Lingkungan Pendidikan



LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Hadist Tarbawi
Dosen Pengampu : Alfi Nikmah, M.Pd.I
B-ELK Semester Genap





 





Disusun oleh:
Ahmad Muthohar       (1510120046)
Khoerul Muarif           (1510120051)
Muhammad Fauzan    (1510120073)









 
SEKOLAH TINNGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Lingkungan pendidikan Islam merupakan karakter pendidikan yang semstinya diberlakukan secara nasional di negara kita. Islam adalah manhaj Rabbani yang sempurna, tidak membunuh fitrah manusia, dan diturunkan untuk membentuk pribadi yang sempurna dalam diri manusia artinya, pendidikan Islam dapat membentuk pribadi yang mampu mewujudkan keadilan ilahiah dalam komunitas manusia serta mampu mendayagunakan, sebab bagaimanapun bila berbicara tentang lembaga pendidikan sebagai wadah berlansungnya pendidikan maka tentunya akan menyangkut masalah lingkungan dimana pendidikan tersebut dilaksanakan. Berbicara lingkungan pendidikan Islam berarti kita akan berbicara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Lingkungan yang nyaman dan mendukung terselenggaranya suatu pendidikan amat dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.
KI Hajar Dewantara menganggap ketiga lembaga pendidikan tersebut sebagi tripusat pendidikan maksudnya tiga pusat pendidikan yang secara bertahap dan terpadu mengembang suatu tanggung jawab pendidikan bagi generasi mudanya.[1]
            Dari urian diatas dapat diketahui bagaimana pentingnya Lingkungan terhadap terjadinya proses pendidikan terutama pendidikan Islam. Makanya kita akan menguraikan makalah ini yang berjudul “Lingkungan Pendidikan Islam”.




B.     Rumusan Masalah
Dari pemaparan diatas kita mendapatkan beberapa rumusan masalah, yaitu:
1.      Bagaimana hadis tentang lingkungan pendidikan?
2.      Apa pengertian lingkungan pendidikan islam?
3.      Apa macam-macam lingkungan pendidikan islam?
4.      Mengapa dalam kajian hadist tarbawi lingkungan sangat penting untuk dikaji dan bagaimana peran lingkungan dalam pendidikan islam?
























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hadist
ٲخبرنا الحسين بن عبدالله بن يزيدالقطان, حدثنا ادم حدثنا موس بن مروان الرقي, حدثنا مبشر بن   ٳسماعيل,عن الاوزاعي, عن الزھري, عن حميد بن عبد الرحمن, عن ٲبي ھريرۃ عن النبي صلى الله عليه        وسلم قال : كل مولود يولد على الفطرة فٲبواه ٲن يھودانه ٲوينصرانه اويمخسانه
A.1.  Mufrodat
مولود                      : dilahirkan
الفطرۃ                     : fitrah
ٲن يھودانه     : iyahud
ينصرانه                  : nasrani
يمخسانه                   : majusi
A.2.  Terjemah
“ Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda; Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah maka orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
A.3.  Asbabul Wurud
Dari aswad katanya: aku mendatangi rasulullah dan aku ikut perang bersamanya. Kami memperoleh kemenangan namun pada hari itu orang-orang terus saling berbunuhan sehingga merekapun membunuh anak-anak. Halitu disampaikan kepada rasulullah, maka rasulullah bersabda: “ keterlaluan, sampai hari ini mereka masih saling membunuh sehingga banyak anak-anak terbunuh”. Berkatalah seorang laki-laki: “ ya rasulullah, mereka adalah anak orang-orang musyrik” kata rasulullah;‘ ketahuilah, sesungguhnya penopang kami adalah orang-orang musyrik itu.Jangan membunuh keturunan, jangan membunuh keturunan”. Kemudian beliaupun bersabda: “ setiap anak dilahirkan, dilahirkan di atas fitrah ( suci). maka senantiasa ia berada dalam keadaan suci, sampai lidahnya berbicara. kedua orang tuanyala yang menjadikannya yahudi atau nasrani atau majusi”.


B.     Pengertian lingkungan pendidikan Islam
            Pengertian lingkungan menurut Sartain ( ahli pisikolog Amerika ) yang dimaksud dengan lingkungan yaitu meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan perkembangan atau life processes.[2]
            Pengertian lingkungan menurut Zakiah Darajat mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal adat istiadat, pengetahuan pendidikan dan alam. dengan kata lain lingkungan ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang, ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia atau alam yang bergerak,  kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang.[3]
            Menurut Abuddin Nata bahwa Lingkungan pendidikan islam adalah suatu institusi atau lembaga dimana pendidikan itu berlansung yang terdapat didalamnya ciri-ciri keislaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan islam dengan baik.[4]
C.    Macam-macam lingkungan Pendidikan Islam
Menurut Milieu, yang dimaksud lingkungan ditinjau dari perspektif pendidikan Islam adalah sesuatu yang ada disekeliling tempat anak melakukan adaptasi, meliputi:
1.      Lingkungan alam, seperti udara, daratan, pegunungan, sungai, danau, lautan, dsb.
2.      Lingkungan Sosial, seperti rumah tangga, sekolah,dan masyarakat.
Kihajar Dewantara mengartikan lingkungan dengan makna yang lebih simple dan spesifik. Ia mangatakan  bahwa apa yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan berada dalam 3 pusat lembaga pendidikan yaitu:
1.      Lingkungan keluarga
2.      Lingkungan Sekolah
3.      Lingkungan Organisasi pemuda atau kemasyarakatan.[5]
Menurut Drs.Abdurrahman Saleh ada tiga macam pengaruh lingkungan pendidikan terhadap keberagaman anak, yaitu:
1.      Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama. Lingkungan semacam ini adakalanya berkebaratan terhadap pendidikan agama, dan adakalanya pula agar sedikit tahu tentang hal itu.
2.      Lingkungan yang berpegang teguh kepada tradisi agama tetapi tanpa keinsyafan batin. Biasanya lingkungan demikian menghasilkan anak-anak beragama yang secara tradisional tanpa kritik atau beragama secara kebetulan.
3.      Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam kehidupan agama. Lingkungan ini memberikan motivasi (dorongan) yang kuat kepada anak untuk memeluk dan mengikuti pendidikan agama yang ada.[6]
Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa lingkungan pendidikan itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1.      Pengaruh lingkungan positif
2.      Pengaruh lingkungan negative
3.      Pengaruh netral
D.    Pentingnya pendidikan dan peran lingkungan terhadap pendidikan islam
Pendidikan memang sangat berperan penting dalam kehidupan ini terutama dikehidupan dunia harus punya ilmu dunia, dan untuk menuju akhirat diperlukan ilmu akhirat pula. Sejak manusia lahir kedunia ini sudah membutuhkan pendidikan dari pendidikan berjalan dll,yang diajari keluarganya, hingga tumbuh dewasa meniru orang disekitarnya,oleh karena itu lingkungan sangat berperan dalam proses pembelajaran.


Berikut ini merupakan peran lingkungan dari beberapa lingkungan yaitu:
a)      Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lingkungan utama yang dapat membentuk watak dan karakter manusia. Keluarga adalah lingkungan pertama dimana manusia melakukan komunikasi dan sosialisasi diri dengan manusia lain selain dirinya.  Di keluarga pula manusia untuk pertama kalinya dibentuk baik sikap maupun kepribadiannya.
Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, karena didalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak.
Dalam ajaran Islam telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad Saw dalam sabdanya yang berbunyi:
كلّ مولودٍ يولد على الفطرة وانّما ابواه يمجّسا نه او يهـوّ دانه او ينصّرانه
Artinya: “Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah,maka sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia Majusi, Yahudi dan Nasrani”
Berdasarkan hadist tersebut, jelaslah bahwa orang tua memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian anak didik. Anak dilahirkan dalam keadaan suci, adalah menjadi tanggung jawab orang tua untuk mendidiknya.[7]
Dalam hal ini Allah berfirman:
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka…..(at-Tahrim:6)
Disinilah letak tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya, karena anak adalah amanat Allah yang diberikan kepada kedua orang tua yang kelak akan diminta pertanggung jawaban atas pendidikan anak-anaknya.
Dalam hadist lain juga disebutkan
علٍّموا اولادكم السباحـة والرّيامـة (رواه الزيلني)
Artinya “Ajarilah anak-anakmu berenang dan memanah” (HR. Zailani)
Yang dimasud dengan berenang dan memanah dalam hadist ini adalah kewajiban orang tua untuk mendidiknya dalam pendidikan agama dan pendidikan umum, termasuk di dalamnya adalah pendidikan keterampilan. Keluarga dalam perspektif pendidikan Islam memiliki tempat yang sangat strategis dalam pengembangan kepribadian hidup seseorang. Baik buruknya kepribadian seseorang akan sangat tergantung pada baik buruknya pelaksanaan pendidikan Islam di keluarga.
Fungsi keluarga dalam kajian lingkungan pendidikan sebagai institusi sosial dan institusi pendidikan keagamaan.
1)      Keluarga sebagai Institusi Sosial
Orang tua berkewajiban untuk mengembangkan fitrah dan bakat yang dimilikinya. Pendidikan dalam perspektif ini, tidak menempatkan anak sebagai objek yang dipaksa mengikuti nalar dan kepentingan pendidikan, tetapi pendidikan anak berarti mengembangkan potensi dasar yang dimiliki anak yang dimaksud. Dalam Islam, potensi yang dimaksud cenderung pada kebenaran. Karena ia cenderung pada kebenaran, maka orang tua dituntut untuk mengarahkannya.[8]
Menurut  M. Noorsyam telah menunjukkan bahwa keluarga pada hakekatnya berperan sebagai inetitusi sosial. Keluarga menjadi bagian dari masyarakat dan Negara. Tanggung jawab sosial dalam keluarga, akan menjadi kesadaran bagi perwujudan masyarakat yang baik.
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama.Di lingkungan ini anak akan diperkenalkan dengan kehidupan sosial. Adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan keluarga yang lainnya menyebabkan ia menjadi bagian dari kehidupan sosial.
2)      Keluarga sebagai Institusi Pendidikan/Keagamaan
Pada prinsipnya Islam mengakui pada diri manusia terdapat potensi untuk berbuat baik sekaligus berbuat jahat. Sehingga Islam berusaha mengarahkan potensi tersebut dalam koridor agama, usaha ke arah tersebut bukan hanya perpindahan sejumlah teori ilmu pengetahuan, tapi lebih dari itu juga adalah penanaman nilai-nilai moral. Sejalan dengan itu, hakekat pendidikan pada dasarnya adalah mewariskan nilai-nilai Islami yang menjadi penuntun dalam melakoni aktivitasnya yang sekaligus sarana untuk membentuk peradaban manusia.
Manusia adalah satu-satunya mahluk yang dapat dididik dan membutuhkan pendidikan. Dalam perspektif Islam, yang jauh lebih penting lagi adalah bagaimana orang tua membantu perkembangan psikologis dan intelektual anak. Aspek ini membutuhkan kasih sayang, asuhan dan perlakuan yang baik. Termasuk yang jauh lebih penting lagi adalah peran orang tua menanamkan nilai-nilai keagamaan dan keimanan anak. Model pendidikan keimanan yang diberikan orang tua kepada anak, dituntut agar lebih dapat merangsang anak dalam melakukan contoh perilaku orang tua (uswatun hasanah).
Suatu kehidupan yang baik sesuai dan tetap menjalankan agama yang dianutnya merupakan persiapan yang baik untuk memasuki pendidikan sekolah oleh karena melalui suasana keluarga yang demikian itu tumbuh dan berkembang secara wajar keserasian yang pokok harus terbina adalah keserasian anatara ibu dan ayah, yang merupakan komponen pokok dalam setiap keluarga  seorang ibu secara intuisi mengetahui alat-alat pendidikan apa yang baik dan dapat digunakan sifatnya yang lebih halus dan perasa iru adalah unsur yang paling melengkapi dan isi mengisi yang membentuk suatu keserasian dan keseimbangan dalam kehidupan suatu keluarga.[9]
b)     Lingkungan Sekolah
Pada dasarnya sekolah  merupakan suatu lembaga yang membantu bagi terciptanya cita-cita keluarga dan masyarakat , khususnya masyarakat Islam dalam bidang pengajaran  yang tidak dapat secara sempurna dilakukan dalam rumah dan masjid. Bagi ummat Islam , lembaga pendidikan yang dapat memenuhi harapan ialah lembaga pendidikan Islam , artinya bukan sekedar lembaga yang didalamnya diajarkan agama Islam , melainkan suatu lembaga pendidikan yang secara keseluruhan bernafaskan Islam hal itu hanya mungkin terwujud jika terdapat keserasian antara rumah dan sekolah dalam pandangan keagamaan.
Dalam hadist dikatakan bahwa :
اطلب العلم الى الاهد من المهدى
carilah ilmu dari gendongan sampai keliang lahat”,
Hadist ini menyuruh kita untuk selalu belajar menuntut ilmu samapai akhir hayat kita,oleh karena itu peran sekolah sangat penting. Sekolah merupakan lingkungan artifisial yang sengaja dibentuk guna untuk mendidik daan membina generasi muda ke arah tujuan tertentu,terutama untuk membekali anak dengan pengetahuan dan kecakapan hidup ( life skill) yang dibutuhkan kemudian hari. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan anak-anak dan remaja.[10]
Anak-anak dari keluarga muslim yang bersekolah sesungguhnya secara serempak hidup dalam tiga lingkungan , yaitu keluarga, Masjid dan sekolah. ketiga unsur itu harus serasi dan saling mengisi dalam membentuk kpribadian anak didik.
Sekolah dan pengaruhnya terhadap pendidikan dalam perkembangannya, sekolah baru dapat didirikan seperti sekarang setelah melampauhi periode yang cukup panjang. pengetahuan awal seorang anak bermula dari orang tua dan masyarakat yang secara tidak langsung memberikan berbagai pengetahuan dasar , walaupun tidak sistematis dan seterusnya . Berikut beberapa periode perkembangan sekolah :
1.      Sekolah pada zaman Rasulullah Saw
Kondidsi aktivitas persekolahan baru mengalami perubahan yang berarti ketika Islam lahir bagi bangsa Arab. Mesjid merupakan sekolah pertama yang bersifat umum dan sistematis dimesjidlah anak-anak dan orang dewasa , baik laki-laki maupun perempuan , menuntut ilmu digunakan oleh kaum fakir miskin untuk berlindung dari dinginnya udara malam sambil belajar agama dan kedamaian , dengan demikian mesjid tetap di fungsikan untuk dua kepentingan yang satu sama lain salin menunjang dan saling menyempurnakan hingga datang masa kekhalifahan umar bin khattab yang membangu  tempat khusus untuk menuntut ilmu anak anak disudut mesjid sejak zaman itulah pendidikan anak mulai tertata.
Hari jumat merupakan hari libur mingguan sebagai waktu menyiapkan shalat jumat, libur jum’at itu merupakan usulan dari amirul mukminin Umar bin Khattab.
Demikianlah pendidikan disandarkan pada upaya tertentu yang dilaksanakan oleh individu-individu yang teratur mesjid menjadi pusat pengajian yang didalamnya terdapat kelompok-kelompok studi.
2.      Sekolah Periode Abbasiah
Setelah kekhalifahan Abbasiyah berpinda dari satu priode keperiode selanjutnya banyak Negara kecil yang berhasil melepaskan diri dari kekuasaan khalifah Abbasiyah  mereka mulai membangun tempat-tempat pengkajian ilmu atau madrasah dengan sistem internal dan setiap lokal madrasah memuat sepuluh orang siswa di Damaskus  saja, kita akan menemukan sekitar 300 madrasah yang dibangun di buykit-bukit.
Sistem pengajaran madrasah tetap memiliki otonomi sendiri , setelah berpusat kepihak lain mereka bebas menetukan sistem kurikulum , penggunaan referensi, maupun penggunaan metode pengajaran hubungan madrasah dengan pemerintah hanya menyangkut masalah pendanaan melalui pemberian wakap atau hibah tampa campur tangan urusan sistem atau kurikulum , pihak pemerintah sudah mempercayai kualitas dan keberadaan para ulama baik itu ulama sebagai penyelenggara maupun ulama sebagai pengajar .
3.      Sekolah zaman moderen
Terselenggaranya sekolah moderen , seperti yang kita lihat dewasa ini, lebih disebabkan oleh adanya perubahan sistem kehidupan politik artinya Negara merasa perlu mengurus Rakyat dan memandang dirinya bertanggung jawab terhadap seluruh masalah pangan sumber rezki ,kekayaan , kecenderungan politik dan organisasi kemasyarakatan yang berkaitan dengan keamanan , kestabilan perwujudan kemerdekaan , kemuliaan para pejabat Negara, serta kehormatan negara itu sendiri , dimata Negara lain. seluruh persoalan tersebut ditumpukkan pada pendidikan dan pengajaran sehingga mereka mendefenisikan bahwa pendidikan dapat mengembangkan dan menambah harta anggota masyarakat .
Sekolah Islam tetap berpegang pada tujuan pundamental ,yaitu merealisasikan pendidikan Islam , demi terwujudnya ketaatan kepada Allah swt. disekolah tersebut berkiprah individu, yang bertanggung jawab pada tujuan tersebut.[11]
3.1. Mamfaat sekolah moderen
            Dalam konsep Islam, funsi utama sekolah adalah sebagai media analisis pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran ,aqidah dan syariat demi terwujudnya penghambaan diri kepada Allah serta sikap mengesakan Allah dan mengembangkan segala bakat atau potensi manusia sesuai fitrahnya, sehingga manusia terhindar dari berbagai penyimpangan
fungsi fundamental pendidikan Islam melalui sekolah meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.  Fungsi penyederhanaan dan penyimpulan , penyederhanaan pemahaman itu membutuhkan penerapan ilmu pengetahuan tentang berbagai hal yang kemudian disarrikan dalam betuk hukum , kaidah atau perinsip, yang mudah dipahami oleh anak.
2.  Fungsi penyucian dan pembersihan
3.  Fungsi memperluas wawasan dan pengalaman anak didik melalui teransfer tradisi
4.  Fungsi mewujudkan keterikatan, integrasi homogenitas, dan keharmonisan antar siswa.
5.  Fungsi penataan dan validasi sarana pendidikan 
6.  Fungsi penyempurna tugas keluarga dalam pendidikan[12]
Kemudian lembaga  pendidikan yang melaksanakan pembinaan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana adalah sekolah , pendidikan dan pengajaran tersebut adalah orang-orang yang telah dibekali dengan pengetahuan tentang anak didik, dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas kependidikan, lembaga pendidikan yang dimaksud antara lain:
1.      Taman kanak-kanak
2.      Sekolah dasar
3.      Sekolah lanjutan
4.      Perguruan Tinggi[13]
c)      Lingkungan masyarakat
a.      Tanggung jawab masyarakat dalam pendidikan
Didalam sebuah kehidupan proses terjadinya pendidikan bkan hanya lewat lembaga ataupun pondok pesantren saja,melainkan masyarakat pun menjadi kunci utama untuk mewujudkan sebuah pendidikan karena kita hidup itu tidak sendiri,masih membutuhkan bantuan dari orang lain.
Dalam hadis dijelaskan bahwa :
حدثنا عبد الرزاق, أخبرنا داود بن قيس, عن أبي سعيد, مولى عبد الله بن عامر, قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "لا تحاسدوا, ولا تناجشوا, ولا تباغضوا, ولا تدابروا, ولا يبع أحدكم على بيع أخيه, وكونوا عباد الله إخوانا, المسلم أخو المسلم, لا يظلمه ولا يخذله ولايحقره, التّقوى ههنا -  (وأشار بيده إلى صدره ثلاث مرات ) - . حسب امرئ مسلم من الشر أن يحقر أخاه المسلم, كل المسلم على المسلم حرام: دمه, وماله, وعرضه" – أحمد.
Artinya,” Janganlah saling menghasud, janganlah saling mencari kessalahan ,janganlah saling membenci, janganlah saling  membelakangi, janganlah salah seorang dari kalian menjual atas dagangan saudaranya, jadilah kalian hamba-hamba allah yang bersaudara, seorang muslim adalah saudara muslim yang lain, janganlah dia mendzhaliminya, janganlah dia merendahkannya, janganlah dia menghinanya, sesungguhnya taqwa itu ada di sini(seraya nabi memberi isyarat dengan meletakkan tangannya di dadanya sebanyak tiga kali), telah cukup keburukan seorang muslim yang menghina saudara muslimnya, setiap muslim diharamkan atas muslim lainnya, darahnya, hartanya dan harga dirinya. (H.R. Ahmad).
Untuk menjadi masyarakat yang baik agar pembiasaan yang tertransfer itu baik maka perlu adanya karakter yang baik dari setiap individu, hendaknya setiap iindividu menghormati individu yang lain dengan berusaha menjaga hubungan yang baik. Maka haruslah menghindari hasud (iri, dengki), saling curiga, saling berpaling, mengganggu hak orang lain, dan itu semua membutuhkan tanggung jawab yang besar yang harus dimiliki setiap insan dimasyarakat.
Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan mempunyai beberapa perkara dan cara yang dipandang merupakan metode pendidikan masyarakat yang utama , cara yang terpenting adalah  :
Pertama : Allah menjadikan masyarakat sebagai penyurh kebaikan dan pelarang kemungkaran sebagai mana di isyaratkan Allah dalam firmannya :
“ Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan ummat yang menyeru pada kebajikan ,menyuru pada yang ma’ruf dan mencegah pada yang mungkar merekalah orang-orang yang beruntung. “ (  Ali imran : 110 )
Kedua : Dalam Masyarakat Islam seluruh anak-anak dianggap anak sendiri atau anak saudaranya sehingga ketika memanggil seorang anak , siapapun dia mereka akan memanggilnya dengan “ Hai anak saudaraku ! “ , dan sebaliknya setiap anak-anak atau remaja akan memanggil setiap orang tua dengan panggilan “ Hai Paman !“  hal itu terwujud berkat  pengalaman firman Allah dalam surat al-hujrat : 10
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara,“ semenjak terbitnya fajar Islam, kaum muslimin telah merasakan tanggung jawab bersama untuk mendidik generasi muda” bersumber dari sahabat anas , Al- Bukhari meriwayatkan masalah tersebut :
Dahulu aku menjadi pelayan Nabi saw. Aku selalu masuk rumah tampa izin . Suatu hari aku dataang , maka beliau bersabda : Hai anakku, bagai mana kamu ini , jangan sekali-kali kamu masuk tampa meminta izin . “ Dari gambaran diatas , Rasulullah saw. telah mengajari Anas untuk meminta izin dan memanggilnya dengan rasa kekeluargaan  “ Wahai anakku ! “
ketiga : Untuk menghadapi orang-orang yang membiasakan dirinya berbuat buruk , Islam membina mereka melalui salah satu cara membina dan mendidik manusia, yaitu kekerasan atau kemarahan .
Keempat : Pendidikan kemasyarakatan dapat juga dilakukan melalui kerja sama yang utuh karena bagai manapun , msyarakat muslim adalah adalah masyarakat yang padu. Rasulullah saw. bersabda : “ Kamu melihat kaum mukmin didalam salin mengasihi dan salimn menyayangi , seperti halnya tubuh , jika salah satu anggota tubuh mengeluh sakitmaka anggota tubuh lainnya turut  merasakannya.  “ ( HR. Buhari )
Kelima :Pendidikan kemasyarakatan bertumpu pada landasan afeksi masyarakat, khususnya rasa salin mencintai . dalam diri generasii muda , perasaan cinta tumbuh seiring dengan kasih sayang yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya sehingga mereka memiliki kesiapan untuk mencintai orang lain.
Keenam :Pendidikan masyarakat harus mampu mengajak generasi muda untuk memilih teman dengan baik dan berdasarkan ketakwaan kepada Allah. sesuai fitrahnya, kaum remaja, terutama generasi muda yang sudah akil balig akan cenderung untuk menyukai orang lain dan berbaur dalam suasana mereka.[14]




A.    Kesimpulan
Lingkungan pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu : keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Lingkungan pendidikan Islam berarti kita mempersoalkan lingkungan Rumah tangga, sekolah, dan masyarakat ketiga lembaga tersebut merupakan suatu kesatuan yang turut memberikan distribusi dan mempengaruhi terlaksananya pendidikan pada umumnya dan lingkungan Islam pada khususnya namun secara mendasar lembaga pendidikan Islam.
Lingkungan Keluarga adalah lingkungan utama yang dapat membentuk watak dan karakter manusia. Keluarga adalah lingkungan pertama dimana manusia melakukan komunikasi dan sosialisasi diri dengan manusia lain selain dirinya.  Di keluarga pula manusia untuk pertama kalinya dibentuk baik sikap maupun kepribadiannya.
Lingkungan sekolah  merupakan suatu lembaga yang membantu bagi terciptanya cita-cita keluarga dan masyarakat , khususnya masyarakat Islam dalam bidang pengajaran  yang tidak dapat secara sempurna dilakukan dalam rumah dan masjid. Bagi ummat Islam , lembaga pendidikan yang dapat memenuhi harapan ialah lembaga pendidikan Islam , artinya bukan sekedar lembaga yang didalamnya diajarkan agama Islam , melainkan suatu lembaga pendidikan yang secara keseluruhan bernafaskan Islam hal itu hanya mungkin terwujud jika terdapat keserasian antara rumah dan sekolah dalam pandangan keagamaan.
Lingkungan pendidikan masyarakat adalah suatu lingkungan dimana ada sekelompok masyarakat yang bnayak yang di dalamnya berlaku suatu kesatuan visi yang telah mereka sepakati bersama. Lingkungan pendidikan masyarakat lebih luas dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Oleh karena itu pendidikan dalam  lingkungan masyarakat dapat berfungsi sebagai pelengkap (complement), pengganti(subtitute) dan tambahan (supplement) terhadap pendidikan yang diberikan oleh lingkungan yang lain.


B.     Saran
Apabila dalam penyusunan makalah ini ada kata maupun kesalahan dalam penulisan, kami mohon arahan maupun bimbingannya karna dalam pembuatan makalah ini tidak luput dari kesalahan.



























DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Cet, II;Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1999).
Zakiah Daradjat dkk , Ilmu pendidikan Islam, (cet,.III; jakarta: Bumi
Aksara,1995).
Habuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam ( cet.I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997).
Sama’un Bakry, Menggagas Konsep Ilmu Pendidikan Islam, (Cet, ;Bandung:
Pustaka bani quraisy, 2005).
Abdurrahman saleh, Didaktik dan Methodik Pendidikan Agama, ( Cet,I ;Jakarta:
Bulan Bintang, 1969).
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:  Bumi Aksara,1992).
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan suatu analisa psikologidan
pendidikan , (Cet, III; Jakarta: PT. Al- Husna Zikra, 1995).
Desmita,Psikolgi Perkembangan Peserta Didik,(Cet, I; Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2009).     
Abdurrahman Annahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah , Masyarakat,
(Jakarta: Gema Insani press, 1996).
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah, (cet, II; jakarta:
Ruhama 1995).


[1] Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Cet, II;Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 37-38.
[2] Ibid, hlm, 32.
[3] Zakiah Daradjat dkk , Ilmu pendidikan Islam, (cet,.III; jakarta: Bumi Aksara,1995), hlm. 63-64.
[4] Habuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam ( cet.I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm.111.
[5] Sama’un Bakry, Menggagas Konsep Ilmu Pendidikan Islam, (Cet, ;Bandung: Pustaka bani quraisy, 2005), hlm. 97.
[6] Abdurrahman saleh, Didaktik dan Methodik Pendidikan Agama, ( Cet,I ;Jakarta: Bulan Bintang, 1969), hlm. 77-78.
[7] Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:  Bumi Aksara,1992) , hlm. 177.
[8] Sama’un Bakry, Op.Cit, hlm.104.
[9] Hasan Langgulung , Manusia dan Pendidikan suatu analisa psikologidan pendidikan , (Cet, III; Jakarta: PT. Al- Husna Zikra, 1995), hlm. 376-377.
[10] Desmita,Psikolgi Perkembangan Peserta Didik,(Cet, I; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2009), hlm. 232.
[11] Abdurrahman Annahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah , Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani press, 1996), hlm. 146-151.
[12]  Ibid,hlm. 152-153.
[13] Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah, (cet, II; jakarta: Ruhama 1995) hlm, 77 – 94.
[14] Abdurrahman An Nahlawi, Op. Cit, hlm, 176- 185.

0 komentar: