Apakah Hakikat dan Tujuan Sebenarnya Pendidikan Itu?



BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya seseorang untuk menjadikan diinya jauh lebih  baik dari sebelumnya, serta pendidikan dalam bahasa arab bisa di artikan dengan kata tarbiyah. Dalmkata tarbiyah banyak yang mucul dlam arti tersebut. Terlebih tarbiyah ini tentunya tidak asing dalam pendidikan agama islam. Dalam hal ini kami akan membahas tetang penidikan yang bertumpu pada hadist yang di sebut dengan hadist tarbawi
Hal tersebut menggariskan prinsip-prinsip dasar materi pendidikan Islam yang terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan. Sebagai bantahan pendapat yang meragukan terhadap adanya aspek pendidikan dalam Al-Qur’an, ada pun pendapat Abdul Rahman Saleh Abdullah mengemukakan bahwa kata Tarbiyah yang berasal dari kata “Rabb”(mendidik dan memelihara) banyak terdapat dalam Al-Qur’an; demikian pula kata “Ilm” yang demikian banyak dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa dalam Al-Qur’an tidak mengabaikan konsep-konsep yang menunjukkan kepada  pendidikan.
Semoga dengan adanya makalah ini bisa menambah pengetahuan kita dengan bersumber dr hadist yang akan di jelaskan dalam makalah kali ini. Oleh karena itu upaya kit dan usaha aan kami jlaskan dimkalah yang berjudul pengertan pendidikan, hakekat dan tujuan.

B.     Rumusan Masalah
      1.      Bagaimana pengertian pendidikan ?
      2.      Bagaimana hakikat pendidikan ?
      3.      Apa tujuan dari pendidikan ?



BAB II
1.      HADIST
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ الْهَمْدَانِيُّ وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ... وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّة...
a.      Mufrodad

سَلَكَ: meniti                   طَرِيقًا: jalan

عِلْمًا: ilmu                      سَهَّلَ: mempermudah

الْجَنَّة: surge                   يَلْتَمِسُ: memperoleh


b.      Arti

“Telah disampaikan kepada kami oleh Yahya bin Yahya al-Tamimy dan Abu Bakar bin Aby Shaibah dan Muhammad bin al-‘Ala al-Hamadany dan lafadh milik Yahya, Yahya berkata telah adiberitahukan kepada kami, dan dua lainnya (Ibn Aby Shaibah dan al-Hamadany) berkata telah disampaikan kepada kami oleh Mu’awiyah dari al-A’masy dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah Saw bersabda: ….Barangsiapa yang meniti jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan memudahan baginya jalan menuju surgA”




2.      PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendidikan
Prof. Dr. Omar Mhammad At-Toumi Ay-Syaibany mendefiisikan pendidikan islam adalahh proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, denga cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi dalam masyarakat.[1]Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna untuk menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup sehingga bisa memiliki pandangan yang luas untuk ke arah masa depan lebih baik dan dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas.
Sedangkan menurut etimologi menurut hasan langgulung (1984) istilah pendidian dalam bahasa inggris adalah “education” yanng akar katanya berasal dari bahasa latin “educere” yang berarti memasukkan sesuatu barang kali yang dimaksud adalah memasukkan ilmu ke kepala.[2] Sedangkan pendidikan islam yaitu suatu proses bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik ke arah terbentuknya pribadi muslim yang baik.[3]
Pendidikan Islam berarti proses transiternalisasi pengetahuan dan nilai islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensi guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.

B.     Hakikat Pendidikan
Hakikat pendidikan dapat diketahui dalam dua pendapat yaitu:
1        Epistemologis
2        ontologi atau metafisik
Di dalam pendidikan epistemologis yang menjadi masalah adalah akar atau kerangka ilmu pendidikan sebagai ilmu. Pendekatan tersebut mencari makna pendidikan sebagai ilmu yaitu mempunyai objek yang akan merupakan dasar analisis yang akan membangun ilmu pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan. Dari sudut pandang pendidikan dilihat sebagai sesuatu proses yang interen dalam konsep manusia. Artinya manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan. Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Maka hakikat pendidikan dapat dirumuskan sebagi berikut :
1.      Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik.
2.      Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang   mengalami perubahan yang semakin pesat;
3.      Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
4.      Pendidikan berlangsung seumur hidup, Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu.
Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value dan transfer of culture and transfer of religius yang semoga diarahkan pada upaya untuk memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya untuk mengubah perilaku individu atau kelompok agar memiliki nilai-nilai yang disepakati berdasarkan agama, filsafat, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan.
Jadi pada intinya, Hakikat Pendidikan adalah mendidik manusia menjadi manusia sehingga hakekat atau inti dari pendidikan tidak akan terlepas dari hakekat manusia, sebab urusan utama pendidikan adalah manusia. Wawasan yang dianut oleh pendidik tentang manusia akan mempengaruhi strategi atau metode yang digunakan dalam melaksanakan tugasnya, disamping konsep pendidikan yang dianut.
Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya. Pada dasarnya pendidikan harus dilihat sebagai proses dan sekaligus sebagai tujuan. Artinya proses pendidikan mempunyai visi yang jelas. Individu menjadi manusia karena proses belajar atau proses interaksi manusiawi dengan manusia lain. Ini mengandung arti bahwa proses interaksi dalam kehidupan social menjadi salah satu panutan atau komponen pembentuk hakekat pendidikan yang dimengerti sebagai memanusiakan manusia, atau bagaiamana mengiringi manusia dalam proses pencarian ilmu pengetahuan untuk bergerak dari ketidaktahuaan menjadi paham dan yakin akan sesuatu yang di telaah atau dipelajarinya, mengembangkan potensi lahirianya dan spiritual manusia sehingga yang tercipta dari proses pendidikan tersebut adalah manusia yang mampu mengembangkan potensi diri menjadi insan yang cerdas intelegensi dan spiritualnya yang mampu menghasilkan (produktif) bukan hanya mampu memakai/menghabiskan (komsumtif), membimbing akhlak manusia menjadi insan yang mampu mengaaplikasikan ilmu pengetahuannya untuk kemaslahatan/keselamatan pribdi dan umat lainnya.
Sedangkan hakikat pendidikan Islam menunjukkan pada suatu kegiatan atau proses yang berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan seseorang kepada orang lain. Ada 3 pengerian hakikat pendidikan di dalam islam yaitu:
1.      Tarbiyah : Pengajaran
Istilah at-Tarbiyah berasal dari kata Arab, yang berarti:
a.       bertambah dan berkembang (ربا - يربو – تربية)
b.      tumbuh dan berkembang (ربي - يربي - تربية )
c.       memperbaiki, menguasai, memelihara, merawat, memperindah, mengatur, dan menjaga kelestariannya (ربّ - يُربّ - تربية)
Dari pengertian tersebut, dalam konteks yang luas pengertian pendidikan Islam terkandung dalam term al-Tarbiyah yang meliputi empat unsur, yaitu: pertama, unsur memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa. Kedua, mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan.Ketiga, mengarahken seluruh fitrah menuju kesempurnaan.Dan keempat, melaksanakan pendidikan secara lengkap.
Dalam hadits dijelaskanMenurut fahr al-Razy, kata “Rabbayani” merupakan pendidikan dalam bentuk luas, term tersebut tidak hanya menunjukkan pada makna pendidikan yang bersifat ucapan (domain kognitif0, tapi juga meliputi pendidikan pada aspek tingkah laku (domain afektif).Jadi istilah at-Tarbiyah memberikan pengertian mencakup semua aspek pendidikan, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.Tidak hanya mencakup aspek jasmaniah tetapi juga mencakup aspek rohaniah secara harmonis.

1.      Talim : Pembinaan atau Pengarahan (Ilmu Pengetahuan)
Kata yang kedua ini bersumber dari kata ‘allama yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian, atau penyampaian, pengertian, pengetahuan, dan keterampilan.Selain itu dalam hadits juga dijelaskan
اِعْمَلُوْا بِطَاعَةِ اللهِ وَاتَّقُوْا مَعَاصِىَ اللهِ وَ مُرُوْا اَوْلَادَكُمْ بِامْتِثَالِ اْلَاوَامِرِ,وَاجْتِنَابِ النَوَاهِى فَذَالِكَ وِقَايَةٌ لَهُمْ وَلَكُمْ مِنَ النّارِ
“Ajarkanlah mereka untuk ta’at kepada Allah dan takut berbuat maksiat kepada Allah serta suruhlah anak-anak kamu untuk menaati perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan. Karena itu akan memelihara mereka dan kamu dari api neraka ”

2.      Tadib : Pembinaan/Pengarahan (moral dan esetika)
Secara bahasa, kata al-ta’dib merupakan masdar dari kata “addaba” yang berarti:
a.       Ta’dib, berasal dari kata dasar “aduba – ya’dubu yang bererti melatih, mendisiplinkan diri untuk berperilaku yang baik dan sopan santun.
b.      Berasal dari kata “adaba – ya’dibu” yang berarti mengadakan pesta atau perjamuan yang berbuat dan berperilaku sopan.
c.       Kata “addaba” sebagai bentuk kata kerja “ta’dib” mengandung pengertian mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplin da member tindakan.
Dalam hadist Nabi disebutkan:
أَدَّبَنِي رَبِّي فَأَحْسَنَ تَأدِيْبِي. (رواه العكسري عن علي(
Artinya:“Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku” ( HR. al-Aksary dari Ali Ra)

Dari pengertian dan hadist tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata “ta’dib” mengandung pengertian usaha untuk menciptakan situasi dan kondisi sedemikian rupa, sehingga anak didik terdorong dan tergerak jiwa dan jiwanya untuk berperilaku dan bersifat sopan santun yang baik sesuai dengan yang diharapkan. Orientasi kata al-ta’dib lebih terfokus pada upaya pembentukan pribadi muslim yang berakhlak mulia. Dalam hadits disebutkan:
عن عا ئشة سُأِلَتْ عَنْ أَخْلاَقِ رَسُولِ الله صلعم قَالَتْ كَانَ خلُوقُه القُرْأن
Artinya: “Aisyah Ra ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW, maka dia menjawab akhlak Rasulullah SAW adalah al-Qur’an”

Al-Qur’an merupakan sumber nilai yang absolute dan utuh, didalamnya mencakup perbendaharaan yang luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan ummat manusia dan merupakan sumber pendidikan yang terlengkap. Ia merupakan pedoman normatif-teoritis bagi pelaksanaan pendidikan Islam.
Oleh sebab itu Rasulullah SAW memberikan contoh dan suri tauladan berdasarkan al-Qur’an diantaranya melalui: pertama, ucapan (hadits quliyah) ,kedua, perbuatan (hadits fi’liyat), dan ketiga ketetapan (hadits taqririyah).
Dalam dataran pendidikan Islam, sunnah Nabi mempunyai dua fungsi yaitu:
a.       Menjelaskan system pendidikan Islam yang tepat di dalamnya.
b.      Menyimpulkan metode pendidikan dan kehidupan Rasulullah SAW bersama sahabat, perlakuanya kepada anak-anak, dan pendidikan keimanan yang pernah dilakukan.
Pendidikan menurut islam adalah keseluruhan pengertian yang terkandung didalam ketiga istilah tersebut. Namun demikian, ketiga istilah tersebut sebenarnya memberi kesan bahwa antara satu dan yang lainnya berbeda. Beda istilah talim mengesankan memberikan proses pemberian bekal pengetahuan. Sedangkan istilah tarbiyah, mengesankan proses pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan kepribadian dan sikap mental.sementara istilah tadib mengesankan proses pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan kepribadian dan sikap mental, sedangkan sitilah tadib mengesankan proses pembinaan terhadap sikap moral dan estetika dalam kehidupan yang lebih mengacu pada peningkatan martabat manusia.


C.    Tujuan Pendidikan
Menurut Dr. Zakiyh Darajat bahwa tujuan pendidikan islam secara keseuruhan yaitu pribadi seseoag yang menjadi insan kamilbyang atinya manusia utuh rohani maupun jasmani dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena tawakalnya kepada Allah. Jadi tujuan pendidikan ialah suatu faktoryang sangat penting dalam pendidian, karena tujuanmerupakan arah yang ingin di capai dalam pendidikan. Tidak dapat di pungkri kalau tujuan pendidikan itu menyangkut tujuan hidup.[4]Tujuan pendidikan menurut Pasal 1 butir 1 UU Sidikan 20/2003, ditegaskan bahwa pendidikan adalah usaha dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif  mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, penendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam pasal 3 dikemukakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sedankan untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan harus memiliki lembaga pendidikan yang berkualitas dengan dilengkapi oleh sumber daya pendidik yang kompeten. Dalam kehidupan sehari-hari, indicator tercapainya tujuan pendidikan islam adalah mencetak anak didik yang mampu bergaul dengan sesama manusia dengan baik dan benar serta mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar kepada sesama manusia. Anak didik yang telah dibina dan digembleng oleh pola pendidikan islam adalah anak didik yang sukses dalam kehidupan karena ia memiliki kemampuan dan kemauan yang kuat untuk menjalani kehidupan berbekal ilmu-ilmu keislaman yang diridhai Allah dan Rasul-Nya[5]
Selain itu tujuan pendidikan islam meliputi tiga dimensi, yaitu:
Pertama dimensi spiritual, yaitu iman, taqwa, dan akhlak mulia (yang tercermin dalam ibadah dan muamalah). Menurut Said Aqil Husein Al-Munawar, akhlak merupakan alat control psikis dan social bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, manusia akan berada dalam kumpulan binatang yang tidak memiliki tata nilai dalam kehidupannya. Rosulullah SAW merupakan sumber Aklahk yang hendaknya diteladani oleh orang mukmin, seperti tercermin dalam sabdanya :
Hadits dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah –shallallâhu ‘alayhi wa sallam- bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ
Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Bayhaqi dalam al-Sunan al-Kubrâ’ (no. 20782), al-Bazzar dalam Musnad-nya (no. 8949))

Pendidikan akhlak dalam islam tercover dalam prinsip “berpegang teguh pada kebaikan dan menjauhi keburukan dan kemungkaran”. Prinsip ini berhubungan erat dengan upaya mewujudkan tujuan dasar pendidikan islam, yaitu ketakwaan kepada Allah SWT. Pendidikan akhlak menekankan pada sikap, tabiat dan perilaku yang menggambarkan nilai-nilai kebaikan yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya.
Kedua, dimensi budaya, yaitu kepribadian yang mantap dan mandiri, tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dimensi ini secara universal menitikberatkan pada pembentukan kepribadian muslim sebagai individu yang diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan factor dasar (bawaan) dan factor ajar (lingkungan) dengan berpedoman kepada nilai-nilai keislaman.
Tanggung jawab kemasyarakatan dapat dilakukan dengan pembentukan lingkungan social melalui upaya penerapan nilai-nilai akhlak dalam pergaulan social.
Ketiga, dimensi kecerdasan yang membawa kemajuan, yaitu cerdas, kreatif, disiplin, inovatif, produktif, dan sebagainya. Dimensi kecerdasan dalam pandangan psikologi merupakan sebuah proses yang mencakup tiga hal: analisis, kreatifitas, dan praktis. Kecerdasan apapun bentuknya, baik IQ, EQ, ISQ dan lain-lain. Saat ini diukur dengan prestasi di sekolah bukan prestasi di dalam kehidupannya.
Upaya yang dilakukan dalam pendidikan islam tentunya tidak cukup di ruang kelas atau di sekolah saja. Sebab lembaga yang mempunyai peran sesungguhnya adalah keluarga. Sebagai unit masyarakat terkecil, keluarga memiliki dampak langsung terhadap kehidupan peserta didik dan masyarakat itu sendiri. Karena itu, keluarga disebut sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Di sinilah seorang anak mendapatkan ilmu pengetahuan pertama kalinya, sebelum dia mendapatkan dari lembaga lain.
Adapun tujuan pendidikan islam yang dikemukakan oleh Ibnu Khaldun yang dirangkum dan disimpulkan oleh Athiyyah al-Abrasyi dalam kitabnya al-Tarbiyah al-Islamiyyah wa Falasifatuha merupakan tujuan pendidikan yang mengarah pada tujuan akhirat dan dunia, tujuan akhirat bahwa tujuan pendidikan islam diarahkan dan diorientasikan pada kehidupan untuk beramal dan mendekatkan pada Tuhan, jadi tujuan pendidikan bisa dikatakan untuk jangka panjang, namun demikian juga pendidikan jangka pendek yang ada di dunia ini juga diperhatikan. Jadi tujuan pendidikan yang ada di dunia ini bagaimana manusia dapat menjalani hidupnya dengan baik dengan mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak untuk memperoleh dan meraih tujuan jangka panjang yaitu yang ada di akhirat kelak. Dengan begitu manusia mendapat dua kebahagiaan yang diperoleh di dunia dengan menjalani kehidupan yang layak dan bahagia dan bisa beramal menurut ajaran agama untuk bekal kehidupan yang abadi dan selama-lamanya Tujuan pendidikan hendaknya hanya untuk menjadi orang yang berilmu, pembelajar, pendengar, dan pecinta ilmu. Jangan pernah mencapai tujuan yang sifatnya hanya sementara , jabatan, pangkat, dan kekayaan. Hal ini diisyaratkan dalam hadis-hadis berikut:
قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: كُنْ عَالِمًا اَو مُتَعَلِّمًا اَو مُسْتَمِعًا اَو مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتُهْلِكَ (رواه البيهقي)
Artinya : rasulullah saw bersabda “ jadilah engkau orang yang berilmu (pandai) atau orang yang belajar, atau orang yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima, maka kamu akan celaka,”. (HR.Baihaqi)
Jadi tujuan pendidikan islam secara umum yaitu:
a.    Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Kaum muslimim telah setuju bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan isalm, dan bahwa mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya.
b.    Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan di akhirat. Pendidikan islam menaruh perhatian penuh kedua kehidupan itu sebagai tujuan diantara tujuan-tujuan umum yang dasar, sebab memang itulh tujuan tertinggi dan terakhir pendidikan.
c.    Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan isalm tidaklah semuanya bersifat agama, akhlak atau spriritual semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan kurikulum dan aktifitasnya.
d.   Menumbuhkan ruh ilmiah pada anak didik dan memuaskan keinginan arti untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu sekedar ilmu.
e.    Menyiapkan anak didik dari segi profesional, teknis dan perusahaan supaya ia daoat menguasai profesi tertentu dan teknis tertentu agar dapat mencari rizki.[6]
Adapun kegunaan sejarah pendidikan islam yangbersifat akademis diharapkan dapat:
1.      Mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam, sejak zaman lahirnya sampai masa sekarang.
2.      Mengambil manfaat dari proses pendidikan islam, guna memecahkan problematika pendidikan islam pada masa kini.
3.      Memiliki sikap positif terhadap perubahan-perubahan dan pembaharuan-pembaharuan sistem pendidikan islam.[7]




MUNASABAH
مَنْ اَرَادَالدَّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَالْأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
(رواه البخارى ومسلم)

“Barangsiapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka dengan ilmu. Barangsiapa yang menghendaki kebaikan di akhirat maka dengan ilmu. Barangsiapa yang menghendaki keduanya maka dengan ilmu”
(HR. Bukhori dan Muslim)

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ الْهَمْدَانِيُّ وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ... وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّة...
“Telah disampaikan kepada kami oleh Yahya bin Yahya al-Tamimy dan Abu Bakar bin Aby Shaibah dan Muhammad bin al-‘Ala al-Hamadany dan lafadh milik Yahya, Yahya berkata telah adiberitahukan kepada kami, dan dua lainnya (Ibn Aby Shaibah dan al-Hamadany) berkata telah disampaikan kepada kami oleh Mu’awiyah dari al-A’masy dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah Saw bersabda: ….Barangsiapa yang meniti jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan memudahan baginya jalan menuju surgA”

A.    Korelasi
Dalam hadist pertama menerangkan bahwasannya kita harus menghendaki segala sesuatunya baik dunia maupun akhirat harus di sertai dengan ilmu yang benar dan bertumpu pada Al-Qur’an dan Hadist
Sedangkan dalam hadist kedua menerangkan bahwa seseorang yang meniti jalan menuju sesuatu yang akan mendapatkan ilmu maka akan mempermudah menuju surga, jadi perbandingan dengan hadist sebelumnya yaitu segala sesuatu harus di sertai ilmu dan di kukuhkan lagi dengan hadist kedua yang mana akan di permudah menuju surga.



B.     Implementasi Dalam Kehidupan
Buktinya orang yang berpendidikan kebanyakan adalah orang yang sukses, serta biasanya orang yang memiliki ilmu jauh lebih memiliki martabat dan tata karma dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang berilmu juga banyak di butuhkan di berbagai macam bidang atau lembaga pendidikan di penjuru daerah.
Dalam hal pengetahuan jauh lebih berpengalaman, terlebih dalam hadist di atas bahwa orang yang berilmu atau berpendidikan akan dipermudah jalannya menuju surga. Hal tersebuat lah yang memunculkan orang-orang yang ingin berilmu tinggi. Akan tetapi orang yang berilmu juga memiliki kekurangan dan kelebihan yang di miliki masing-masing pribadi.
























BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.      menurut etimologi istilah pendidian dalam bahasa inggris adalah “education” yanng akar katanya berasal dari bahasa latin “educere” yang berarti memasukkan sesuatu barang kali yang dimaksud adalah memasukkan ilmu ke kepala. Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna untuk menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup sehingga bisa memiliki pandangan yang luas untuk ke arah masa depan lebih baik dan dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas. Sedangkan Pendidikan Islam berarti proses transiternalisasi pengetahuan dan nilai islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensi guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.
2.      Hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Sedangkan hakikat pendidikan islam meliputi; Tarbiyah, Ta’lim, dan Ta’dib.
Maka hakikat pendidikan dapat dirumuskan sebagi berikut :
1.    Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik.
2.    Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang   mengalami perubahan yang semakin pesat;
3.    Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
4.    Pendidikan berlangsung seumur hidup, Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu
3.      Tujuan pendidikan islam; Pertama dimensi spiritual, yaitu iman, taqwa, dan akhlak mulia (yang tercermin dalam ibadah dan muamalah), Kedua, dimensi budaya, yaitu kepribadian yang mantap dan mandiri, Ketiga, dimensi kecerdasan yang membawa kemajuan, yaitu cerdas, kreatif, disiplin, inovatif, produktif, dan sebagainya. Tujuan pendidikan hendaknya hanya untuk menjadi orang yang berilmu, pembelajar, pendengar, dan pecinta ilmu. Jangan pernah mencapai tujuan yang sifatnya hanya sementara , jabatan, pangkat, dan kekayaan. Hal ini diisyaratkan dalam hadis-hadis berikut:
قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: كُنْ عَالِمًا اَو مُتَعَلِّمًا اَو مُسْتَمِعًا اَو مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتُهْلِكَ (رواه البيهقي)
Artinya : rasulullah saw bersabda “ jadilah engkau orang yang berilmu (pandai) atau orang yang belajar, atau orang yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima, maka kamu akan celaka,”. (HR.Baihaqi) [8][6]





















DAFTAR PUSTAKA


Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, PT Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2008
Bukhari Umar, ILMU PENDIDIKAN ISLAM, AMZAH, jakarta 2010
hasbyallah dan Moh. Sulhan, hadist tarbawi, PT remaja Rosdakarya, bandung 2015
Masduki Duryat, , Paradigma Pendidikan Islam,: ALFABET, bandung 2016
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, CIPUTAT PERS, Jakarta, 2002




[1]Drs. Bukhari Umar, M.Ag, ILMU PENDIDIKAN ISLAM(jakarta:AMZAH) 2010
[2]Masduki Duryat, M.Pd.I, (Paradigma Pendidikan Islam, bandung: ALFABET) 2016
[3] Fatah Syukur, Sejarah Pendidikan Islam, Semarang: PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2012, hlm 2
[4]hasbyallah dan Moh. Sulhan, hadist tarbawi, (bandung: PT remaja Rosdakarya, 2015) hlm 11
[5]Ibid. 16
[6]Ahmad Falah, Hadis tarbawi hlm. 28
[7] Fatah Syukur, Sejarah Pendidikan Islam, Semarang: PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2012, hlm 2


0 komentar: