dalam filsafat yunani yaitu arah pemikirannya kepada tuhan dan tuhan di jadikan dasar segala sesuatunya.
Zaman neoplatonisme ini di warnai oleh agama, sehingga zaman ini disebutnya sebagai zaman mistik.


























Buku filsafat Yunani





E. PENUTUP

a.    Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan, yaitu : Pada masa pra-socrates para filusuf mengkaji tentang asal muasal alam semesta beserta isinya.
Ada beberapa filosof pada masa pra socrates, yaitu :
1)      Thales 624-625 SM : menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar (dalam bahasa Yunani arche) segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk (padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang.
2)      Anaximandros : Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut Apeiron yaitu zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan tidak ada persamaannnya dengan apapun.
3)      Anaximanes : berpendapat bahwa udara merupakan asal usul segala sesuatu. Udara melahirkan semua benda dalam alam semesta ini karena suatu proses pemadatan dan pengeceran, kalau udara semakin bertambah maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah dan akhirnya batu. Sebaliknya kalau udara itu menjadi encer yang timbul adalah api.
4)      Pythagoras (582-496 SM) : Pythagoras dan murid-muridnya percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini berhubungan dengan matematika, dan merasa bahwa segalanya dapat diprediksikan dan diukur dalam siklus beritme. Ia percaya keindahan matematika disebabkan segala fenomena alam dapat dinyatakan dalam bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan.
5)      Heraclitos : Heraclitos mengemukakan pendapatnya, bahwa segala yang ada selalu berubah dan sedang menjadi, ia mempercayai bahwa arche (asas yang pertama dari alam semesta) adalah api. Karena api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan mengubahnya sesuatu itu menjadi abu dan asap. Walaupun sesuatu itu apabila dibakar menjadi abu dan asap, toh adanya api tetap ada. Segala sesuatunya berasal dari api, dan akan kembali menjadi api.
Pada masa socrates mengkaji tentang pencarian kebenaran yang objectif dan budi pekerti serta etika. Pada masa sesudah socrates, para filusuf mengembangkan teori dan metode yang diajarkan oleh socrates sehingga ilmu filsafat mulai berkembang luas.
Ada beberapa filosof pada masa pasca-socrates, yaitu :
1)      Plato (427-347 SM) : Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya mengenai idea. Pandangan Plato terhadap idea-idea dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi. Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern. Orang-orang modern berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja.Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Idea tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada idea. Idea adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Idea sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita. Idea-idea ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
2).  Aristoteles (384-322 SM)
 Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis.
 Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal.
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada.
Masa keemasan Yunani terjadi pada masa selanjutnya, yang ditandai sejumlah nama besar, diantaranya adalah Perikles. Pada masa itu kota Athena menjadi pusat penganut dari aliran filsafat. Pada masa itu, terdapat pula pemikiran sofistik yang dianut oleh kaum sofis, yaitu kaum yang pandai berpidato yang tidak lagi menaruh perhatian kepada alam, tetapi menjadikan manusia sebagai pusat perhatian studi. Tokohnya adalah  Protagoras.






DAFTAR PUSTAKA

Bertens, Dr. K. 1975. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanius.
Tafsir, Ahmad. 2009. Filsafat Umum: Akal dan hati Sejak Thales sampai capra
Muzairi. 2009.Filsafat Umum. Yogjakarta: Teras.

Hadiwijono, Harun, 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 1,Kanisus : Yogyakarta
Muzairi, 2009. Filsafat Umum, Yogyakarta : Teras
Tafsir, Ahmad, 2010, Filsafat Umum, Bandung : Remaja Rosdakarya






0 komentar: